EMERALD'S POV
Aku terbengong mendengar puisi yang di bacakan orang itu. Orang yang selama ini selalu mendekati kak Tiara, bahkan dia sudah pernah ke rumah kami untuk menyatakan cintanya.
Sebenarnya aku ingin muntah ketika mendengar puisi yang berjudul 'Puisi Cinta Untuk Tiara' dibacakan dengan suara lantang di hadapan banyak orang. Kalau aku menjadi kak Tiara, mungkin aku sudah ingin menghilang dari tempat ini karena tidak kuat menahan malu.
Kalau saja kak Tiara tidak menahanku, mungkin aku sudah melayangkan tinjuku tepat dirahangnya dan memberi perhitungan padanya untuk tidak lagi mendekati kak Tiara. Pasalnya kak Tiara selalu membiarkannya melakukan apapun selama itu tidak merugikan kak Tiara.
Aku masih ingat dua bulan lalu dia datang ke rumahku membawa rombongan musik hajatan dan bernyanyi tepat di depan rumahku. Saat itu aku sedang sakit gigi dan kepalaku benar-benar pening.
Melihatnya yang membawa sound system besar di depan rumahku dan memutar musik begitu kencang, emosiku benar-benar tidak bisa aku tahan lagi. Sehingga satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah dengan mengusir mereka semua.
Kalian bayangkan saja disaat gigi kalian sakit, ada orang yang mencari masalah dengan kalian. Apa kalian tidak akan emosi.
Apalagi saat itu kak Tiara sedang ada lomba di luar kota. Jadi hanya ada aku saja di rumah yang tersiksa menghadapi ke randoman penggemar berat kak Tiara ini.
Ketika aku mengusir mereka dengan cara baik-baik, mereka masih belum mau untuk pergi, hingga akhirnya aku meminjam dua ekor anjing tetanggaku yang berukuran besar dan menyeramkan untuk mengusir mereka semua. Alhasil mereka berlari berhamburan dan meninggalkan rumahku serta sound system besarnya itu.
"Tiara... dihadapan seluruh umat manusia yang ada di kantin ini. Aku mendeklarasikan bahwa hari ini, ditempat ini, aku menyatakan ingin bersungguh-sungguh untuk menjadi pasangan hidupmu"
"Kak come on, I can punch him in the face right now. Just give me permission" aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi, ketika aku ingin bangkit dari tempat dudukku, Olivia malah menahan tanganku.
Selain itu kak Tiara juga menatapku dengan tatapan mematikannya.
"Duduk!" perintah kak Tiara yang mau tidak mau aku turuti "Ini masih lingkungan kampus dan yang utama kakak gak suka kamu pakai kekerasan dalam menyelesaikan masalah"
Baiklah, aku menyerah. Karena sudah tidak ada lagi yang bisa aku lakukan kalau kak Tiara sudah berbicara seperti itu. Dia memang benar-benar 11-12 dengan Mama.
Kini kak Tiara bangkit dan menghampiri orang itu "Hi Matt... sorry. I can't" ucapnya singkat seraya mengusap lengan orang itu "Kamu jangan habisin waktu kamu untuk mengejar orang yang gak pasti. Di luar sana, pasti ada yang menaruh hati sama kamu, tapi aku minta maaf karena orang itu bukan aku"
Ini adalah kalimat penolakan terbaik yang pernah kudengar. Bahkan dulu ketika Ryan mengungkapkan perasaannya kepada Olivia, dia hanya mengatakan 'sorry, aku gak bisa' untuk menolak Ryan tanpa kalimat lain lagi.
Setelah mengatakan itu kak Tiara kembali ke tempat duduk kami dan seketika orang-orang disini bertepuk tangan dan memberi semangat kepada orang tadi. Sepertinya kak Tiara memang memiliki aura positif disetiap pergerakannya.
"Kamu harus belajar sabar kayak kak Tiara. Jangan dikit-dikit bawaannya mau nonjok orang" celetuk Olivia di sebelahku
"Kamu dengar itu, Ral?" tambah kak Tiara yang kini menyudutkanku
"Aku sabar kok..."
"Oh ya? Tapi selama ini aku lihat kesabaran kamu itu setipis tissue yang di bagi dua"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love (COMPLETED)
RandomBertemu dengannya bukanlah keinginanku, jatuh cinta padanya bukan pula kehendakku. Pertemuan yang tidak pernah kusangka-sangka akan menjadi sebuah perjalanan cinta yang tidak akan pernah aku lupakan. Menjadi cinta pertama untuknya adalah hal yang in...