EMERALD'S POV
"Jadi kakak kapan pulang? Kan kakak udah lulus satu bulan yang lalu" tanyaku kepada kakak semata wayangku yang kini tinggal jauh dari kami.
"Kenapa sih Ral? Kamu kangen banget sama kakak?"
"Jangan nanya balik deh, jadi kakak kapan pulang? Kalau kakak gak segera pulang, nanti Eral samperin kakak kesana biar Eral seret kakak untuk pulang"
"Kakak pulang tahun depan, Ral..."
"Kok tahun depan?"
"Boleh kakak bicara dulu?"
"Iya Maaf"
"Jadi begini Emerald sayang, kakak di kontrak sebagai legal staf di sebuah perusahaan yang berbasis di Washington..."
"Jadi kakak pindah ke Washington?" potongku
"Emerald..." sepertinya kak Tiara begitu Emosi dengan kelakuanku, aku hanya cengengesan melihat kekesalannya "Bulan depan, kakak akan pindah ke Washington dan bekerja disana kurang lebih satu tahun, setelah itu kakak akan pulang. Jadi kamu tenang aja, kakak gak akan..."
"Nikah diem-diem disana?"
"Nah itu tahu"
Meskipun banyak yang mengira kekhawatiranku mengenai kak Tiara yang menikah diam-diam hanyalah candaan, tapi itu adalah masalah serius bagiku. Mungkin aku terdengar egois apabila menjadi orang yang akan menentang pernikahannya apabila aku tidak menyukai siapa orang yang akan menikahinya.
Tapi kalau aku boleh jujur, saat ini aku benar-benar belum bisa mengikhlaskan kak Tiara untuk menjadi milik orang lain. Dan kalau seandainya nanti dia akan menikah, maka akulah orang yang harus menyeleksi siapa orang itu.
*****
Ternyata menjadi mahasiswa semester akhir tidak seburuk yang orang katakan. Semua orang terlihat begitu tertekan dengan skripsi yang mereka kerjakan, sedangkan aku sama sekali tidak berpikir keras untuk itu.
Bukan hanya aku yang tampak santai dengan tugas akhir ini, Olivia juga begitu. Aku dan Olivia kini lebih sering menghabiskan waktu bersama di perpustakaan untuk mengerjakan skripsi kami.
"Gimana? Udah kelar?" tanyaku kepada Olivia yang masih sibuk menatap layar laptopnya.
Jari-jari Olivia tampak menari dengan indah di keyboard laptop miliknya. Sesekali aku membaca apa yang dibuat Olivia dan aku memutuskan untuk tidak membacanya lagi karena aku tidak ingin membuat otakku lelah karena memahami itu semua.
"Udah dong" ucapnya dengan senyum merekah "Kamu gimana?"
"Besok aku bimbingan lagi, kalau gak ada revisi, kemungkinan aku udah bisa daftar sidang"
"Kalau gitu sama, aku juga"
"Jadi sekarang kita kemana?"
"Jajan eskrim?"
"Okay, kemana pun kamu mau"
Aku merapikan laptop dan seluruh barang-barangku, begitupun Olivia. Setelah itu kami berdua berjalan menuju parkiran kampus.
Seperti yang aku katakan tadi, kini aku lebih sering menghabiskan waktu dengan Olivia. Jadi aku lebih sering menjemputnya dibanding dia membawa kendaraan sendiri.
*****
"Oke, gak ada lagi yang harus saya revisi. Kamu bisa lanjut buat daftar sidang" ucap bu Sara setelah membaca skripsiku
"Beneran bu?" tanyaku memastikan
"Iya, ngapain saya bercanda"
Senyumku merekah ketika bu Sara mengatakan tidak ada hal yang harus direvisi lagi. Aku segera merapikan seluruh kertas dan buku-buku refrensiku yang tadi dilihat bu Sara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love (COMPLETED)
RandomBertemu dengannya bukanlah keinginanku, jatuh cinta padanya bukan pula kehendakku. Pertemuan yang tidak pernah kusangka-sangka akan menjadi sebuah perjalanan cinta yang tidak akan pernah aku lupakan. Menjadi cinta pertama untuknya adalah hal yang in...