21: Maraton Dadakan!

2.4K 179 55
                                    

Arial tidak berkata apapun ketika Farel singgah ke kamarnya bertanya tentang ulangan Sejarah yang lebih dulu dilaksanakan di kelas Arial dengan guru yang sama. Harapan Farel kemungkinan soal yang diberikan juga kurang lebih sama.

"Lo kenapa sih?" tanya Farel jengah melihat Arial yang tumben tidak bersemangat. 

Arial meliriknya. "Bawa aja buku gue, belajar sono di kamar lo sendiri, gue lagi pengen sendiri."

"Lo ngusir gue? Lo marah sama gue?" tanya Farel tidak mengerti.

Arial bungkam menatap tumpukan buku di atas meja belajarnya.

Farel menggoyang pundak Arial sambil cengengesan. Menggoda Arial dengan berbagai tebakan.

"Ceng-cengan lo ketahuan punya pacar ya? Iya kan?" goda Farel bermaksud menghibur Arial.

Arial menoleh menatap wajah Farel. "Gue pengen sendiri, tolong lo keluar sekarang."

"Anjir, Al. Lo kenapa sih? Beneran lagi patah hati napa--,"

"GUA BILANG KELUAR! GUA LAGI PENGEN SENDIRI!" Arial membentak Farel sambil berdiri menendang kursi belajarnya.

"LO KENAPA SIH?!" Farel membalas bentakan Arial.

"Percuma gue cerita lo nggak akan ngerti!" Arial mendadak marah, ingin membuat dirinya tenang saja susah. Dada Arial naik turun menatap sengit ke arah Farel. Tak ingin emosinya semakin meledak Arial mengambil kunci motornya berniat keluar sejenak menenangkan pikiran.

"Lo mau ke mana?!" Farel menarik pundak Arial.

"Keluar! Cari angin!" balas Arial emosi, ia menepis tangan Farel kemudian berjalan dengan langkah lebar lewat pintu dapur.

Farel tidak mau pergi, jadi Arial saja yang pergi.

"Po, gue pengen ke rumah lo, boleh kan?"

Tumben? Boleh-boleh aja sih, Mamah Papah gue juga lagi nggak di rumah join aja sini.

"Otw."

"Al! Lo mau ke mana?" Farel berteriak menyusul Arial.

Arial bersembunyi di belakang pot bunga, Farel nampak berdiri di samping motor Arial yang masih terparkir di halaman rumah. Itu artinya Arial belum pergi dari rumah.

Arial mendesah, dia memutar otak mencari cara supaya bisa keluar dari rumah ini. Kepala Arial rasanya ingin pecah dalam hitungan detik, dia tidak bisa diam di tempat dengan segala kebisuan yang harus diredam.

Puk!

Arial melompat dari pagar belakang. Arial berjongkok memijit pelipisnya kuat-kuat, digapai dinding kokoh guna bersandar sebentar.

"Kuat Al, lo pasti bisa."

Arial menggelengkan kepalanya cepat, setelah meyakinkan dirinya dia berlari menjauh dari rumah besar Farel menuju rumah Dafa. Arial melewati trotoar hanya beralaskan sandal jepit saja, perasaan Arial dihancurkan Bunda tercinta untuk kesekian kalinya.

Arial menghapus air mata yang mendadak menetes melewati pipinya.

"Kuat Al," Arial berjalan sempoyongan membuka pagar rumah Dafa.

Dengan nafas terengah Arial mulai menyentuh daun pintu, Arial bernapas dari mulut saking sesak dadanya setelah ia gunakan lari mendadak enam kilo.

"Po..." suara gemetar Arial diiringi ketukan pintu pelan.

tok... tok... tok...

"Popo..."

Ceklek!

Stepbrother✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang