30: Jadi Abang?

2.1K 180 18
                                    

Farel menyangga tubuh Arial yang melemah ke dasar lantai. Farel langsung memangku kepala Arial yang sudah terkulai lemas.

"Al ..."

"Yah, Yah bawa Al ke rumah sakit, Yah!" panik Farel menoleh ke belakang.

Jovan berdiri, pria itu mengambil posisi di samping Arial.

Ditepuklah kedua sisi pipi Arial, Farel diam mencoba menenangkan pikirannya. Ia menatap Jovan dan Arial bergantian.

"Mas pelan-pelan!" Ranum datang membawa sebotol minyak angin.

Pipi Arial sampai merah karena ditepuk berulang-ulang, tepukkan Jovan pun terdengar nyaring. Dapat dipastikan nanti Arial akan merasa nyeri di sekujur pipi seperti habis ditampar.

"Bawa ke rumah sakit aja, Bun! Aku khawatir Al kenapa-napa!"

"Enggak. Al pasti cuman kecapean, kamu gak perlu khawatir, Farel."

"Kalau kalian gak mau bawa Al ke rumah sakit, biar aku saja!" Farel meraih tubuh Arial, hendak menggendongnya.

"Farel jangan!" Ranum mencegah. "Sebentar lagi Al sadar," Ranum menepuk pipi Arial lagi.

Kelopak mata Arial berkedip lemah, Farel menyangga kepala Arial sembari berusaha menarik kesadaran anak itu dengan merebut minyak angin yang dipegang Ranum.

Farel menaruh minyak angin tersebut tepat di bawah lubang hidung Arial.

Saat pertama kali membuka mata Arial tidak bisa melihat dengan jelas. Desakan yang diciptakan oleh benda berbau menyengat itu lagi-lagi membuat Arial tersadar. Kening Arial berkerut tidak nyaman.

"Lo bisa lihat gue?"

"Ke rumah sakit ya, Al. Lo bener-bener harus diperiksa," ujar Farel.

"Pindahin ke sofa dulu aja, kasihan dingin," sahut Ranum.

"Lo kuat berdiri gak? Atau ... gue gendong aja deh,"

Arial menggeleng.

"Gue bisa." sahut Arial pelan.

Farel membantunya duduk, kemudian menarik pundak Arial hingga anak itu bisa berdiri sempurna.

Farel merangkul pundak Arial menuju sofa ruang tamu. Saat ini yang Arial inginkan hanya berbaring, tubuh lemasnya digiring Farel entah kemana, Arial memejam jadi tidak bisa melihat apa-apa. Setelah duduk Arial langsung bersandar. Pasrah saja saat tubuhnya dibaringkan ke samping.

"Argh!" Arial membuka mata ketika kakinya diangkat Farel tanpa aba-aba.

"Eh, sorry! Lupa kaki lo lagi sakit," ujar Farel ikut meringis.

Arial lanjut memejamkan mata lagi.

"Are you okay?" tanya Farel.

"Hem." Arial mengangguk.

"Yah, plis bawa Al ke rumah sakit," ucap Farel memohon, kedua tangannya mengatup di depan dada.

"Rel ..." panggil Arial.

"Gue gapapa kok," imbuhnya.

"Nggak papa mulu jawaban lo! Bosen gue dengernya!" sungut Farel.

"Ayah sama Bunda beneran gak ada yang mau bawa Al ke rumah sakit?" Farel kembali melayangkan tatapan miris kepada kedua orangtuanya.

"Al baik-baik saja, Farel. Nggak perlu dibawa ke rumah sakit," sahut Ranum kesekian kalinya.

"Anda ini Ibu macam apa sih? Al anak kandung Bunda, yang anak kandungnya Bunda tuh Al bukan aku! Sekarang Al sakit kaya gitu Bunda juga masih nggak peduli? Bah-"

Stepbrother✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang