33: Masa Lalu Farel

2.3K 127 21
                                    

2011.

Bocah berusia tiga tahun nampak tertawa sendiri di kamarnya. Ia hanya seorang diri di dalam kamar tersebut karena Bundanya sedang membuatkan susu.

Ibu dari bocah kecil itu sedikit tercengang melihat putra kesayangannya tertawa kegirangan di tempat bermainnya.

"Farel ... ngetawain apa kamu sayang?" Wanita itu mengangkat tubuh Farel, mencium keningnya hangat.

Maya Mandala, seorang Bunda yang kerjaannya mengurus rumah tangga. Tiga tahun belakangan ia disibukkan dengan malaikat kecil yang selalu ceria sepanjang waktu. Maya senang anaknya ceria, tetapi ia menemukan ada hal yang ganjil di setiap perilaku putranya tersebut.

Maya berpikir, apakah rumah ini berhantu?

Sehingga anaknya tertawa tanpa sebab, bahkan ketika Jovan maupun dirinya tidak sedang mengajak Farel bercanda.

"Mas Jovan, apa sebaiknya kita pindah ke rumah Ibu aja? Soalnya aku ngerasa ada yang nggak beres dengan anak kita," Maya membopong Farel mengusap-usap lembut surai putranya.

"Memangnya kenapa, May?" tanya Jovan, ia mengulurkan tangannya ingin menggendong sang putra.

"Farel Mas ... aku ngerasa dia diikutin makhluk ghaib. Kamu sering liat kan, anak kita ketawa sendiri, nyeloteh sendiri, kayak gak wajar." Maya berucap resah.

"Biasa anak kecil. Punya imajinasi sendiri."

"Ini janggal banget loh, Mas,"

"Tenang saja, besok kalau udah berumur juga gak akan ketawa sendiri kok. Iya kan sayang?" Jovan mengangkat tubuh Farel melayang ke atas, Farel tertawa lepas, Jovan mencium hidung Farel gemas.

Akhir tahun 2011 Farel sudah bisa mengucapkan berbagai kosa kata. Farel semakin aktif berjalan, ia bisa berlari tanpa terjatuh, dan Farel bisa mewarnai tanpa tercoret ke luar batas garis.

Jovan gencar membelikan Farel bermacam-macam pensil warna dengan berbagai merk. Jovan mendukung kesenangan Farel dalam mewarnai objek maupun gambar.

Umur 4 tahun, Farel mulai menggambar di atas kertas. Coretan demi coretan Farel lakukan di bawah bimbingan Maya yang sudah sangat ahli dalam seni melukis. Memiliki lulusan Sarjana Seni sepertinya bakat sang Bunda menurun kepada putra kesayangannya, Farel Mandala.

Satu tahun kemudian, Farel memasuki dunia sekolah Kanak-Kanak/TK. Bukan sembarang TK, di bangku tersebut mereka diasah keterampilannya, yang suka menyanyi akan ikut kelas menyanyi. Yang suka menari akan ikut kelas menari, dan yang suka melukis akan ikut kelas lukis.

Mendapat ilmu akademik plus non akademik plus fasilitas yang memadai. Farel mengenal banyak teman. Dan dari situ, tanda-tanda Farel mengalami gangguan mental semakin terlihat.

Farel kerap berbicara sendiri di meja kelasnya. Ia seolah sedang berbicara kepada temannya, padahal di situ tidak ada siapa-siapa, hanya tembok putih yang tak memiliki nyawa.

"Farel ngomong sendiri, kayak orang gila," celetuk teman Farel tiba-tiba.

"Farel senyum sama siapa? Kamu gila ya?"

"Farel gila ... Farel gila ... Farel gila ..."

"Farel gila ...."

Farel menelungkupkan kepala di atas lipatan tangannya. Sampai jam masuk tiba, Farel masih belum mengangkat kepala. Suara-suara mereka terdengar riuh di dalam telinganya, padahal tidak ada yang bersuara, lalu siapa yang meraung di dalam telinga Farel sekarang?

Stepbrother✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang