08: Hajar Arial

2.3K 165 15
                                    

"Pagi-pagi si Al udah budrex," Dafa memberikan satu strip obat pereda sakit kepala titipan Arial.

Arial memukul pelan kepalanya tanpa berniat menyahut ucapan Dafa. Arial meraup obat tersebut kemudian ia minum dengan bantuan air putih.

"Berapa ini tadi harganya?" tanya Arial mengangkat bungkus tablet obat.

"Berapa ya? Tadi gue sekalian beli ini, totalnya sepuluh ribu," jawab Dafa tengah memakan chiki di samping Arial.

"Masih pagi udah makan ginian lu, sakit perut awas,"

"Daripada lu, pagi-pagi dah minum Bodrex dah makan belum lu?"

"Liat, aman diminum sebelum makan," Arial menuding slogan yang tertera di depan kemasan.

Dafa mengedikkan bahu.

"Gue gak ada kembalian, ntar aja pas di kantin lo bayarin makan gue," Dafa mendorong uang dua puluh ribu milik Arial.

Arial mengangguk dua kali.

Pembelajaran mapel pertama diawali dengan Sejarah Indonesia. Arial menyangga kepalanya menggunakan tangan. Arial berniat melirik jam yang terletak di atas papan tulis, tetapi Arial tidak lekas melihat jam tersebut dengan jelas. Jam dinding itu berbayang di mata Arial, bahkan melihat tulisan guru di papan-tulis pun terlihat kabur hingga sulit dibaca. Entah tulisan beliau yang terlalu kecil, atau penglihatan Arial yang bermasalah.

"Daf."

"Hm."

"Nanti abis istirahat kita pindah duduk di depan ya," ajak Arial.

"Lah, jangan. Ntar gak bisa makan pas jam pelajaran lagi dong gue, gak bisa bales chat ayang, gak bisa yutub-an, udah paling bener di belakang, ngapain ke depan," sewot Dafa tidak terima.

Arial mengurut kepalanya. "Gue gak bisa baca tulisan di depan, sampai puyeng pala gue ini,"

"Gara-gara semalem lo push-rank mesti," tuduh Dafa.

Arial berdecak, melihat wajah Dafa memang masih agak jelas, akan tetapi melihat Kevin yang hanya berjarak satu meja di belakang sudah nampak berbayang.

Dddrrtt ...

+62812****
Lo dimana

"Tumben bocah hubungin gue," gumam kecil Arial.

Arial menahan pesan dari nomor Farel yang belum ia simpan, Arial mengarsipkan nomor Farel sebelum membalas pesan anak itu, Arial masih kesal akan sikap Farel kemarin.

●●●

Arial membawa buku tulis dan satu pulpen menuju perpustakaan. Jauh di depan teman-teman sudah lebih dulu berjalan menuju ruang baca tersebut, Arial tertinggal karena harus membeli buku tulis di kantin sekolah. Ia lupa membawa buku Bahasa Indonesia dan dia tidak membawa buku double. Sementara tugas hari ini harus dikumpulkan, bisa makin ribet urusannya jika Arial memakai buku lain.

"Oy!"

Arial mengerutkan kening melihat Farel berlari menghampirinya.

"Apa?" Arial bertanya tak kalah songong.

"Maksud lo apa bilang sam-" Farel mengedarkan pandangan, menyadari sesuatu, sepertinya dia salah tempat.

Farel menarik kasar pergelangan tangan Arial.

"Lo punya urusan apa sama gue, hah?" Arial mengibaskan tangannya.

Stepbrother✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang