12: Es Teros!

2.2K 153 27
                                    

"Meski hanya numpang di rumah ini, meski nggak dianggep sama orang-orang di rumah ini, gue gak akan biarin mereka nginjek harga diri gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Meski hanya numpang di rumah ini, meski nggak dianggep sama orang-orang di rumah ini, gue gak akan biarin mereka nginjek harga diri gue."

-Arial Kavindra Putra-

●●●

Pertengkaran semalam mampu meruntuhkan pertahanan yang Arial bangun mati-matian. Ia menangis di dalam kamar hingga dini hari pukul tiga, setelah tubuhnya lemas tak berdaya Arial baru tertidur dalam dekapan tangannya.

Arial memejam lagi melihat barang-barang di kamarnya masih nampak berbayang. Terhitung sudah sepuluh menit Arial mengumpulkan kesadarannya, entah mengapa pandangan matanya tak kunjung jelas juga.

Arial mengernyit pada akhirnya, ketika matanya menyipit pandangannya menjadi lumayan jelas. Namun ketika Arial membuka mata dengan normal pandangannya nampak berbayang.

Baru membuka pintu, Arial melihat Ranum tengah berdiri di depan kamar Farel membawa nampan berisi susu dan nasi. Kamar Farel berjarak empat meter dari letak kamar Arial.

"Sayang ... buka pintunya, ini Bunda bawain kamu sarapan," ujar Ranum lembut.

Arial hanya berdiri di tempat.

Perhatian Ranum selalu tertuju pada Farel. Arial iri? Jelas. Arial mengaku iri dengan seluruh perhatian yang Farel miliki. Namun apa daya, di mata mereka Arial dianggap sebagai pembunuh yang kesalahannya seolah tidak bisa dimaafkan.

Arial menatap Ranum ketika Ranum berjalan ke arahnya.

"Kamu liat kan? Farel langsung sakit."

Arial tambah mengerutkan keningnya. Lalu Farel sakit apakah juga salah Arial?

"Aku gak tau Bun, aku gak liat," jawab Arial seadanya.

Ranum menatap lurus kedua bola mata Arial. "Kamu tolong peduliin Farel lah Al, dia sakit gara-gara pertengkaran kemarin, gara-gara omongan kamu terutama."

Arial mengesahkan nafasnya pelan. "Aku memang selalu salah di mata Bunda."

"Memang kamu gak merasa bersalah?"

Arial menggeleng pelan.

"Sudah mati perasaan kamu, anak istimewa seperti Farel bahkan kamu tidak bisa respeck. Sudahlah, jangan membuat masalah baru lagi, berangkat sekolah aja sana." Ranum berjalan tertatih menuju kamar Farel lagi.

Arial tak peduli akan lontaran menyakitkan yang Ranum beri, ia justru kasian melihat Bundanya berusaha keras mengantarkan sarapan untuk Farel di tengah kondisi kaki yang masih sakit.

Stepbrother✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang