Bukan karena darah yang membuat Arial panik, namun rasa pusing dan lemas yang menyerang secara bersamaan seolah menggempur tubuh Arial dalam sekali waktu.
"Lo emang dari tadi udah gak enak badan apa gimana? Sampai mimisan gini," Dafa menatap resah Arial.
Arial berjongkok di depan tempat sampah. "Darah kotor paling, gua dari kecil belom pernah mimisan."
"Emang darah kotor boleh keluar dari hidung?" tanya Dafa polos.
"Kita kan laki, kalau gak keluar dari hidung dari mana lagi?"
"Iya juga ya," Dafa mengusap dagunya seraya berpikir.
"Ih cowok kan emang gak harus ngeluarin darah kotor, Al. Itu lo kecapekan pasti," sahut seorang siswi yang memberikan tisu kepada Arial.
"Orang gue gak ngapa-ngapain. Positif thingking ini darah kotor."
"Lemes udah ilang?" tanya Dafa bersandar di dinding, tadi Arial berpegang pada pundaknya sambil mengeluh lemas.
"Udah, gue gak papa." jawab Arial. "Thanks ya tisu lo Vi, ntar gue ganti." Arial tersenyum tipis ke arah cewek tersebut.
Arial beranjak berdiri mengulurkan sekotak tisu. Vivi memekik melihat tubuh Arial terhuyung ke belakang. Dalam kondisi sadar yang sudah tidak seratus persen, pijakan Arial seolah mengambang. Arial berusaha membuka matanya supaya tidak terlanjur pingsan karena nyaris lemas menguasai seluruh tubuhnya saat ini.
"Duduk," Arial mendengar suara Dafa samar-samar. Mata Arial mengerjap.
"Gak, gak perlu. Masuk kelas aja," Arial menolak uluran tangan Dafa.
Arial mengangkat kakinya menaiki undakan lantai menuju kelas. Jujur Arial sudah tidak merasa kakinya menapak lantai, setiap pijakan yang ia lalui terasa ringan bak kapas.
"Es teros," Dafa menyindir.
Arial melirik Dafa. "Gak es gak seger."
"Tubuh lo sampe oleng-oleng gitu, es lo harusnya dikurangin."
"Oleng dikit gak ngaruh wir," Arial terkekeh setelah berhasil duduk di bangku tanpa arahan Dafa.
Arial langsung mengenakan kacamatanya.
●●●
Hari ini rutinitas Farel berjalan dengan normal. Tak ada bisikan yang menuntunnya melakukan sesuatu, tak ada bayangan menyeramkan lagi, dan tak ada hal-hal yang Farel takutkan di hari ini. Justru suasana hati Farel terasa nyaman, senang. Semua berkat obat yang ia minum tadi pagi, yah, lagi-lagi bukan dari resep dokter melainkan obat terlarang yang Farel dapatkan dari seorang peredar.
Siang tadi Farel kembali membeli berkat efeknya yang luar biasa nikmat.
"Kenapa gak dari dulu gue minum ginian?" Farel memandang pill berukuran kecil dari dalam tabung transparan.
Farel meninggalkan kelas dengan perasaan bahagia. Entahlah hati serta pikiran Farel berasa fresh seperti orang yang habis healing satu tahun. Farel tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya.
Senandung kecil terdengar mengiringi langkah kaki Farel.
Namanya juga satu sekolah, satu tempat parkir pula Farel bertemu dengan Arial yang nongkrong di tempat parkir bersama Dafa, keberadaan Arial tidak mengurangi sensasi bahagia di dalam benak Farel.
"Biarkan cinta tumbuh sebisanya,"
"Cinta dan resah itu pelengkapnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother✔️ [Tamat]
General FictionArial dan Reyndra merupakan saudara kembar. Ayah mereka meninggal dunia sejak dua tahun silam, seiring berjalannya waktu bunda menikah dengan seorang duda yang memiliki putra bernama Farel. Pada suatu hari Arial sedang bersama Reyndra lalu terjadil...