EMERALD'S POV
"Aku menang..." ujar Olivia dari ujung telepon
Aku tidak akan terkejut apabila Olivia memenangkan pemilihan umum di kampusnya dan menjabat sebagai ketua BEM. Karena saat ini kekasihku itu sangatlah populer di kampusnya itu. Bahkan kepopuleran Olivia kini sudah merambah ke semua fakultas termasuk fakultasku.
"Congrats ya sayang..."
"Bentar ya, Ral. Nanti aku telpon lagi"
Belum sempat aku menjawab, Olivia sudah memutuskan panggilannya. Baiklah, sepertinya Olivia akan lebih sibuk lagi setelah ini. Aku cukup tahu kegiatan ketua BEM sesibuk apa karena kak Tiara dulu pernah menjabat menjadi ketua BEM.
"Huh..."
Saat ini aku sedang berada di taman kampus dan akan menuju parkiran. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah karena tidak ada lagi mata kuliah hari ini. Sejak memasuki semester ini, aku dan Olivia jarang berangkat bersama karena jadwal kami yang sangat berbeda.
Meskipun begitu, aku selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Olivia ke kampusnya atau hanya sekedar bertemu di kantin dan taman kampus. Bahkan untuk bertemu dengannya di hari sabtu dan minggu pun kini begitu sulit.
Disamping tugas kampusnya yang lumayan banyak, Olivia juga mengikuti beberapa organisasi lainnya. Jujur saja aku terkadang tidak mengerti dengannya. Dia bukan tipe orang yang banyak bicara, bahkan bisa aku katakan dia sangatlah pendiam. Tapi bagaimana bisa dia selalu mengikuti kegiatan yang tidak dilakukan oleh anak pendiam pada umumnya.
Terkadang aku berpikir, apakah kekasihku ini seorang introvert atau ekstrovert. Karena seperti yang aku katakan tadi. Dia tidak memiliki banyak teman dan cenderung pendiam. Tapi terkadang dia juga anak yang vokal namun tetap saja tidak mudah terbuka dengan siapapun.
Selama ini yang aku ketahui Olivia hanya memiliki seorang sahabat yang dulu pernah bersekolah di sekolah yang sama dengan kami, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke luar negeri. Kalau tidak salah namanya adalah Diandra.
Aku tidak pernah bertatap muka dengannya, namun Olivia pernah memperlihatkanku sebuah foto yang terdapat dirinya dan sahabatnya itu.
Bahkan kini ketika kuliah, dia hanya dekat dengan satu orang saja yaitu Giselle. Meskipun kedekatan mereka tidak seperti bagaimana Olivia dengan Diandra.
Ditengah pikiranku yang berkecamuk, tiba-tiba saja seseorang mengetuk kaca mobilku.
"Aurora" gumamku ketika melihat siapa orang yang mengetuk kaca mobilku tadi.
Apa yang dia lalukan disini, bukankah dia sudah lulus satu tahun yang lalu. Apa saat ini dia kembali melanjutkan S-3 nya.
"Lo kenapa?"
"I need help" ucapnya seraya memberikan cengiran yang tidak pernah ditunjukannya selama ini.
*****
"Jadi lo mau gue ngapain?" tanyaku kembali untuk kesekian kalinya. Tentu kalian bisa menebak bagaimana Aurora menanggapi pertanyaanku. Yup tepat sekali, dia hanya tersenyum dengan manisnya.
Saat ini aku sedang berada di sebuah ruangan yang sangatlah luas. Bisa aku tebak ini adalah ruang kerja miliknya. Tapi bagaimana bisa dia memiliki ruang kerja se-luas ini. Apa jangan-jangan dia pemilik perusahaan ini.
"Jadi..."
"Kamu bisa sabar gak sih?" ucapnya memotong pertanyaan yang akan aku lontarkan kembali.
"Gini ya Ara..." ucapku yang entah kenapa harus menyingkat namanya menjadi Ara dibanding Au, Auro, Rora, Ora... astaga ini bukan hal yang penting sama sekali. Tapi kalau boleh jujur, menyebut 'Aurora' tidaklah efektif bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love (COMPLETED)
AléatoireBertemu dengannya bukanlah keinginanku, jatuh cinta padanya bukan pula kehendakku. Pertemuan yang tidak pernah kusangka-sangka akan menjadi sebuah perjalanan cinta yang tidak akan pernah aku lupakan. Menjadi cinta pertama untuknya adalah hal yang in...