Arial meringis merasa pandangannya berputar hebat, suara bergemuruh di dalam telinga perlahan menjadi dengingan panjang membuat Arial setengah menutup telinganya.
Arial mengerjap ia mencoba mengangkat kepalanya yang terasa sangat sakit. Sekujur tubuh Arial yang tadinya mati rasa perlahan sudah mulai bisa digerakkan, Arial merangkak pelan menuju Reyndra yang tergeletak lemas dengan darah yang mengalir deras dari bagian kepala.
Arial menggoyangkan lengan Reyndra. Mengapa orang-orang hanya menonton mereka tanpa berniat membantu?
"T-tolong ..." rintih Arial.
"Sebentar, Dek. Ambulan sedang menuju ke sini," ujar seseorang yang dapat Arial dengar.
Arial mengguncang pundak Reyndra lagi. Anak itu memejamkan rapat kedua matanya, kepala Reyndra berlumur darah hingga mengotori seragam olahraga warna biru yang ia kenakan.
Petugas medis datang, Arial lemas tidak sanggup berkata-kata. Ia dibopong ke mobil ambulan juga, Arial melihat petugas medis langsung mengevakuasi Reyndra ke dalam mobil, dada Reyndra ditekan-tekan oleh seorang perawat. Kemudian Reyndra dipasangkan oksigen.
Arial mengerjap melihat sekeliling yang semakin memburam.
"Rey ... Rey ..."
Arial melangkah mengiringi brankar Reyndra yang didorong cepat oleh para perawat.
"Rey bangun Rey ..."
"Saya ingin temenin Rey!" Arial memaksa ingin masuk.
Perawat lain menarik pundak Arial, Arial terhuyung hampir pingsan. Arial merasa tubuhnya ditopang seseorang dari belakang, Arial digiring ke ruangan lain agar mendapat pengobatan.
Kening Arial terdapat luka, beberapa bagian tubuhnya juga mengalami luka berdarah, namun itu tidak sebanding dengan kekhawatiran Arial terhadap Reyndra.
Dokter menidurkan Arial di ruangan pemeriksaan. Waktu itu kondisi rumah sakit sedang ramai hingga para petugas medis terlihat wara-wiri menangani pasien.
Arial menggelengkan kepalanya yang masih terasa pusing. Arial beranjak dari ranjang, ia melangkah pelan ke tempat ruangan Reyndra dibawa masuk tadi.
Arial terpaku melihat Ranum, Jovan, dan Farel sudah berkumpul di sana. Arial berharap keadaan Reyndra segera membaik.
"Bunda ...," lirih Arial.
"Kamu pasti yang bareng Rey, kan? Apa yang terjadi dengan Rey?"
Tubuh Arial bergetar ketika Ranum memberikan dirinya sederet pertanyaan ditengah kondisi mental Arial yang masih terguncang. Ia baru saja mengalami kecelakaan hingga beberapa titik tubuhnya mengalami nyeri, namun Ranum hanya melihat kondisi Reyndra karena Reyndra jauh lebih parah.
"K-kita jatuh Bun," jawab Arial memegang tembok rumah sakit sebagai topangan.
"Siapa yang ngajak kalian naik motor? Bunda sudah bilang jangan lagi naik motor, kalian berdua belum bisa mengendalikan mesin, kenapa nggak ada yang dengerin kata-kata Bunda?!" tanya Ranum marah.
"Ranum, sudah. Lihat Al masih syok gitu, Rey di dalam pasti baik-baik saja. Sebentar lagi pasti segera sadar," Jovan mengusap pundak Ranum.
●●●
Reyndra tengah berjuang mempertahankan jiwanya di antara hidup dan mati. Reyndra melihat samar cahaya lampu besar yang menyinar di atas matanya. Seluruh badan Reyndra terasa sakit, terlebih di area lehernya. Seolah ada tali kencang yang mengikat leher Reyndra membuat cowok itu sesekali tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother✔️ [Tamat]
Ficción GeneralArial dan Reyndra merupakan saudara kembar. Ayah mereka meninggal dunia sejak dua tahun silam, seiring berjalannya waktu bunda menikah dengan seorang duda yang memiliki putra bernama Farel. Pada suatu hari Arial sedang bersama Reyndra lalu terjadil...