Helm yang terikat di kepala Arial dilepas segera oleh petugas Ambulan. Arial nampak kepayahan bernapas, anak itu tersengal-sengal, tenggorokannya seolah tertutup tidak bisa diajak bernapas lewat mulut. Begitupun dengan hidung, seolah tersumbat batu besar di dalamnya.
Dipasangkan selang oksigen yang mengantarkan udara melalui tabung cup, nyatanya belum mampu menenangkan Arial.
Medis lain membuka helm Farel, kondisi Farel sudah tidak sadar. Kepalanya berdarah seperti Arial, namun anak itu tidak mengalami kesulitan bernapas. Medis memeriksa denyut nadi Farel.
"Denyut lemah, Dok!"
Di lokasi kejadian Farel mendapat pertolongan Resusitasi Jantung Paru, dada Farel ditekan beberapa kali supaya dapat mengembalikan fungsi sirkulasi dan pernapasan. Seorang medis menempelkan stetoskopnya di bawah lipatan siku Farel.
"Cukup!" tegasnya.
"Angkat ke mobil!"
Sopir Ambulan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Lampu merah pun mereka trobos demi menyelamatkan nyawa pasien yang sedang mereka upayakan. Sirine yang berbunyi melengking membuat semua pengendara menepi memberikan mereka jalan.
Kreeek!
Celana seragam Arial langsung dirobek begitu saja. Kapas beserta cairan alkohol teroles di atas titik luka Arial. Arial setia terpejam ketika tubuhnya ditancapi jarum suntik lalu disambungkan dengan cairan kental berwarna merah.
Dada Arial membusung ke atas, mulutnya bergerak terbuka namun matanya masih tertutup.
Compang-camping seragam Arial sekarang. Darah meleber ke mana-mana.
Tepat di sebelahnya, punggung tangan Farel tertancap jarum infus. Bunyi robekan pada lutut celana Farel terdengar, perawat mencari jalan tercepat guna mencegah resiko infeksi.
●●●
Jovan melirik benda pipihnya yang berdering, klien yang tengah berbicara dengan dirinya pun menuding benda tersebut seraya tersenyum.
"Angkat saja Pak, siapa tau itu penting."
"Oh maaf Pak Amri, saya lupa mematikan hp saya." Jovan tersenyum malu, ia angkat layar hp tersebut berniat hendak dimatikan.
Farel?
Sekretaris Jovan memandang wajah Jovan, seolah menyuruh Jovan segera mengalihkan perhatiannya kepada benda tersebut. Mereka sedang membicarakan projek kerjasama di sebuah restoran. Pak Amri direktur yang super duper sibuk, bahkan membutuhkan banyak pertimbangan untuk meluangkan waktunya berbicara di tempat ini.
"Tadi sampai dimana, Pak?" Jovan memutuskan menunda mengangkat panggilan Farel.
"Anggaran Pak, apakah Perusahaan Bap-"
Dddrrrtttt...
Jovan sudah memasang hape miliknya dalam mode getar, diam-diam Jovan melirik benda itu lagi tanpa menghiraukan pembicaraannya bersama Pak Amri.
"Maaf Pak, saya ijin mengangkat telpon. Anak saya dari tadi nelponin saya terus," Jovan berdiri menggeser ikon warna hijau.
Sekretarisnya langsung menghela napas. Ia tersenyum ramah kepada Pak Amri yang tercengang ke arah Jovan, begitupun dengan sekertaris beliau yang memasang wajah kesal.
"Maaf ya Pak Amri, Bu Fara. Mungkin ada hal penting yang ingin putra Bapak Jovan sampaikan."
Amri dan sektetarisnya mengangguk memaklumi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother✔️ [Tamat]
General FictionArial dan Reyndra merupakan saudara kembar. Ayah mereka meninggal dunia sejak dua tahun silam, seiring berjalannya waktu bunda menikah dengan seorang duda yang memiliki putra bernama Farel. Pada suatu hari Arial sedang bersama Reyndra lalu terjadil...