EMERALD'S POV
Aku menuruni tangga sembari bernyanyi kecil dan mendapati Mama sedang menyiapkan sarapan untuk kami berdua.
"Mama kira kamu masih tidur, Ral" ujar Mama ketika melihatku menuruni anak tangga
"Udah bangun dong"
"Mau pergi sama Olivia?" aku mengangguk dengan girang "Nih, Mama udah masakin untuk Olivia juga. Nanti tinggal dipanasin aja"
"Waahhh... Olivia memang beruntung punya calon Mama mertua seperti Mama"
"Dasar... bisa aja mujinya"
"Ma, jadi kakak kapan pulangnya?"
"Kenapa? Udah kangen?"
"Ya kan selama ini kakak gak pulang Ma. Apalagi Mama gak bolehin Eral nyamperin kesana, selama ini juga Mama doang yang kesana gak pernah ngajakin Eral"
"Kemarin sih kata kakak, dia masih ada kontrak setengah tahun lagi. Setelah itu dia akan tinggal lagi sama kita disini"
Beberapa bulan ini, komunikasiku dengan kak Tiara sudah tidak seintens dulu. Selain karena kesibukannya, itu juga karena kesibukanku. Perbedaan waktu membuat kami sulit untuk berkomunikasi.
Setelah Mama selesai menyiapkan sarapan, dengan cepat aku menarik bangku dan mengambil piring. Baru saja aku akan menyendok nasi, tiba-tiba saja bel rumahku berbunyi. Itu menandakan, ada seseorang yang bertamu ke rumah ini.
"Mama lagi nunggu seseorang?" tanyaku
"Mama gak nunggu siapa-siapa. Apa jangan-jangan itu Olivia?"
"Kayaknya sih bukan, Ma. Oliv pasti hubungin Eral dulu kalau mau kesini"
"Yaudah, Mama bukain pintu dulu"
"Eral aja Ma" sergahku dengan cepat
Sepertinya hari ini aku sedang tidak mengharapkan seseorang untuk bertamu kemari. Apa itu Daniel, atau jangan-jangan Aurora.
Aku membuka pintu rumahku dan seketika aku terkejut karena mendapati om Arthur berdiri di depan pintu rumahku. Apa yang dia lakukan disini. Apa dia ingin menanyakan mengenai keberadaan Olivia. Apa yang harus aku katakan apabila dia memang kemari untuk menanyakan itu.
"Emerald Dimitri" ujarnya dengan menunjukan senyuman yang tampak begitu manipulatif "Atau Emerald Roberts?"
Sebentar... bagaimana dia mengetahui nama lengkapku dan bagaimana bisa dia mengetahui nama asliku. Apa Olivia yang meberitahukan itu semua, tapi untuk apa.
"Ada perlu apa om Arthur kesini?" tanyaku
"Saya kira kamu akan berlaku sopan seperti sebelum-sebelumnya. Jadi saya gak perlu basa-basi lagi"
Om Arthur melayangkan tangannya dan menampar wajahku berkali-kali. Aku benar-benar terkejut karena mendapat serangan seperti ini secara tiba-tiba. Tidak hanya menampar wajahku, om Arthur juga memukul perutku.
Sial... bagaimana bisa aku tidak berdaya seperti ini saat dihajar oleh manusia monster seperti om Arthur. Aku sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Selain karena kekuatan om Arthur yang jelas bukan tandinganku, itu juga karena aku belum sarapan.
Kalian bayangkan saja aku sedang lapar-laparnya lalu dihajar sedemikian rupa tanpa ampun. Mendapat pukulan yang betubi-tubi, seketika tubuhku terkulai lemah di lantai.
Seakan mengetahui keributan yang terjadi, samar-samar aku mendengar suara teriakan Mama.
"Apa-apaan ini, astaga Emerald..." Mama berlari menghampiriku yang terkulai lemas di lantai "Apa yang anda lakukan..." ucapan Mama terhenti ketika melihat om Arthur "Arthur..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love (COMPLETED)
CasualeBertemu dengannya bukanlah keinginanku, jatuh cinta padanya bukan pula kehendakku. Pertemuan yang tidak pernah kusangka-sangka akan menjadi sebuah perjalanan cinta yang tidak akan pernah aku lupakan. Menjadi cinta pertama untuknya adalah hal yang in...