Arial dan Reyndra merupakan saudara kembar. Ayah mereka meninggal dunia sejak dua tahun silam, seiring berjalannya waktu bunda menikah dengan seorang duda yang memiliki putra bernama Farel.
Pada suatu hari Arial sedang bersama Reyndra lalu terjadil...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini Farel
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arial ingin melihat Farel sembuh dari segala halusinasi dan delusi yang tercipta dari pikiran dia sendiri. Dengan berat hati Arial memasukkan Farel untuk berobat ke rumah sakit jiwa, dibandingkan dengan Jovan, Arial jauh lebih keras, Arial tega membujuk Farel sedangkan Jovan dan Ranum tidak tega membawa Farel berobat ke tempat yang semestinya.
Arial pulang menaiki motor Vespa, Farel menaiki motor sport memasuki garasi rumah. Arial masuk lewat pintu belakang seperti biasa.
Sesampainya di kamar Arial langsung berbaring di atas kasur, tubuhnya lelah sangat lelah, di luar cuaca juga sedang panas-panasnya membuat tubuh Arial serasa terbakar. Arial memegang keningnya seraya memejamkan mata.
Demam lagi!
Arial melepas kemeja seragam tanpa membuka mata, ia tetap dalam posisi berbaring. Begitupun dengan melepas celana, sekarang ia hanya mengenakan celana tipis selutut serta kaos sporot putih tanpa lengan. Keringat sebesar biji jagung memunculkan sensasi dingin yang mendominasi.
Arial menjilat bibirnya merasa ada sesuatu asing turun dari hidungnya.
"Ugh..." Arial melenguh pelan.
Tanpa butuh waktu lama Arial menyambar kemeja putih yang tergeletak di samping bantal. Arial mendongak lantaran mimisan semakin deras mengotori kemeja seragam sekolahnya, warna putih pada kemeja pun sudah ternodai oleh darah yang jumlahnya tidak sedikit.
Arial pergi ke kamar mandi membawa baju kotor. Di dalam ember telah dituang detergen serta air bersih, pakaian kotor Arial direndam di dalam ember tersebut.
Arial menunduk pasrah membiarkan darah di tubuhnya terbuang sia-sia, daripada mubadzir Arial ingin mendonorkan darahnya tetapi hemoglobin dalam dirinya selalu kurang menandakan kondisi tubuhnya yang sedang tidak fit.
Arial membasuh hidungnya, aliran darah berbaur bersama air masuk ke dalam selokan.
Niat hati ingin rebahan malah direpoti diri sendiri, Arial harus segera mencuci pakaiannya sebelum noda darahnya semakin sulit dihilangkan.