OLIVIA'S POV
"Olivia gak mau kuliah di Jerman" ujarku datar ketika untuk kesekian kalinya Papa dan Mama memaksaku untuk berangkat ke Jerman setelah kelulusan.
"Papa dan Mama tidak menawarkan kamu, tapi ini perintah. Setuju tidak setuju, kamu tetap berangkat ke Jerman setelah pengumuman kelulusan"
"Tapi Olivia gak mau, Pa"
"Papa gak perduli kamu mau atau tidak"
"Ma... Oliv mau tetap disini" seharusnya aku tahu meskipun aku merengek pada Mama, dia masih akan tetap berpihak pada Papa
"Liv, Mama juga ingin kamu lanjutin kuliah di Jerman. Apa susahnya kamu nurut sama kita. Lagi pula di luar sana juga banyak anak-anak yang ingin kuliah di luar negeri. Ini kamu dikasih kesempatan malah gak mau"
"Tapi Olivia udah nyaman disini. Oliv gak mau kemana-mana lagi"
"Kalau kamu memilih tetap disini, jangan harap Papa dan Mama mau membiayai semua kebutuhan kamu" ancam Papa
"Kalau memang begitu, aku masih bisa kerja buat biayain hidupku sendiri"
Plak...
Baiklah, mungkin kalian mengira ini keterlaluan. Tapi ini memang sering terjadi ketika aku berbalik menantang dan Papa dalam emosi yang tidak terkontrol.
Satu tamparan dipipi kananku berhasil aku dapatkan hari ini.
Kenapa aku harus terlahir di keluarga seperti ini. Kenapa aku tidak bisa memiliki keluarga sehangat keluarga Emerald. Bahkan tante Claire saja sudah menganggapku seperti anaknya sendiri ketika aku berkunjung kesana.
"Papa tampar aku seribu kali pun, aku gak bakal setuju untuk kuliah di Jerman" aku meninggalkan mereka berdua yang masih mematung di ruang tamu.
Sepertinya aku harus mencari udara segar agar pikiranku terasa lebih ringan.
"Non, mau kemana? Pak Jon antar ya?"
"Gak papa pak, Oliv jalan kaki aja. Pak Jon gak usah khawatir sama Oliv"
*****
Aku duduk di pinggir danau yang ada di taman. Air danau itu begitu tenang seakan memanggilku untuk menghampirinya.
Ya Tuhan, apa aku baru saja berpikir untuk bunuh diri. Tidak... tidak... seberat apapun masalahku, bunuh diri bukanlah jalan keluar.
"Halo maniezztt" aku terkejut ketika Emerald duduk di sebelahku sambil membawa dua eskrim di genggaman tangannya "Nih buat kamu, biar kamu bisa lebih rileks"
"Kamu ngapain disini?"
"Nyari kamu dong"
"Kamu tahu darimana aku disini?"
"Feeling aja"
"Pak Jon ya?" tanyaku penasaran
"Ok, emang Pak Jon yang chat aku tadi. Tapi kamu dengerin aku dulu, Pak Jon cuma bilang kalau kamu pergi jalan kaki. Udah itu aja"
"Lalu?"
"Kamu jangan marah ya sama dia, Pak Jon cuma khawatir sama kamu" Tentu saja Pak Jon sudah bercerita kepada Emerald mengenai kejadian di rumah tadi
Sepertinya bekas tamparan Papa tadi mulai menarik perhatian Emerald karena saat ini dia tiba-tiba memegang wajahku dan mengusap pipiku.
"Sakit?" aku hanya menggeleng "Ikut ke rumahku, ya?"
"Tapi Ral..."
"Ok, kalau kamu gak mau ikut ke rumah. Kita ke tempat lain ya? Kita pergi ke suatu tempat yang tenang dari keramaian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love (COMPLETED)
RandomBertemu dengannya bukanlah keinginanku, jatuh cinta padanya bukan pula kehendakku. Pertemuan yang tidak pernah kusangka-sangka akan menjadi sebuah perjalanan cinta yang tidak akan pernah aku lupakan. Menjadi cinta pertama untuknya adalah hal yang in...