11

5.4K 463 38
                                    

EMERALD'S POV

"Gimana rasanya sekelas sama robot-robot ambisius?" tanya Daniel padaku

"Dibilang good nggak good, dibilang bad juga nggak bad"

Mataku masih terfokus pada layar televisi sedangkan jari-jariku tidak hentinya bergerak. Hingga akhirnya gol ketiga aku dapatkan.

"Ahh payah nih lo, masak kalah lawan gue" ujarku seraya menunjuk skor 3-2 yang tertera dilayar "Udah ah... bosen gue menang mulu"

"Dih... sombong banget nih anak. Eh Ral, lo gak balik ke sekolah?"

"Ngapain?"

"Jam tambahan"

"Males ah... lagian yang dipelajarin juga gitu-gitu doang"

"Gue kira lo bakal lebih rajin semenjak sekelas sama Oliv, ternyata emang sama aja. Btw Ral, Oliv itu orangnya gimana sih?"

"Gimana apanya?"

"Gak jadi deh, gue cari tahu sendiri aja"

Aku menatap Daniel dengan pandangan penuh kecurigaan.

"Kalau lo sampai macem-macem..."

"Nggak Ral, gue nanya doang. Elah"

"Awas lo"

"Iya iya, ini mau lanjut lagi gak?"

"Lanjut deh, daripada gue balik ke sekolah"

Baru saja aku mengatakan ini, aku merasakan ponselku bergetar di saku-ku. Tanpa melihat namanya, aku menjawab panggilan itu.

"Ral, lo dimana? Bentar lagi jam tambahan mulai"

"Gue lagi..." apa aku harus jujur aku sedang bersama Daniel di rental PS "Gue lagi di warkop, ini mau balik sekarang"

Baiklah, ini adalah salah satu ketidak sinkronan antara otak dan mulutku. Bagaimana bisa aku mengatakan akan kembali ke kelas. Padahal belum ada lima menit aku mengatakan pada Daniel untuk tetap ada disini.

Setelah mematikan telepon, seperti dugaanku Daniel sudah mencelaku karena mengatakan akan kembali ke sekolah.

"Cih... tadi aja gue tanya, katanya males balik lagi. Giliran Oliv yang nanya gercep banget"

"Lo harus tahu, Niel. Terkadang orang jenius itu, otak sama mulutnya gak sinkron. Udah ya gue cabut dulu"

Tanpa menunggu respon Daniel, aku meninggalkannya dan menyerahkan stik PS yang kupegang kepada bocah yang duduk disebelahku "Kalahin dia, jangan bikin malu gue" ujarku pada bocah itu.

*****

Hari-hari berjalan begitu cepat, tanpa aku sadari sudah satu bulan aku berada di kelas Olivia. Jujur saja awalnya terasa membosankan, tetapi lama kelamaan aku cukup bisa beradaptasi dengan orang-orang di kelas ini.

Aku meletakkan seragam sekolahku di loker setelah berganti ke seragam olah raga. Tidak seperti murid lainnya yang meletakkan seragamnya dengan lipatan-lipatan rapi, aku hanya meletakkannya sembarangan saja.

Baru saja aku menutup loker milikku, aku melihat Olivia yang meletakkan seragamnya dengan rapi di loker miliknya.

Namun bukan itu yang membuat perhatianku teralihkan, melainkan amplop-amplop yang ada di dalamnya.

"Buset dah, banyak amat, Liv. Dari fans lo semua?"

"Mana gue tahu, biasanya ada yang nyelipin di loker gue. Mau gue buang, gak enak. Kesannya malah gak ngehargain yang ngirim"

"Tapi lo udah baca isinya?"

"Belum..." ujarnya sambil menggeleng

Seketika muncul ideku yang memang sifat dasarnya saja aku manusia kepo "Biar gue bantu bacain. Besok gue kasih rekapannya secara lisan"

Last Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang