46

2.8K 284 20
                                    

OLIVIA'S POV

"Aku pulang dulu ya, kalau ada apa-apa kamu hubungin aku aja" ujar Emerald sebelum melajukan mobilnya meninggalkan rumahku.

Hari ini duniaku benar-benar terasa runtuh. Aku bahkan tidak menyangka Mama akan meninggalkanku secepat ini.

"Olivia" suara ini, suara yang kini benar-benar aku benci "Besok kamu ikut Papa ke Singapura, sekarang kamu bisa istirahat"

"Oliv gak mau"

"Jangan sampai kesabaran Papa habis, Olivia"

"Oliv gak peduli"

"Olivia!" Papa menarik tanganku dan ingin melayangkan tangannya padaku. Aku memejamkan mataku ketika Papa akan menamparku kembali "Besok kita berangkat jam 8 pagi" ujarnya seraya menghentakkan tanganku

Aku menangis di kamar sembari menenggelamkan wajahku pada bantal. Tanpa aku sadari, aku berteriak sekencang mungkin untuk meluapkan kekesalanku hingga aku pun terlelap.

Aku terbangun dari tidurku dan sedikit terkejut ketika melihat jam di ponselku. Ini sudah jam 9 pagi, kenapa Papa tidak membangunkanku. Apa Papa mengurungkan niatnya untuk mengajakku ke Singapura.

"Fiuh..." aku bernapas lega ketika tidak mendapati Papa di rumah ini. Sepertinya Papa lebih memilih untuk pergi sendiri. Kalau dia bisa sendiri, kenapa pula harus mengajakku.

"Senang karena tidak melihat Papa pagi ini Olivia?" aku terkejut ketika mendengar suara Papa dari arah belakangku "Jangan berharap Papa akan lembek sama kamu, penerbangannya ditunda hingga jam 1 siang nanti, sekarang kamu siap-siap karena satu jam lagi kita berangkat ke kantor untuk mengambil beberapa berkas"

"Seperti yang Olivia katakan kemarin sama Papa, Olivia gak mau dan Papa gak bisa paksa Olivia lagi sekarang"

"Begitu?" tanya Papa dengan nada yang meremehkan

Aku berjalan ke kamarku dan meninggalkan Papa di ruang tengah. Baru saja aku akan menaiki tangga Papa kembali berbicara

"Papa sangat berharap kamu menjadi penerus Papa, Olivia. Bagaimanapun juga, kamu adalah satu-satunya anak Papa dan kamulah yang paling berhak atas semua harta Papa"

"Olivia bahkan gak tahu, apa pekerjaan Papa dan perusahaan apa yang Olivia kelola. Jadi kalau Papa berpikir Olivia akan bersedia meneruskan itu semua, Papa jangan bermimpi, karena Olivia gak sudi mengerjakan sesuatu yang illegal"

"Olivia, Papa sudah pernah ingatkan kamu, jangan pernah membuat kesabaran Papa habis"

Aku tidak lagi menghiraukan Papa dan lebih memilih untuk pergi ke kamarku. Waktuku hanya akan habis dengan sia-sia apabila berdebat dengan Papa.

"Papa belum selesai bicara dan kamu dengan tidak sopannya meninggalkan Papa" Papa menampar pipi ku secara bergantian hingga aku merasakan sesuatu yang anyir dari sudut bibirku "Jangan kamu pikir Papa akan berubah pikiran hanya karena Mama kamu itu baru meninggal. Papa gak peduli, kamu dengar Papa Olivia, Papa gak peduli"

Papa masih menamparku secara terus menerus hingga salah satu ART kami memanggil Papa karena ada tamu yang mencari Papa.

"Pak, maaf dibawah ada Pak Ethan yang cari bapak"

Papa merapikan kemejanya dan kini memasang wajah seakan dirinya baru saja kehilangan orang yang dicintainya. Padahal tadi dia mengatakan dia tidak peduli dengan kematian Mama. Kini aku mulai meragukan perasaan Papa terhadap Mama. Apa selama ini dia hanya berpura-pura saja.

"Non Oliv gak papa? Ya ampun non, ini berdarah. Bibi obatin ya"

"Gak usah bi, Oliv obatin sendiri aja. Oh ya bi, Oliv boleh minta tolong gak buat ambilin minum"

Last Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang