35

4.1K 337 44
                                    

EMERALD'S POV

Aku masih menatap tidak percaya dengan apa yang aku temukan disini. Jadi selama ini Mama dan kak Tiara menyembunyikan hal sebesar ini dariku. Bagaimana bisa selama 19 tahun aku hidup dalam kebohongan seperti ini.

"Emerald..." suara itu terdengar begitu lirih di telingaku. Aku menatap seseorang yang memanggilku tadi. Dia adalah Mama yang kini mematung di depan pintu bersama dengan kak Tiara.

"Kenapa Ma? Kenapa gak pernah jujur sama Eral dari awal?"

"Maafin Mama sayang. Mama gak bermaksud menyembunyikan ini semua dari kamu"

"Lalu kenapa Mama gak pernah cerita ke Eral?"

"Mama hanya gak ingin kamu menganggap Mama menjadi orang lain. Karena bagaimana pun juga, kamu adalah anak Mama"

"Aku udah 19 tahun, Ma. Apa aku belum cukup dewasa untuk tahu semua ini?"

"Sayang..."

"Mama adopsi Eral dari panti sosial?"

"Mama akan jelasin semuanya"

"Semuanya?"

"Sedetail-detailnya. Tapi kita berangkat malam ini ke Swiss"

"Swiss?" aku mengernyitkan alisku karena kebingungan. Kenapa harus ke Swiss. Apa tidak bisa dijelaskan disini saja.

"Semua jawaban yang kamu perlukan ada disana"

Malam ini juga aku bersama Mama dan kak Tiara berangkat ke Swiss. Jika kalian bertanya apa bisa berangkat secara mendadak seperti ini, tentu saja bisa. Aku sempat mendengar Mama menghubungi sahabatnya dulu yang terkenal kaya raya untuk meminjam jet pribadi miliknya.

"Malam ini, Peter. Apa bisa?"

"...."

"Kamu memang selalu bisa diandalkan"

Aku penasaran dengan kenalan Mama yang satu ini. Bagaimana bisa dia se-kaya ini hingga memiliki jet pribadi yang super mewah.

Aku terkesima ketika melihat pesawat jet bertuliskan 'Jensen' ini berada dihadapanku. Bahkan mataku tidak berkedip ketika melihat interior pesawat ini.

"Temen Mama ini se-kaya apa?" tanyaku penasaran

"Kamu kenapa norak gini sih, sayang?"

"Ya habisnya ini keren banget, Ma"

"Kamu cari aja di internet"

"Nama temen Mama siapa?" jujur saja aku benar-benar penasaran

"Peter Alexander Jensen" ujar Mama. Ketika aku merogoh saku-ku, aku tidak menemukan ponselku. Ah sial sudah pasti ponselku tertinggal di meja.

"Ma, Eral lupa bawa HP"

"Nih pakai punya Mama" dengan segera aku mencari nama teman Mama itu. Benar saja aku tidak bisa berkedip ketika melihat rincian kekayaannya.

"Anaknya satu doang, Ma? Menang banyak dong ya dapet warisan"

"Anaknya dua, yang sering muncul itu anak bungsunya. Kalau anak sulungnya itu jarang ikut acara-acara resmi, jadi gak ke ekspos media"

Aku pun tidak lagi memikirkan keluarga kaya ini. Yang kembali aku pikirkan saat ini adalah identitasku yang sebenarnya dan bagaimana caraku menjelaskan pada Olivia kalau saat ini aku pergi ke Swiss.

Karena kalau aku menghubunginya malam ini, sudah pasti dia akan mencercaku dengan berbagai macam pertanyaan.

*****

Ketika kami tiba di Swiss, sudah ada kenalan Mama yang menjemput kami disini. Baru saja aku akan meminjam ponsel Mama untuk menghubungi Olivia, Mama sudah menggunakan ponselnya untuk menghubungi seseorang.

Last Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang