Arial punya waktu satu hari untuk menghirup udara segar di luar bangsal rumah sakit sebelum besok dilangsungkan operasi pengangkatan tumor di kepalanya.
Sebelum berangkat ke Singapura, Farel menghabiskan waktunya bersama Arial, mereka berdua pergi ke pantai menikmati pemandangan setelah sama-sama dirawat di rumah sakit selama dua minggu lamanya.
Arial mengepal pasir pantai dicampur dengan air, kemudian ia lemparkan iseng ke arah Farel.
"Al!" marah Farel mengusap pipinya yang kotor.
"Sorry sengaja!" Arial melemparkan kepalan pasir selanjutnya.
"Hey, gue lagi ngelukis!"
"Jauh-jauh ke sini cuman mau ngelukis? Ga asyik lo," Arial mengeluarkan bola kesayangannya dari dalam tas yang sengaja ia bawa dari rumah.
"Mau versi kasar apa aman?" Farel berdiri, menaruh peralatan lukisnya.
"Alah banyak bacot, kalahin gue dulu baru lo bisa nanya mau versi kasar apa aman." Arial menyeringai.
"Sombong kali kau bang," Farel balas tersenyum.
Kedua bocah laki-laki itu mulai kejar-kejaran saling merebut bola. Beberapa kali Arial dijegal kakinya oleh Farel, beberapa kali pula mereka tersungkur ke tanah pasir namun bukan laki-laki namanya kalau jatuh sekali langsung menyerah.
"Argh! Curang banget lo anj!" Arial terjembab melihat Farel melaju membawa bolanya ke arah dua pohon kelapa yang berjajar.
Arial mengejar langkah jenjang kaki Farel, sebelum berhasil menyentuh bola bundar tersebut tubuh Arial didekap dari belakang kemudian diseret ke pantai.
"Anjiiing!" Arial mendongak ke atas tertawa sekeras mungkin.
Ketika ombak besar datang dari arah selatan, Arial dan Farel sudah bersiap menyambut karunia tuhan yang luar biasa indah itu. Tangan kiri Arial merangkul pundak Farel, begitupun tangan kanan Farel yang merangkul pundak Arial.
"WOAH!"
Ombak menerpa tubuh mereka berdua, sedikit terseret namun berkat saling berpegangan membuat mereka tidak sampai tumbang.
"Al," panggil Farel.
Arial menoleh. Baju yang ia kenakan sudah basah kuyup.
"Kenapa harus secepet ini, gue kira gue bakal siap ternyata masih berat," Farel menyandarkan kepalanya pada bahu Arial.
"Gue akan temenin lo dari sini, jangan ngerasa berat," Arial melirik Farel sekilas.
"Bagaimana kalau penyakit gue tetep nggak bisa sembuh?"
"Ini nih yang bikin lo kesulitan ngelawan diri lo sendiri. Jauhin semua pikiran negatif lo itu. Kalau bisikan itu muncul waktu lo lagi ngelakuin sesuatu, lo harus berhenti sejenak. Kalau bisa duduk ya duduk, kalau lo lagi posisi berdiri dan banyak orang di sekitar lo jangan malu untuk tenangin diri lo sendiri. Menjauh kek, atau bilang permisi kek, tenangin diri lo, atur nafas lo, mulai berpikir positif tanpa menyuruh mereka diam. Semakin lo teriak-teriak nyuruh mereka diam mereka makin menjerit di dalam telinga lo. Karena kehadiran mereka bukan di alam nyata, tapi di bawah kesadaran lo sendiri. Gue memang nggak ngerasain jadi lo, tapi gue paham sama kondisi yang lo rasakan," ujar Arial.
"Masalahnya gue nggak bisa ngendaliin diri gue sendiri kalau udah begitu, Al. Contohnya kemarin, gue sampai nggak sadar udah bahayain nyawa kita," sahut Farel.
Arial merangkul pundak Farel lagi, "come on bro, lo pasti bisa. Lo yang pegang kendali, lo sendiri yang bisa sembuhin penyakit lo."
"Gue pengen terbebas dari semua ini, kadang pengen mati aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother✔️ [Tamat]
Ficción GeneralArial dan Reyndra merupakan saudara kembar. Ayah mereka meninggal dunia sejak dua tahun silam, seiring berjalannya waktu bunda menikah dengan seorang duda yang memiliki putra bernama Farel. Pada suatu hari Arial sedang bersama Reyndra lalu terjadil...