17: Rumah Sakit Jiwa

2.5K 170 19
                                    

"Shit! Turunin gue sekarang!" Farel memukul pundak Arial. Arial meringis menahan nyeri akibat kepalan tangan Farel.

Arial berhenti di sebuah parkiran Rumah Sakit, Farel membaca papan nama yang terpajang besar di depan bangunan rumah sakit tersebut.

RUMAH SAKIT JIWA.

"Bajingan!" Maki Farel hendak mengamuk. Arial langsung membungkam mulut Farel.

"Ssst! Diem! Udah ikut gue!" Arial menarik paksa tangan Farel.

"Lo nganggep gue gila? Nggak waras?" Farel berceloteh di sepanjang perjalanan.

Arial sudah lama merasa gatal ingin memasukkan Farel ke dalam bangunan ini lalu ditangani oleh para medis yang memiliki kemampuan fisik serta mental dalam mengobati pasien-pasien dengan gangguan jiwa seperti Farel.

"Permisi," Arial berbicara kepada petugas resepsionis.

"Gue nggak gila njir! Jangan lo daftarin anjir! Lepasin gua mau pulang!" Farel memberontak.

"Udah diem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah diem. Tempat ini jauh, lo ke sini bareng gue, nggak ada satu pun orang yang tau. Lo mau sembuh kan?" Arial mengekang kuat tangan Farel.

"Jangan samakan gue dengan pasien di sini! Gue waras!" Farel menatap ngeri jajaran pasien yang senyum-senyum sendiri, ada pula yang marah-marah tidak jelas.

"Makanya bertingkah sewajarnya saja, nggak ada yang nganggep lo gila. Ya kan Sus?" Arial memberikan kode pada suster resepsionis.

"Iya Mas. Ada yang bisa kami bantu?"

"Kalau mau konsultasi sama Psikiater jam sekarang bisa nggak Sus?"

"Bisa, tapi sebelum melakukan konsultasi dimohon mengisi data-data terlebih dahulu. Silahkan," Lembar berisi pernyataan pribadi diserahkan pada Arial.

Arial menerimanya, Farel berdiri di samping Arial mengamati kegiatan Arial yang tengah mengisi data-data pribadinya. Arial menulis apa yang ia ketahui tentang Farel.

Farel bolak-balik mengumpat membaca jawaban yang ditulis Arial. Farel mengusik pena Arial hingga beberapa kali tercoret, namun ternyata Arial cukup sabar dia tidak marah melihat respon Farel. Arial sadar bukan wewenangnya membawa Farel ke rumah sakit tanpa sepengetahuan orang tua. Tapi Arial rasa menunggu pergerakan mereka sangat lambat, biar saja Farel merasa tersinggung atau marah niat Arial baik dia ingin Farel sembuh, tidak semakin larut dalam kegelapan. 

"Ayok." Arial membawa Farel menuju ruangan yang telah ditentukan oleh petugas resepsionis.

Sesampainya di depan ruangan Farel masih tidak mau masuk. Arial membujuk Farel, mengingatkan Farel kepada Ranum dan Jovan yang sangat menyayanginya. Kali ini Arial sangat terlihat tulus, penggalan kata dia ucapkan dengan lembut, netra kembarnya menatap Farel dengan teduh. Tangan Arial menepuk-nepuk pundak Farel, sedangkan sang empu melipat bibirnya dia terlihat sedang berpikir.

Stepbrother✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang