15

5.5K 462 29
                                    

EMERALD'S POV

"Gue bakal buktiin kalau gue gak kayak lo dan temen-temen lo itu yang gak berguna"

Jika kalian berpikir aku tidak emosi dengan ucapan Ryan, tentu kalian salah. Jujur saja aku sangat emosi dan ingin sekali menghajarnya, tapi tidak akan aku lakukan ditengah keramaian seperti ini.

Aku menghampiri Daniel yang sudah menunggu kami di kursi VIP.

"Lama bener lo, padahal lo bilang rumah Olivia gak jauh dari sini" protes Daniel padaku

"Ada hal tidak terduga..." jawabku pelan

"Iya, hal tidak terduga. Ortu gue tiba-tiba ada di rumah" ucapan Olivia membuat Daniel sedikit bergidik ngeri

"Kenapa lo?"

"Gue denger orang tua Olivia itu galak banget" bisiknya padaku

"Lo gak salah denger" aku dan Daniel secara otomatis menoleh kearah Olivia "Kalau mau gosipin gue, bisik-bisiknya jangan sampai kedengeran tetangga sebelah dong"

"Hehehe, maafin aa ya neng Oliv" Daniel tampak salah tingkah karena Olivia mendengar ucapannya tadi "Gimana semalem?" bisiknya lagi padaku

"Apaan semalem?"

"Itu..." Daniel menepukkan kedua tangannya dengan alis yang dinaik turunkan

"Emang manusia sialan lo!" teriakku sambil memukul kepala Daniel

Aku dan Daniel terdiam karena semua orang disini melihat kearah kami. Benar-benar memalukan.

"Kalian berdua ngapain sih? Jadi diliatin kan. Emang paling bagus gue duduk ditengah" Olivia menarikku agar aku berpindah tempat dan dengan pasrah aku mengikutinya.

Permainan ini benar-benar membosankan. Semua siswa-siswi dari sekolahku berteriak memberikan semangat kepada Ryan. Sedangkan aku hanya duduk diam tanpa suara.

Flashback on

"Jadi lo gak ada perasaan apapun ke gue? Jadi selama ini gue cuma beneran temen buat lo, Ral?"

Aku terdiam cukup lama untuk mencerna ucapan Daniel. Apa selama ini dia menyukaiku. Tapi tidak mungkin, selama ini yang aku tahu dia tidak pernah mengatakan apapun, selain hanya bercanda mengaku sebagai pacarku.

"Niel..." aku tidak melanjutkan ucapanku dan mencoba mencari kalimat yang tepat untuk aku katakan padanya, namun aku sama sekali tidak menemukan kalimat yang tepat untuk diucapkan "Lo beneran?"

Daniel hanya diam saja, wajahnya terlihat murung dan lemas.

Astaga apa benar selama ini Daniel menyukaiku

"Daniel..."

Daniel tiba-tiba mengeluarkan ponselnya dan mengambil fotoku. Kamera ponselnya begitu dekat dengan wajahku ditambah flash yang menyala membuat mataku silau.

"Hahahaha... Ral, lo harus liat muka lo" Daniel memberikan ponselnya padaku "Akhirnya lo ngaku juga, selama ini gue udah curiga kalau lo punya perasaan ke Olivia"

"Hah?" tanyaku bingung, padahal aku baru merasakan akhir-akhir ini saja

"Untuk orang yang udah deket sama lo dari orok, pasti bisa nebak kalau lo punya perasaan lebih ke Olivia. Satu buktinya ya Ral, selama ini gak ada yang bisa bikin lo ngelakuin sesuatu yang lo gak mau lakuin, tapi ketika Olivia yang minta lo buat lakuin, lo dengan senang hati lakuin itu"

"Gue gak paham"

"Peringkat doang lo paling pertama giliran gini bego banget, eh gue lupa, lo udah bukan yang pertama lagi. Nih gue kasih satu contoh, lo bukan tipe orang labil, waktu jam tambahan kemarin lo bilang males buat ikut, tapi setelah Olivia nelpon lo, lo langsung buru-buru balik ke sekolah"

Last Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang