45: Temen Laknat!

1.7K 159 2
                                    

Sebelum membaca harap divote terlebih dahulu.

Saling menghargai tidak akan membuatmu rugi.

●●●

"Kamu mau langsung sekolah, Sayang?"

Baru semalam Farel pulang dari Singapura, keesokan harinya dia sudah sangat bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Terbukti dengan ransel yang bertengger di pundaknya lengkap dengan seragam osis putih abu-abu.

Farel mengangguk pelan.

"Al mana sih, nggak turun-turun."

"Tadi kenapa nggak sekalian kamu panggil," Ranum mengoleskan selai cokelat di atas lembaran roti tawar.

"Aku kira dia udah turun, Bun," Farel melipat roti selai tersebut, kemudian ia comot dalam sekali gigitan.

"Diminum dulu susunya, keburu dingin," Ranum mengaduk dua gelas berisi susu. Salah satunya ia berikan kepada Farel.

Suara Farel yang menggerutu mencari keberadaan Arial pun sampai terdengar di kamar sang empu. Jemari Arial sibuk mengancingkan kemeja yang ia kenakan, anak itu akhirnya turun dengan penampilan yang belum sempurna rapi.

"Ini dia anaknya," gumam Farel melihat Arial berdiri di hadapannya.

"Lagi siap-siap, berisik aja lo," ujar Arial menuruni satu per satu anak tangga.

"Pagi semuanya."

Keributan kecil itu berakhir ketika kepala keluarga sudah duduk di kursinya. Baik Arial maupun Farel langsung menempatkan diri di tempat masing-masing.

"Habisin ya," Ranum memberikan Arial segelas susu.

Arial mengangguk menerima sembari tersenyum.

Melihat lipatan krah kemeja Arial berantakan, tangan Ranum terulur untuk merapikannya.

Arial menikmati segelas susu tanpa terganggu dengan pergerakan tangan Ranum yang sedikit menarik-narik krah kemeja miliknya yang berantakan.

"Pagi-pagi kok udah keramas sih," tegur Ranum pelan.

Arial menurunkan gelas dari mulutnya. Arial menyengir kecil, kemudian hendak mengelap bibir tipisnya yang ternodai bekas susu tersebut menggunakan tangan. 

"Pake tisu Al! Ih kamu ini joroknya nggak ilang-ilang..." Ranum menahan pergelangan tangan Arial sebelum mencapai mulut, ditariknya lembaran tisu di atas meja, lalu ia usapkan perlahan membersihkan sisa susu yang menempel di atas mulut anaknya.

"Kek bocah," sindir Farel.

Jovan tersenyum melihat interaksi mereka bertiga.

"Al, Farel, nanti berangkat ke sekolah dianter Ayah aja ya," Jovan menatap kedua bocah itu bergantian.

"Iya, Yah."

"Iya, Om."

Jawaban terakhir membuat Jovan menatap pelakunya.

Arial melirik Farel, kemudian melirik Ranum lalu menggigit bibir bawahnya.

Goblok kenapa pake jawab sih, bego!

Arial merutuk dirinya sendiri. Ia tundukkan kepalanya karena merasa canggung, belum lagi atsensi mereka yang terpusat ke arahnya saja.

"Santai aja, tegang gitu muka kamu," Jovan terkekeh.

Sedetik kemudian Ranum dan Farel ikut tertawa melihat tingkah aneh Arial. Farel menepuk pundak Arial sambil tertawa terpingkal-pingkal.

"Kenapa pada ketawa sih?" Arial menatap bingung ke arah mereka.

Stepbrother✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang