19: Tabrak Lari

2.6K 156 12
                                    

Bahkan dalam kondisi normal suhu tubuh Arial memang hangat. Arial tidak tau jika dirinya habis menghebohkan seisi kelas, yang dia ingat dia hanya memejamkan mata lalu ketiduran di kelas. Mengapa teman-teman menuduh dirinya pingsan? Padahal Arial hanya memjamkan mata, ia tidak merasa Dafa menepuk kedua pipinya, Arial tidak mendengar teman-teman memanggil-manggil namanya.

Dafa memilih tidak membahas lagi persoalan tadi, toh Arial bersikeras tidak mau dibawa ke uks, jadi Dafa hanya memberinya obat penurun panas saja. Setelah guru pergi Arial kembali ceria seperti biasa, ia duduk bergabung bersama Kevin dan yang lain guna bermain kartu di pojok belakang.

"Kriting!" Chiko membanting kartu di hadapan mereka.

"JOKER!" Arial membanting kartu dengan begitu sombongnya.

"Hadeeehhh... minum lagi, minum lagi," Dafa pasrah mengambil kartu minum yang tertumpuk rapi.

"Minum terus, Po! Kalau kalah beliin gua es teh segelas pokoknya!" seru Arial.

Kevin tertawa terbahak melihat kartu di genggaman tangan Dafa semakin bertambah banyak.

"Cekokin es teh sampai keok si Al," sahut Chiko.

"Padahal tadi udah jelas-jelas pingsan di kelas masih ngelak dia Po," imbuh Kevin.

"Mana ada yang pingsan!" elak Arial tidak terima dibilang pingsan.

"Lo berdua jadi saksi kan waktu gua panggil-panggil dia nggak nyaut?" Chiko menatap Dafa dan Kevin.

"Namanya juga orang tidur pulas," Arial merasa dipojokkan mereka bertiga.

"Dia kalau demam memang langsung tumbang," celetuk Dafa.

"Nggak! Mulut lo kalau ngomong kayak gitu gue siapin gunting nih!" ancam Arial mengeluarkan gunting dari dalam laci Kevin.

"Noh ngadi-adi kan, selain demam bikin tumbang demam juga bikin dia edan," Dafa melirik Arial sembari terkekeh pelan.

Kevin dan Chiko kompak tertawa keras menoyor pundak Arial. Arial bergeming di tempat, melirik Dafa yang menatapnya sambil tertawa puas.

"Males ah, gua dibully." Arial beranjak berdiri.

"Bercanda doang kalik, iya deh iya lo cuman tidur," sergah Dafa cepat menarik ujung seragam bawah Arial.

"Bodo keburu males gue, pada pembulliyan!" Arial mengerucutkan bibir.

Bocah kelahiran 2008 itu ngacir ke kantin setelah mengalami perundungan verbal. Arial tidak sepenuhnya marah, ia juga hanya bercanda. Arial menikmati suasana sunyi Rajawali karena seluruh kelas sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Bertubuh kurus nan tinggi, rambut yang tidak begitu pendek, kulit putih pucat, bibir pink, serta lesung di pipi menarik perhatian siswi yang sedang berolahraga di halaman sekolah.

"Paan sih kaya nggak pernah liat orang ganteng," Arial justru risih melihat respon mereka yang memanggil namanya bergantian.

Pasti semua gara-gara aksinya yang beradu jotos bersama Jio kala itu.

Arial menidurkan tubuhnya pada kursi panjang kantin dengan leluasa. Sambil menunggu pesanan es teh yang tengah dibuat, Arial merebahakankan pundaknya.

BRAK!

Arial berjingkrak kaget, anak itu langsung bangun mendengar meja kantin ada yang menggebrak kasar.

"Kalau gue punya riwayat jantung terus kumat lo mau tau tanggung jawab?" Arial memutar bola matanya malas. Farel cengingisan melompati kursi kemudian duduk di sebelahnya.

Stepbrother✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang