23: Menenangkan

2.4K 178 41
                                    

Jovan berbaik hati menawarkan tumpangan kepada Arial, namun dengan sopan Arial menolaknya. Banyak keanehan yang terjadi pagi ini, sesudah Farel dan Jovan berangkat Ranum menyuruh Arial membawa dua jenis obat ke sekolah. Ranum berpesan ketika kepala Arial sakit dia harus meminum obat yang sudah Ranum jelaskan.

Arial menurut tanpa banyak protes. Mungkin saja Ranum menjadi sedikit perhatian karena kemarin putra tunggalnya itu mengalami demam yang sangat tinggi.

"Kamu langsung berangkat aja, yang nyuci piringnya biar Bunda," Ranum melihat Arial membawa mangkuk bekas sarapan bubur dan segelas susu.

"Makasih Bun, maaf susunya nggak abis aku masukin kulkas ya ntar balik sekolah Al minum." Arial meminta izin menaruh susu ke dalam lemari es tersebut.

"Nggak papa, taruh aja di kulkas."

Setelah menaruh susu di dalam kulkas, Arial mengangkat tangan kanannya kikuk, hendak mencium tangan Bunda. "Berangkat Bun."

Ranum memberikan tangannya, ia memberanikan diri menatap kedua bola mata Arial. Bibir Ranum refleks tersenyum melihat pahatan wajah Arial, sungguh demi apapun Ranum tidak ingin Arial sampai kenapa-napa.

Arial berkedip menggigit bibir bawahnya lantaran tangannya tidak kunjung dilepas oleh Ranum.

"Reyndra, kamu hidup di dalam tubuh saudara kembarmu," Ranum mengusap pipi Arial.

Tangan kiri Arial yang bebas berada di bawah seketika mengepal.

Kenapa Bunda harus mengungkit Reyndra terus-menerus?

"Maafin Al ya Bun," ucap Arial lirih, menurunkan pandang menatap lantai.

"Pasti wajah Reyndra kalau besar mirip sama kamu," Ranum tak henti-hentinya memaku tatapan matanya ke arah Arial.

Jakun Arial bergerak menelan kalimat yang begitu pahit hingga terasa di ujung tenggorokannya.

Ranum juga ingin mengikhlaskan kepergian Reyndra, tapi bagaimana caranya jika di rumah itu ada Arial yang memiliki wajah sama dengan mendiang putranya. Alasan Ranum tidak berani menatap wajah Arial terlalu lama karena rasa rindu itu akan muncul hebat menerkam hatinya.

Yang ada di depan Ranum sekarang bukanlah Reyndra, namun Ranum ingin berandai bisa memeluk bahkan mengusap rambut anak itu lagi meski sekarang seseorang itu adalah Arial. Ranum tidak pernah merindukan Arial karena Arial tidak pergi ke mana-mana, Arial berada di rumah yang sama dan Arial tidak pergi jauh meninggalkannya.

Arial terpukul dipeluk sebagai Reyndra. Menaiki motor dengan perasaan campur aduk, setelah tiba di sekolah Arial berusaha membuang jauh suasana hati yang tidak menyenangkan. Arial harus fresh bertemu teman kelasnya, terutama Dafa. Arial belum menghubunginya lagi setelah pulang dari rumahnya waktu itu.

Nggak semua orang harus ngerti perasaan lo, ayo senyum Al! Lo nggak boleh egois!

Arial berlari menarik bibirnya selebar mungkin. Sambil ancang-ancang hendak memukul pundak Dafa dari belakang.

"Woy!" Arial tertawa lebar.

"Anjir!" Kaget Dafa mengusap pundaknya ngilu.

"Tumben jam segini udah berangkat lo, Po?" tanya Arial mengikuti langkah kaki Dafa.

"Lo kemarin kemana aja monyet?! Nggak tau napa gue takut lo diculik, pulang kaga bangunin gue main pergi aja. Paginya di wa nggak bisa, gak berangkat sekolah lagi. Kemana aja si lo?!" cerocos Dafa bersungut-sungut.

"Oh iya gue lupa buat surat ijin," Arial menyengir.

"Oh iyi giwi lipi biwit sirit ijin, goblok!" Dafa berseru di akhir kalimat.

Stepbrother✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang