21

98 7 0
                                    

🫀 HAPPY READING 🫀

nindi meremas dadanya saat ponsel yang ia pegang tadi terlepas dari tangannya. nindi menangis sejadi-jadinya dengan rambut yang acak-acakan.

tiba-tiba kericuhan dari luar kamarnya Terdengar jelas di telinganya. segeralah ia hapus air matanya dan bangkit dari duduknya.

ia berlari cepat menuruni anak tangga, dan melihat bono yang sedang menodongkan pistolnya ke arah mamanya.

segeralah nindi mendekap tubuh naydila dan menatap wajah Bono "papa stop, jangan lukain mama."
ucap nindi dengan memohon.

"jauhi dia anak sialan! dia pantas mendapatkan ini!" nindi menggeleng lemah "tolong papa, jangan" lirih nindi.

bono mendekati nindi lalu berusaha menjauhkan tubuhnya dari naydila. "papa nindi mohon" ucapnya di tengah tangis yang histeris.

setelah berhasil di lepaskan, dan nindi melihat bono yang akan segera melepaskan peluru "lebih baik, papa bunuh nindi saja! jangan mama, biarkan mama tetap berada di sini" mendengar ucapan itu, Bono menjatuhkan pistolnya dan meninggalkan ruangan itu juga.

nindi bernapas lega, karena papanya pergi juga. segera ia bangkit dari duduknya dan membantu naydila yang masih terduduk di lantai "mama capek ya? nindi antar ke kamar ya?" tanya nindi yang tak mendapatkan respon dari naydila.

dengan hati-hati, nindi menuntun tubuh naydila yang lemah.

🫀🫀🫀

keesokan harinya, nindi menjalankan aktivitas seperti biasa. ia menyusuri koridor sekolah dengan wajah pucat pasi.

ketika ada seseorang yang menyapanya, ia hanya tersenyum tipis dengan menganggukkan kepalanya. ia tak sanggup bila membuka suaranya itu.

sesampainya di kelas, nindi langsung menggelamkan kepalanya di tumpukan tangannya.

belum lima menit ia beristirahat, ada pengumuman bahwa ia harus menjalankan apel pagi.

dengan sekuat tenaga, nindi bangkit dari duduknya dan berjalan menuju lapangan seorang diri.

apel pun dimulai, baris mulai rapi walau masih ada bisikan-bisikan yang mengganggu.

tiba-tiba, pusing melanda pikiran nindi. ia mencengkram erat kepalanya agar merasa sedikit mendingan. dan tanpa disengaja, hidung nindi mengeluarkan darah yang sangat banyak.

karena sudah tak kuat lagi, tubuh nindi terjatuh tak sadarkan diri membuat semua orang menatap ke arahnya.

dengan gerak cepat, PMR membopong tubuh nindi menuju ke uks.

kala yang melihat itu, seketika membubarkan diri dari barisan dan berlari menuju uks.

sesampainya di depan pintu UKS, kala sangat iba melihat kondisi nindi "nindi..." lirih kala.

ia berjalan mendekati nindi dan mengelus kepala nindi "gue tau Lo kuat, ayo bangun" gumam kala.

lalu kala menjauh saat Anggota pmr memeriksa keadaan nindi. tak menyisakan kesempatan, kala mengambil gambar nindi diam-diam lalu ia kirimkan pada Cakra.

setelah itu, kala memasukkan ponselnya di kantung celana lalu ia mendekati nindi yang sudah siuman.

"lo gapapa?" nindi menatap kala, lalu menggeleng dengan senyuman tipis.

"kenapa lo bisa pingsan? lo belum sarapan?" nindi hanya diam yang membuat kala menghela nafasnya berat.

"tunggu disini" ucap kala, ia pun berlari keluar uks menuju kantin untuk membelikan nindi sarapan.

sedangkan di berbeda negara, Cakra segera mengirimkan pesan kepada nindi karena khawatir dengan kondisi sahabatnya.

"nindi kenapa? kenapa dia bisa seperti ini?" gumam Cakra dengan tangan yang mengetik pesan untuk nindi.


"semoga, nindi baik-baik saja... cakra sayang nindi" lirih cakra.

tak lama, ponselnya berdenting menandakan ada notifikasi yang terkirim ke ponselnya.

dengan cepat Cakra membuka notifikasi itu dan membalas pesan nindi.

🫀🫀🫀

"stop ngurusin hubungan gue dan Cakra!" ucap nindi saat kala masuk ke dalam ruang uks.

kala yang tak paham maksud ucapan nindi itu mengernyit bingung "maksud Lo apa sih nin?" tanya kala yang sudah berada di samping ranjang nindi.

"gue rasa lo bukan orang bodoh! harusnya Lo tahu, arah pembicaraan gue kemana!" nindi menatap tajam kala.

"dan ga usah beritahu kondisi gue pada Cakra!" lanjut nindi.

"kenapa? bukannya kalian sahabat? lantas kenapa gue ga boleh beritahu kondisi lo? sesama sahabat saling mengerti kan?"

"GUE GAMAU JADI BEBAN DIA KALA! UDAH CUKUP SELAMA INI GUE NYUSAHIN DIA! gue ga tega liat dia yang ga bisa bebas!" ucap nindi dengan penuh tekanan.

tanpa ia sadari, air matanya menetes tanpa ia suruh. kala yang melihat itu mengusap air mata nindi dan memeluk erat tubuh nindi.

"ayo kita pacaran" bisik kala yang hanya dibalas gelengan oleh nindi.

"cukup berteman. kalau lo ga kuat dengan hubungan ini, tinggalin gue. gue ga pantes punya pacar, gue berasal dari keluarga berantakan" lirih nindi, tetapi kala hanya diam saja.

TBC

jangan lupa vote, komen dan follow akun ini yaww 🫰🫰

SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang