47: Tak Dianggap (?)

2.6K 222 56
                                    

Sebelum membaca jangan lupa menekan tombol '☆' terlebih dahulu. Saling menghargai tidak akan membuatmu rugi.

●●●

Hujan deras yang terjadi sedari tadi membuat air pada permukaan tanah semakin naik. Tak ada awan cerah di langit, hari ini semua awan nampak mendung menandakan tidak ada tanda-tanda hujan tersebut hendak berhenti.

Mulai dari tas sekolah hingga sepatu semua basah kuyup. Tubuh Arial masih menggigil kedinginan, setelah mandi dan melepas pakaian lembabnya tadi, Arial beranjak ke kasur lalu membungkus tubuhnya menggunakan selimut.

Farel mengetuk pintu kamar Arial sebanyak dua kali, baru setelah itu ia memutuskan untuk masuk. Farel membawakan segelas susu hangat untuk Arial.

"Al ..." Farel menggoyang pundak Arial pelan.

Tak ada sahutan yang keluar dari mulut Arial, membuat Farel semakin dirundung rasa bersalah.

"Gue bawain lo susu anget, buruan minum biar badan lo nggak kedinginan lagi," ujar Farel.

"Taruh aja di situ," jawab Arial serak.

"Lo kenapa? Nggak enak badan?" tanya Farel hendak memegang kening Arial, namun seketika Arial bergerak mengganti posisi menjadi memunggungi Farel.

"Tinggalin gue, gue mau tidur," pinta Arial, mungkin dipakai tidur kondisi emosinya dapat lebih baik.

"Iya, tapi minum dulu susunya. Abis itu tidur."

Arial tidak menggubris perkataan Farel lagi. Anak itu tetap menenggelamkan kepalanya pada bantal tidak berniat merespons manusia yang sedari tadi mencoba mengajaknya berbicara tersebut.

Hati Arial perih tiba-tiba, Arial tidak tau pasti apa penyebabnya. Arial hanya ingin ketenangan agar bisa berpikir jernih seperti semula.

Mata Arial terpejam namun pikirannya jauh berkelana.

Arial meremat sisi seprei tidak tahan.

Aturan napas tidak teratur, ditambah pertanyaan Farel yang menguras emosinya. Arial akhirnya membuka suara.

"Gue mau pulang naik ojek kek, taksi kek, angkot kek, emang lo peduli?!"

Farel terkesiap melihat Arial menyentaknya kasar. "Gue peduli. Asal lo tau gue tadi hampir jemput lo karena lo nggak balik-balik, kenapa lo berpikir kaya gitu Al?"

"Oh ya? Tapi lo liat sendiri kan? Hanya omong kosong! Beresin aja tugas-tugas kelompok bareng temen-temen lo itu! Jangan ngurus gue, urusin urusan lo sendiri."

Farel menggeleng pelan menyaksikan Arial. "Gue udah berapa kali minta maaf? Gue tau gue salah, kenapa lo bawa temen-temen gue segala?"

Arial membuang nafas ke arah lain.

"Lo kenapa jadi gini sih, Al? Lo berubah. Dulu lo selalu dukung gue, lo sendiri yang suruh gue gabung ekstra, biar gue bisa terbuka sama orang lain. Lo cemburu gue punya banyak temen? Lo nggak mau gue temenan sama banyak orang?"

Arial menatap kembali ke arah Farel. "Gue? Berubah? Lo yang berubah! Dan satu lagi, gue nggak masalah lo temenan sama banyak orang, mau satu sekolah jadi temen lo pun gue nggak masalah," jelas Arial.

Stepbrother✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang