1

477 11 2
                                    

🫀 HAPPY READING 🫀

seorang gadis berumur 11 tahun sedang berada di kamarnya dengan earphone yang terpasang di telinganya.

ia mengabaikan semua bisingan di luar kamar dengan membaca buku.

tak lama, pintu diketuk berulang kali dengan keras. gadis itu berdecak kesal "apalagi ini?" lirih gadis itu, ia melepaskan earphonenya dari telinga

ia bangkit dari duduknya dan membuka pintu, objek yang pertama ia tangkap adalah papanya yang menyorot kemarahan.

"ada apa lagi pa? nindi lelah" ucap nindi dengan lesu.

nindira ayu renata, gadis blasteran Indonesia-Amerika. ia dipaksa menjadi dewasa oleh keadaan, ia selalu di tuntut sempurna dan setiap hari ia selalu mendengar suara bising dari kedua orangtuanya. walau begitu, ia dikenal periang oleh semua orang.

"kau harus denger kita berantem!" Bono, papa nindi. mencekal erat tangan nindi yang membuatnya meringis.

"pa, sakit" lirih nindi yang berusaha melepaskan cekalan papanya.

sesampainya di ruang bawah, tangan nindi di sentak oleh bono. dan detik itu juga papa dan mamanya saling beradu mulut dan bermain tangan yang membuat nindi meneteskan air matanya, ia menutup telinganya agar tak mendengarkan ucapan mereka.

"UDAH DAPET BERAPA?" teriak bono.

"SAYA ITU KERJA! BUKAN SEPERTI KAMU YANG SUKA BERMAIN DENGAN WANITA!" ucap naydila, mama nindi.

Plakk

tamparan keras itu melayang di pipi naydila, nindi yang mendengarkan itu menutup telinganya lagi lebih rapat sambil terus terisak.

"KAMU PIKIR SAYA TAK TAHU SOAL KAMU?!"

"TERSERAH! MAU SAYA JELASIN BERULANG KALI KAMU PUN TAK PERNAH PERCAYA! SAYA SELALU JELEK DI MATA MU! SAYA LELAH!" naydila langsung keluar rumah dengan membanting pintu.

tak mendengarkan kebisingan lagi, nindi membuka mata dan telinganya.

"puas kau?" tanya bono dengan tatapan tajam.

bono mulai mendekati nindi yang berjongkok "karena kehadiran mu, SEMUA JADI KACAU!" teriak bono di hadapan wajah nindi yang membuatnya memejamkan matanya.

Bono mencengkram erat rahang nindi yang membuat sang empu meringis "kau anak pembawa sial!"

"pa... sakit" hanya kata itu yang bisa nindi keluarkan.

bono bangkit dari jongkoknya lalu ia menyeret tubuh mu nindi ke dalam kamar mandi.

bono mendorong tubuh nindi hingga terbentuk tembok, lalu ia menyalakan shower yang mengguyur tubuh nindi.

"jangan harap kau bisa keluar hingga esok" bono melangkahkan kakinya keluar dan menutup pintu dengan kasar.

dan, disitulah lagi dan lagi tangis nindi pecah. ia lelah dengan fisik dan batinnya, umur yang belum dewasa ia sudah merasakan hal yang tak wajar.

🫀🫀🫀


matahari mulai terbit dan burung saling berkicauan. nindi membuka matanya dan ia menatap depan bahwa pintu kamar mandi sudah terbuka.

ia tersenyum tipis dengan bibir pucatnya, lalu ia bangkit perlahan.
badannya terlalu lemas karena beberapa jam berada di bawah guyuran shower.

nindi melangkah keluar kamar mandi, dan ia berjalan menuju kamarnya untuk bebersih dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.

setelah itu, ia menuruni anak tangga dan menuju ruang makan dengan seragam bewarna merah putih dan rambut berkuncir kuda. "bibi, papa belum bangun?" tanya nindi pada art di rumahnya yang sedang menyuap makanan.

"belum non"

"terus yang tadi bukain pintu kamar mandi siapa bi?"

"bibi, kemarin malam tuan telepon bibi dan nitip pesan buat bukain pintu kamar mandi"

"kenapa bibi ga bangunin nindi?" nindi mendaratkan pantatnya di kursi dan mulai melahap makanan yang ada di depannya.

"tuan melarang bibi" nindi membuang nafasnya secara kasar.

tak membutuhkan waktu lama, kini piring sudah tak tersisa apapun. nindi bangkit dari duduknya.

nindi melangkahkan kakinya menuju kamar bono. berulang kali ia mengetuk pintu tak ada jawaban dari dalam.

ia memegang cekalan pintu, beruntung pintu itu tak terkunci hingga ia bisa membukanya.

matanya melihat baju yang berserakan di lantai dan papanya yang tidur berpelukan dengan wanita lain. "papa ganti lagi?" tak heran bila nindi tak tahu menahu soal itu. ia bahkan pernah melihat secara langsung papanya melakukan kegiatan yang tak seharusnya anak berusia 11 tahun melihat.

tak ingin berlama-lama, ia memutuskan untuk keluar dari kamar bono dan segera berangkat ke sekolah.

"pak Ali, tolong anterin nindi ke sekolah ya pak" ucap nindi pada supir yang ada di rumahnya.

"siap non"

TBC



SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang