EMERALD'S POV
Hari ini aku dan Olivia mengunjungi Daniel yang masih dirawat di rumah sakit. Aku masih bersyukur sampai sekarang karena pisau yang menusuk Daniel tidak terlalu dalam dan mengenai organ vitalnya.
Jujur saja saat itu perasaanku benar-benar tidak karuan. Daniel sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri, bahkan ibuku dan ibunya Daniel selalu mengatakan kami seperti anak kembar.
Melihatnya yang tidak berdaya saat itu benar-benar membuatku hancur. Ketika mengetahui Ryan lah yang membayar preman itu, emosiku benar-benar tidak bisa ku kendalikan.
Jujur saja saat itu aku ingin sekali menghabisi Ryan, bahkan tanpa aku sadari, aku sudah mengangkat sebuah bangku dan akan menghantamkan bangku itu padanya. Untung saja beberapa siswa di kelasku masih bisa menahanku. Kalau tidak, mungkin aku sudah menjadi tersangka pembunuhan.
Ketika tadi aku melihatnya di sekolah, emosiku kembali tersulut. Bagaimana tidak, Ryan masih saja terlihat santai setelah melakukan semua ini. Tentu saja semua ini terjadi karena Mami a.k.a ibunya Daniel tidak memperpanjang masalah ini.
Bahkan tadinya Ryan akan dikeluarkan dari sekolah. Namun karena Mami yang tidak ingin memperpanjang masalah ini dan karena kasihan dengan masa depan Ryan, maka dari itulah Mami memilih jalur kekeluargaan dan memberikan Ryan kesempatan untuk meraih masa depannya.
Sejujurnya aku tidak setuju dengan Mami saat itu. Bagaimanapun mereka kan bukan keluarga, jadi bagaimana bisa semua itu diselesaikan dengan kekeluargaan.
"Niel, gimana keadaan lo?" sapa Olivia ketika kami sampai dikamar Daniel
"Eh neng Oliv, aa gak papa neng cuma kecubit dikit kok" aku terkadang heran dengan manusia ini, bisa-bisanya dia bercanda disaat keadaannya seperti ini
"Masih bisa bercanda rupanya, gak parah dong?"
"Nggak dong, dia aja yang alay" manusia brengsek, menyesal aku mengatakan kalau dia salah satu orang yang berarti dihidupku
"Oh mau gue tikam lagi?" tanyaku sambil mengambil garpu yang ada di meja sebelah brankar Daniel
"Bercanda Emmmmerald"
Olivia tertawa ketika mendengar namaku diucapkan seperti itu.
"Udah lama gue gak denger nama lo dipanggil kaya tadi. Terakhir waktu perpisahan Pak Beni"
Ketika sedang asyik mengobrol, ponsel Olivia berdering dengan nyaringnya. Dengan salah tingkah, Olivia bergegas keluar dari ruangan ini untuk menjawab panggilan itu.
"Ral..."
"Hmm"
"Lo masih belum mau bilang ke Oliv?"
"Tentang?" tanyaku bingung
"Perasaan lo"
"Lo pikir gampang, Niel"
"Ya lo coba aja dulu"
"Kalau dia ilfeel gimana? Terus jauhin gue"
"Ya kalau lo diem terus, tuh anak nanti pasti ada yang deketin lagi"
"Ya kalaupun gue ngomong, belum tentu dia bisa nerima gue kan?"
"Terus sekarang mau lo gimana?"
"Jalan aja lah Niel, gue juga bingung, yang penting Olivia masih mau temenan sama gue, gue udah seneng"
Aku dan Daniel terkejut dan menoleh kearah Olivia secara bersamaan ketika tiba-tiba dia masuk ke ruang rawat ini. Apa dia mendengar obrolanku dengan Daniel barusan. Aku harap tidak, karena kalau sampai dia mendengarnya, bisa-bisa dia malah menjauhiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love (COMPLETED)
De TodoBertemu dengannya bukanlah keinginanku, jatuh cinta padanya bukan pula kehendakku. Pertemuan yang tidak pernah kusangka-sangka akan menjadi sebuah perjalanan cinta yang tidak akan pernah aku lupakan. Menjadi cinta pertama untuknya adalah hal yang in...