25: Diajak Guru Gelud

2.4K 169 44
                                    

Ranum memijit leher belakang Arial sembari diolesi minyak angin. Sang empu mengeluh lehernya sakit serta kepala belakangnya terasa sangat migrain.

"Bun ... jangan dikasih minyak,"

"Kali ini aja, biar leher kamu hangat," jawab Ranum berganti memijit pundak Arial.

Arial tidak lagi membantah, ia sudah senang mendapat sedikit perhatian dari Ranum, mana mungkin Arial berani menego hanya perkara minyak angin? Sejujurnya minyak angin membuat Arial pusing, terlalu lama berada di dekat wangi minyak tersebut membuat Arial tidak tahan dan selalu mual-mual.

Karena tidak enak menyuruh Ranum berhenti mengolesinya minyak, Arial hanya pasrah. Lagi pula seharusnya Ranum ingat sedari kecil Arial tak pernah suka wewangian minyak.

Jovan masih mengenakan kemeja hitam, mereka berdua habis merayakan pesta pernikahan salah satu rekan bisnisnya. Lalu tiba-tiba Farel mencegat seraya membujuk Jovan segera membawa Arial ke rumah sakit.

"Kasih tau sekarang aja," ujar Jovan pelan yang tentu dapat Arial dengar.

Ranum menatap suaminya itu, kemudian kembali menatap putranya.

Baru Arial hendak bertanya, Ranum sudah menutup mulut Arial menggunakan telunjuk tangannya.

"Farel, ayo kita keluar. Al biar istirahat," ajak Jovan.

Farel menatap Arial lama, kemudian menganggukkan kepalanya.

"Gws Al," ujar Farel tersenyum tipis.

"Siap." Arial mengangkat jempol tangannya.

Jovan membuka pintu kamar Arial menggiring Farel menjauh dari kamar putra tirinya itu.

Jovan membantu Farel membawakan alat lukis, Jovan memasangkan pula kanvas pada papan kayu. Pangeran di istana Mandala itu menyukai seni berbentuk lukis. Melukis menjadi penyalur emosi paling indah menurut Farel. Farel suka memendam masalah, tak ingin orang lain tau, dan cenderung menyimpan sendiri masalahnya rapat-rapat.

●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●

"Farel dimana?" tanya Ranum begitu Jovan kembali masuk ke dalam kamar Arial.

"Melukis di taman," jawab Jovan.

Arial hanya memperhatikan interaksi mereka berdua.

"Udah kamu beri tau?" tanya Jovan memecah keheningan.

Ranum menggeleng.

Arial menekuk wajahnya kesal sedari tadi mereka terus mengode dengan kata-kata yang sulit ditebak.

"Al, kita ingin kamu tau masalah ini," Ranum berkata.

Arial mengangkat alisnya, ia sudah sangat tidak sabar. Pikiran Arial melayang-layang menebak berbagai persoalan yang mungkin ada yang tidak masuk akal.

Stepbrother✔️ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang