11: Maafin Al, Bunda

2.4K 195 29
                                    

Jangan hanya dibaca dong readers, kalau gak mau komen minimal mencet vote :)

Happy Reading
Arial tidak sadarkan diri di area parkiran sekolah. Hanya menggendong Arial yang tidak begitu besar sebenarnya Dafa juga kuat, namun karena panik akhirnya Dafa meminta tolong para siswa yang nongkrong di tempat parkir. Mereka membantu Dafa memindahkan Arial menuju tempat peristirahatan siswa, UKS.

Dafa menempelkan telapak tangannya di atas kening Arial.

"Panas banget," cicit Dafa.

"Kenapa dia?"

"Awalnya sakit kepala, pas jalan dia malah ambruk begini. Kayaknya demam deh." Dafa mengelap keringat sebesar biji jagung yang membasahi kening Arial.

Siswa cowok dengan tampang berandalan itu lantas mengangguk. "Gue tinggal gapapa kan?"

"Oh, iya, gapapa, makasih ya bro." Dafa menepuk pundak siswa itu.

Dafa kembali pada Arial setelah mengucapkan terimakasih pada siswa yang entah dia juga tidak tau namanya. Dafa mengarahkan minyak angin di bawah hidung Arial guna merangsang kesadarannya.

Mata Arial berkedut-kedut. Kelopak matanya bergerak serta kening yang saling berkerut.

"Wes sadar Al ... woi, bangun! Bangun! Dah sore!" Dafa menepuk-nepuk pipi Arial.

Sebuah plaster penurun panas sudah merekat di kening Arial.

Arial menepis wajah Dafa yang mendekat ke wajahnya. Arial mengerjab lagi, di atas serasa penuh dengan bintang ghaib yang melayang-layang. Arial beranjak bangun, tubuhnya masih terasa mengambang.

"Pusing?"

Arial mengangguk pelan.

"Duduk dulu, jangan berdiri gue ogah ngangkat lo sampai lo pingsan lagi."

"Gue kok bisa pingsan ya Pa?" Arial memijit kedua sisi keningnya.

"Demam lu, panas banget."

"Gue mau ngerepotin lo lagi boleh gak?" Arial tersenyum tipis membujuk Dafa.

"Apaan?"

"Anterin gue pulang, gue kayaknya gak bisa bawa motor dah."

"Lo pikir gue tega biarin lo naik motor dalam kondisi begini? Sakit sih lo Al, mending besok istirahat. Dari kemarin ngeluh puyeng mulu kan lo?"

Arial menurunkan kedua kakinya dari atas brankar uks. "Mampir beli Bodrex di warung sekalian," ujar Arial.

"Hm, butuh pegangan gak?"

"Butuh, masih keleyengan gue. Pegangin Pa, nabrak tanah sakit juga tangan gue."

"Es teros, besok es tehnya dikurangin." Dafa memegang pinggang Arial.

"Jangan megang pinggang gue lah dodol, pundak aja dah. Keliatan banget gua abis pingsan."

Dafa memutar bola matanya malas. Tangan kanannya naik berpindah dari pinggang ke pundak, Arial tersenyum ke arahnya. Dafa menatap Arial datar.

"Nolep tapi baik, thanks ya Pa."

"Santai."

"Po," celetuk Arial.

"Hah?" Dafa mengernyitkan kening.

"Bagus juga nama lo jadi Popo, gue manggil lo Popo aja dah."

Dafa bersungut mendengar perkataan Arial. "Udah bener awal kenal lu manggil gua Dafa, terus Dapa, sekarang Popo. Gue bilangin Emak gue awas lo."

Stepbrother✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang