EMERALD'S POV
Beberapa hari lalu, hampir saja jantungku berhenti berdetak karena ulah Olivia. Padahal om Arthur tidak bermaksud menyinggung hubungan kami berdua tetapi Olivia hampir saja mengatakan itu dengan polosnya.
Entah ilmu apa yang dimiliki Papanya Olivia ini, saat aku berbicara dengannya aku selalu merasa dia mencari cara untuk memberikan pertanyaan jebakan kepadaku. Tapi sejauh ini aku masih bisa tenang menghadapinya.
Kalau kalian pikir aku tenang 100 persen, kalian salah. Justru aku sedang berusaha untuk mengendalikan diriku dan lisanku agar tidak mengatakan sesuatu yang bisa membuatnya curiga mengenai hubunganku dengan Olivia.
Baiklah aku tahu hubunganku dengan Olivia salah dan ini tidak akan mudah. Tapi kalau boleh jujur, aku juga tidak siap untuk mengakhiri ini semua.
Kalian bayangkan saja, aku baru berpacaran dengan Olivia selama enam bulan. Bahkan jika diibaratkan dengan bayi pun, ini masih ada di dalam kandungan.
Satu lagi, aku dan Olivia belum pernah berciuman dengan intens hehe. Hanya kecupan di pipi. Andai saja saat itu aku tahu dia akan mengecup bibirku, sudah pasti aku akan bersiap-siap untuk menerima kecupan itu dengan brutal.
Astaga Emerald, kamu bahkan masih di bawah umur. Bagaimana bisa kamu berpikir seperti ini. Tapi saat ini usiaku sudah 18 tahun itu berarti aku sudah bisa melakukan aktivitas 18+.
Hari ini aku berniat mengantarkan Olivia membeli peralatan untuk ospeknya yang akan diselenggarakan minggu depan. Melihat beberapa barang yang di belinya membuatku mengelus dada.
Untung saja fakultasku tidak serumit fakultas Olivia jadi aku hanya bersantai sambil menunggu hari ospekku tiba. Selain itu aku juga memiliki banyak kenalan di kampus itu. Siapa lagi kalau bukan teman-temanku di Persada Internasional.
Beberapa senior disana kebetulan adalah kenalanku saat sekolah. Bisa aku bilang teman bolos ku hehe. Jadi aku tidak begitu memikirkan semuanya, karena aku tahu mereka tidak akan menjadikanku bulan-bulanan mereka.
"Kalau gak salah kak Tiara ikut jadi panitia"
"Terus? Jangan bilang kamu mau nitipin aku ke kak Tiara, Emerald... kamu pikir aku anak kecil yang harus dititipin di lingkungan baru"
"Ya kali aja gitu"
"Awas ya... Btw ini list barang-barang yang kita cari hari ini" aku mengambil buku catatan Olivia yang sudah lengkap dengan barang-barang yang diperlukannya
"Kamu mau pengenalan kampus apa mau tempur di medan perang? Banyak amat listnya. Ini mah gak bisa pakai motor, Liv"
"Aku kan gak suruh kamu bawa motor ke rumah aku"
"Ya aku kan maunya dipeluk biar anget"
"Terus gimana? Pakai mobil aku aja?"
Oh ya aku lupa memberitahu kalian. Setelah lulus SMA Olivia memang sudah menyetir sendiri dan sudah tidak didampingi oleh Pak Jon. Kalau kalian bertanya apakah sopir kesayangan Olivia itu dipecat, tentu saja tidak.
Saat ini Pak Jon bekerja menjadi sopir di kantor Papanya Olivia dengan bayaran yang lebih tinggi lagi. Tentu saja dia tidak akan menolak itu semua. Ini diibaratkan dirinya naik jabatan meskipun masih menjadi sopir.
"Ya udah pakai mobil kamu aja. Motor aku biar disini dulu kenalan sama mobil-mobil kamu" candaku
Aku tidak pernah menyangka Olivia memiliki koleksi mobil yang beragam. Mungkin bukan miliknya tapi tentu saja orang tuanya membeli ini semua untuknya. Apalagi Olivia adalah anak tunggal.
"Cap cip cup kembang kuncup pilih mana yang mau di..."
"Cup" Olivia menggeser tanganku kearah mobil Mini Cooper ketika aku akan memilih Jeep Rubicon yang terparkir cantik disana "Itu punya Papa aku, dia bisa ngamuk kalau sampai mobil kesayangannya disentuh orang lain"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love (COMPLETED)
AcakBertemu dengannya bukanlah keinginanku, jatuh cinta padanya bukan pula kehendakku. Pertemuan yang tidak pernah kusangka-sangka akan menjadi sebuah perjalanan cinta yang tidak akan pernah aku lupakan. Menjadi cinta pertama untuknya adalah hal yang in...