🫀 HAPPY READING 🫀
"kita ngopi-ngopi syantik yuk" ucap Caca kepada ketiga temannya.
Ansel merangkul bahu Caca "mau kemana?" ucap Ansel yang melirik Caca.
"terserah" Ansel memutar bola matanya memikirkan sesuatu.
"cafe cofzai?" tanya ansel memberi usulan.
"boleh tuh, mumpung baru buka. kan sia-sia anjir kalau ga kesana" ucap caca
"nindi, Risya Lo pada ikut gak?" lanjutnya.
"ikut" ucap Risya dan nindi bebarengan.
🫀🫀🫀
"gue punya tebakan buat kalian" ucap nindi dengan mengaduk minumannya.
"apa?" tanya Risya yang menghentikan aktivitas minumnya.
"kenapa bumi bentuknya bundar"
"kenapa?" tanya risya
"karena kalau bentuknya" tangan nindi membentuk 'love' "itu cinta gue padanya"
seketika Caca memberi bombastis side eye pada nindi "alay"
nindi melirik sinis "emang, yang gak alay itu cinta gue ke dia"
Caca menoyor kening nindi yang membuat sang empu marah.
nindi menggeser duduknya hingga Caca terjatuh ke bawah, Ansel dan Risya yang melihat aksi keduanya itu terkekeh geli.
Caca bangkit dari duduknya dan mengunci leher nindi, nindi pun tak tinggal diam.
tangannya menggelitiki tubuh Caca hingga Caca kembali terjatuh, dan tentu hal itu membuat pengunjung cafe melihat ke arah mereka.
"udah anjir" Caca memegangi pinggangnya yang terus di gelitiki oleh nindi.
nindi menghentikan aktivitasnya dan kembalikan ke minum seakan hal tadi tak terjadi
"sialan Lo" Caca melirik sinis nindi, nindi pun menatap ke arah caca dan tersenyum manis.
"kenapa ci Caca cayang, kok mayah-mayah teyus" ucap nindi dengan mengeluarkan ekspresi imutnya.
Caca yang melihat itu meraup muka nindi dan menatap geli ke arah nindi.
"ih Cayang, kamu kok gitu ci" ucap nindi dengan memasang ekspresi wajah kesal
"lo kena—" belum sempat Caca melanjutkan ucapannya, Risya lebih dulu memotongnya.
"ayo pulang, udah mau malem" mereka semua pun mengecek jam yang ada di pergelangan tangan.
"yuk lah bang, gue merinding kalau gue lama-lama Deket nindi"
"awas kangen sayang" ucap nindi dengan mengedipkan salah satu matanya.
"kita pulang dulu ya ca, nin" ucap Ansel dengan menggandeng tangan Risya
setelah berpamitan, mereka berdua pun menghilang dari hadapan Caca dan nindi.
tak lama, Caca pun pergi dari cafe meninggalkan nindi. nindi akhirnya bisa bernafas lega.
"gue harus cari kerjaan hari ini juga" nindi pun bangkit dari duduknya.
ia berjalan menyusuri kota bandung, satu persatu ia datangi. tetapi tak ada satupun yang menerima dirinya.
hingga akhirnya, ia melihat ada beberapa orang yang sedang mengangkut beras untuk dimasukkan ke pickup.
"apa gue kerja itu aja ya?" gumam nindi, setelah memantapkan niatnya. nindi mendekati tempat itu lalu mencoba melamar.
"pak, apa boleh saya bekerja disini?" tanya nindi dengan bos itu.
"kamu yakin? pekerjaan ini sangat berat. dan saya lihat, kamu masih sangat kecil." ucap bos yang bernama pak Rahmat itu, ia mengamati penampilan nindi yang lengkap dengan Seragam.
"pak saya mohon, saya bisa melakukan pekerjaan itu kok pak. saya sangat butuh sekali pekerjaan ini pak" pak Rahma menimang-nimang ucapan nindi hingga akhirnya ia menggangguk.
"oke saya menerima kamu, dan kamu boleh kerja mulai sekarang" nindi sangat senang bukan main, ia merah tangan pak Rahma lalu mengecupnya berkali-kali.
"makasih pak, saya makasih banyak" ucap nindi.
"sekarang kamu bantu mereka untuk mengangkut beras" nindi mengangguk, lalu ia membantu semua pekerja itu dengan mengangkut beras.
satu karung beras yang ada di punggungnya ini sangalah berat, tetapi berat itu tak bisa mengalahi beban pikirannya.
satu persatu nindi angkut menggunakan punggungnya, hingga jam menunjukkan pukul sepuluh malam.
pekerjaan itu usai, nindi bernafas lega dengan badan yang ia putar-putar agar menghilangkan rasa pegal.
"ini gaji kamu hari ini, kerja yang bagus" ucap pak Rahmat dengan menyodorkan sebuah amplop bewarna putih.
nindi tersenyum dan menerima pemberian itu "terimakasih pak, kalau begitu boleh saya pulang?"
"silahkan" deretan gigi nindi terlihat, ia meraih tangan pak Rahmat lalu menciumnya.
TBC
kasian:(
jangan lupa tinggalin jejak dulu yyy
KAMU SEDANG MEMBACA
SERIBU LUKA [END]
Teen Fictiongadis yang tumbuh diiringi seribu luka, gadis kecil yang di paksa dewasa oleh keadaan.