OLIVIA'S POV
"Liv, lo disuruh keruang piket buat ambil tugas dari bu Anna, sekarang" aku tersentak dari lamunanku ketika ada seseorang yang menepuk lenganku "Yailah Liv, masih pagi udah ngelamun aja. Ngelamun apa lo? Ngelamun jorok ya?" ledek Diandra yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatku sejak SD hingga sekarang.
"Enak aja, pikiran lo tuh yang kotor. Heran gue"
Aku pun bergegas berjalan ke ruang piket dan menanyakan tugas dari bu Anna pada guru piket.
Setelah mendapat tugas yang harus dikerjakan, aku pun kembali ke kelas lalu mengumumkan tugas yang harus dikerjakan dan wajib dikumpulkan pada jam ke empat.
Baru saja aku mulai mengerjakan tugas, tiba-tiba saja ponselku bergetar. Aku melihat nama yang tertera disana dan seketika alisku mengernyit.
"Bokap lo nelpon tuh" ledek Diandra yang duduk tepat di sebelahku
Tanpa menghiraukan ledekan Diandra, aku menjawab telepon dari seseorang yang selalu dikatakan sebagai ayahku di sekolah ini. Benar sekali, dia adalah Pak Beni Guru BK yang terkenal killer di sekolah ini dan bahkan tidak segan-segan menghukum murid disini baik laki-laki maupun perempuan.
"Selamat pagi pak"
"Temui saya di lapangan upacara, sekarang ya"
"Ada apa ya..." belum selesai aku berbicara Pak Beni sudah memutuskan panggilan. Kalau dia bukan guru yang harus aku hormati sudah aku maki-maki dia saat ini juga. Sabar Oliv sabar.
"Eh mau kemana lo?"
"Urusan kenegaraan"
Tanpa mempedulikan Diandra lagi, aku berlari menuju lapangan upacara. Disana aku melihat ada Pak Beni dan satu orang siswi yang memunggungiku.
"Selamat Pagi pak, bapak panggil saya?" sapaku
"Pagi Liv, udah sarapan?" aku tahu itu hanya pertanyaan basa-basi "begini Liv, saya minta kamu kesini untuk membantu saya mengawasi anak bandel ini"
"Mengawasi? Maksud bapak?"
"Anak ini lagi saya hukum untuk hormat ke bendera sampai jam ke empat selesai, tugas kamu cukup mengawasi dia dan melaporkan ke saya kalau dia tidak menjalankan hukuman yang saya berikan" Pak Beni menunjuk seorang siswi yang ada di sebelahku, sekilas aku melihat wajahnya yang terlihat familiar.
"Tapi pak... di kelas saya juga ada tugas yang harus dikumpul hari ini pak, karena kebetulan bu Anna berhalangan hadir"
"Oh, untuk itu kamu tenang saja, saya sudah minta izin ke bu Anna kamu agar kamu membantu saya dulu. Untuk tugas itu kamu bisa kerjakan dirumah dan dikumpulkan besok. Bisa kamu bantu saya?"
Baiklah kalau begitu, meskipun aku masuk nominasi siswi berprestasi di sekolah ini, bukan berarti hal yang aku sukai hanyalah belajar dan belajar saja.
Aku menarik bangku dan mengawasi siswi yang sedang hormat ke bendera. Ingatanku masih mencoba menggali jawaban siapa siswi yang sedang dihukum ini karena wajahnya begitu familiar bagiku.
Setelah mengerahkan seluruh ingatanku, akhirnya mengingat siapa siswi ini. Dia adalah siswi yang hampir setiap hari dibicarakan di ruang guru. Semua guru membicarakannya karena dia selalu melakukan hal ajaib yang membuat guru-guru darah tinggi.
Dia adalah Emerald yang akrab disapa Eral. Kami mungkin tidak saling kenal, tapi bukan berarti aku tidak mengenalnya. Selain para guru di sekolah ini, aku juga kerap kali mendengar anggota osis yang menggosip tentang dirinya.
*****
Baru beberapa menit Pak Beni meninggalkan lapangan, anak itu sudah ingin beranjak dari lapangan. Bagaimana bisa dia berani mengabaikan hukuman Pak Beni. Bahkan anak kepala sekolah sekalipun tidak berani melawan Pak Beni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love (COMPLETED)
CasualeBertemu dengannya bukanlah keinginanku, jatuh cinta padanya bukan pula kehendakku. Pertemuan yang tidak pernah kusangka-sangka akan menjadi sebuah perjalanan cinta yang tidak akan pernah aku lupakan. Menjadi cinta pertama untuknya adalah hal yang in...