🫀 HAPPY READING 🫀
saat pembelajaran berlangsung, nindi keluar kelas menuju toilet. tiba-tiba pikirannya berisik tanpa sebab.
nindi membenturkan kepalanya berkali-kali di tembok kamar mandi. lalu dering notifikasi dari teleponnya berbunyi.
dan itu adalah pesan dari kala.
lalu nindi keluar dari toilet dan menampilkan kala yang menatapnya dengan tatapan tajam.
"apa manfaatnya nyakitin diri Lo sendiri?"
"emangnya masalah lo bisa hilang kalau cara lo kayak gitu?" tanya kala dengan dingin.
nindi tak menjawab, ia memeluk erat tubuh kala dan menumpahkan semua tangisannya.
kala pun ikut mengelus punggung nindi supaya tenang. "cakra jahat, gue benci Cakra" lirih nindi tetapi kala hanya diam tak menjawab.
dirasa cukup tenang, kala memegang bahu nindi lalu menjauhkan tubuh nindi dari tubuhnya.
"udah tenang?" nindi mengangguk samar.
lalu kala mengusap sisa air matanya yang masih membekas di wajah nindi "kalau lo ada apa-apa, samperin gue. gue bakalan kasih pundak gue ke lo. jadiin gue tempat bersandar, tempat lo mengeluh. gue bakalan setia sama lo. jangan sakiti diri Lo sendiri, karena itu ga akan buat masalah Lo hilang atau mereda" nindi menggeleng samar.
"gue udah ga percaya dengan kata-kata bersandar, dulu cakra juga ngomong kayak gitu. tapi apa nyatanya? dia punya seseorang yang dia suruh untuk bersandar di bahunya"
"gue ya gue, cakra ya Cakra. kita berbeda, bahkan kita ga lahir dalam satu rahim. kalau cakra brengsek, gue belum tentu brengsek juga kan? gue akan selalu ada buat Lo, gue akan nyembuhin luka Lo yang udah dalam. gue bakalan bikin Lo berdamai dengan keadaan"
"whatever happens, don't give up. I will always be there for you, every second, minute. You are a special woman who should be special." ucap kala dengan senyuman tipisnya.
lalu nindi kembali memeluk kala, tetapi kali ia tak menangis lagi melainkan hanya untuk tempat ia bersandar.
🫀🫀🫀
sepulang sekolah, kala berniat mengajak nindi pergi ke pantai supaya bisa meredakan suasana hati nindi.
mereka berdua menempuh perjalanan selama kurang lebih empat puluh lima menit menggunakan mobil ayah kala.
sesampainya, mereka berdua duduk tanpa alas dan menikmati keindahan sunset.
"kenapa Lo suka sunset?" tanya kala yang menatap ke atas menikmati senja.
nindi meletakkan kepalanya dan bahu kala sebagai bersandar "karena dia selalu menepati janjinya untuk kembali esok"
"terus, senja itu memberikan kita ketenangan di kala kita pusing memikirkan skenario hidup kita,walau ia hanya sesaat tapi sangat berarti bagi pecinta senja seperti gue"
lalu nindi memejamkan matanya merasa kehangatan saat kala yang tiba-tiba mengelus bahunya.
seakan menyalurkan kekuatan untuk dirinya "maaf, gue berkali-kali melukai hati Lo kala..." batin nindi.
"suatu saat lo mau jadi apa nin?" tanya kala dengan tangan yang masih mengelus bahu nindi.
"gue pengen jadi mama yang diimpikan semua anak, akan gue jadikan mereka layaknya princess. kalau emang gue ga bisa merasa kehangatan, tapi gue pastiin, kelak nanti anak-anak gue yang bisa merasakan itu" ucap nindi.
"kalau lo kal?" nindi mengangkat kepalanya dan menatap kala dengan senyuman tipis.
"gue mau jadi dokter" nindi mengernyit kebingungan.
"kenapa mau jadi dokter? jadi dokter itu sulit kal" kala menggeleng dengan ujung bibir terangkat.
"karena gue pengen mengobati semua luka yang Lo alami. gue pengen menjadi plester dari luka Lo, atau kalau gue ga bisa jadi dokter, gue bakalan jadi polisi"
"supaya gue bisa melindungi Lo dari orang-orang jahat, gue akan menjadi perisai lo setiap waktu"
"gue gak akan tinggal diam kalau ada orang yang udah lukain tuan putri ini" kala mencubit gemas pipi nindi yang membuat sang empu menepuk lengannya.
"sakit kala!" kala hanya terkekeh dan mengacak rambut nindi hingga berantakan.
"KALA!!" kala bangkit dari duduknya dan berlari menjauhi nindi, dan terjadilah kejar-kejaran di pantai itu.
pantai dan sunset adalah saksi bagaikan kisah mereka di sore ini....
TBC
jangan lupa tinggalin jejak kalian disini yaww🫰🫰
KAMU SEDANG MEMBACA
SERIBU LUKA [END]
Teen Fictiongadis yang tumbuh diiringi seribu luka, gadis kecil yang di paksa dewasa oleh keadaan.