EMERALD'S POV
Sudah tiga bulan aku berada di kelas yang penuh dengan manusia ambisius. Ini juga menyebabkanku sedikit ambisius terutama mengalahkan manusia songong seperti Ryan.
Sebenarnya aku tidak ingin menjawab pertanyaan dari guru atau bertanya ketika seseorang sedang presentasi. Tapi entah dendam apa yang aku miliki pada Ryan, setiap kali dia menjawab pertanyaan guru dan jawaban itu tidak tepat untukku, aku akan menjegalnya dan membuatnya malu di depan umum.
Jujur saja aku tidak suka dengan tindakannya yang ingin mendekati Olivia dan ingin Olivia menjauh dariku. Kalau memang dia menyukai Olivia, kan tidak harus membuat Olivia untuk menjauhiku.
Beberapa hari kemarin dia bahkan mengatakan aku ini tukang bully. Mungkin bisa dikatakan benar, tapi yang membuatku kesal adalah dia mengatakan itu seakan-akan Olivia ikut merundung seseorang.
Aku benar-benar kesal dengan orang itu, bahkan melihat wajahnya saja aku sudah ingin mengeluarkan semua isi perutku.
"Tumben pagi-pagi lo udah di kelas" ucap Olivia sembari menjatuhkan pantatnya dibangku sebelahku
"Gue bawa motor hari ini, jadi gak kejebak macet. Lo nanti pulang bareng gue mau gak? Ini kan hari jum'at, jam tambahan juga gak sampai sore kan..."
"Tapi gue masih ada urusan di club teater sampai jam 4 sore"
"Gue tungguin"
"Tumben lo bawa motor, udah gitu ngajakin gue pulang bareng. Lo mau kemana emang?"
"Nih..." aku menyerahkan selebaran yang diberikan Daniel pagi tadi.
Jujur saja tadi aku ingin membawa mobil, namun ketika aku membuka pagar rumahku, Daniel sudah bertengger di depan rumahku dengan motornya. Lalu memberikanku selebaran yang berisi tentang acara festival yang ada pasar malamnya dan diadakan di dekat pantai.
Berhubung ini acara festival, sudah pasti jalan arah pantai akan macet total jadilah aku mengendarai motor kesayanganku hari ini.
"Lo mau ikut balap liar?" tanya Olivia penasaran "Gue bisa telpon nyokap lo sekarang"
"Hah? Balap liar?" ulangku
"Iya ini" Olivia mengembalikan selebaran yang tadi kuberikan padanya "Ini balap liar kan, lo mau ngajak gue kesana?"
"Eh.... salah bukan ini" dengan cepat aku memasukkan kembali selebaran itu ke saku-ku dan mencari selebaran lain yang ternyata aku letakkan di dalam ranselku "Ini yang bener, tadi salah hehe"
Olivia kembali membaca selebaran itu, alisnya tampak bertaut dan wajahnya terlihat menggemaskan.
"Gimana? Mau ikut gak?" tanyaku kembali
"Mau sih, tapi..."
"Kenapa? Lo mau ijin sama ortu lo dulu? Gue bisa bantu ijinin, lo tenang aja"
"Bukan itu Ral, gue gak masalah sama mereka, lagi pula mereka lagi gak disini, gue juga gak tau mereka pulangnya kapan"
"Terus? Lo udah ada acara lain"
"Bukan itu... gue gak ada helm. Yakali kepala gue polosan"
"Yailah, gue kira apaan. Lo tenang aja, gue udah bawa dua helm, punya kak Tiara, tadi gue udah pinjemin"
"Gak papa?"
"It's fine"
*****
Aku berjalan dengan Daniel menuju ruang teater, disana aku melihat Ryan yang sedang memperhatikan Olivia. Pandangan Ryan seakan begitu lekat kepada Olivia, bahkan aku berani bertaruh kalau dia sama sekali tidak berkedip saat memandangi Olivia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love (COMPLETED)
RandomBertemu dengannya bukanlah keinginanku, jatuh cinta padanya bukan pula kehendakku. Pertemuan yang tidak pernah kusangka-sangka akan menjadi sebuah perjalanan cinta yang tidak akan pernah aku lupakan. Menjadi cinta pertama untuknya adalah hal yang in...