59

101 5 0
                                    

🫀 HAPPY READING 🫀

tak terasa hari wisuda telah tiba, nindi menghadap cermin lalu berias supaya terlihat tidak terlalu pucat karena hari ini badannya terasa sangat tak enak sekali.

semua persiapan ia lakukan sendiri, karena untuk mendapatkan MUA saja ia tak mampu membayarnya.

uang yang selama ini ia tabung, habis hanya untuk acara wisuda ini dan memesan gaun yang akan ia pakai.

membutuhkan waktu 2 jam untuk berdandan, kini nindi sudah siap dengan gaun dan stylish rambut yang ia atur sendiri

membutuhkan waktu 2 jam untuk berdandan, kini nindi sudah siap dengan gaun dan stylish rambut yang ia atur sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🫀🫀🫀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🫀🫀🫀

nindi pun sampai di lokasi dengan menggunakan mobil online yang ia pesan.

keadaan di gedung itu belum terlalu ramai, nindi segera mencari nomor duduknya dan berdiam diri di kursi itu.

"pengen gue jadiin istri deh Lo" ucap seseorang yang secara tiba-tiba duduk di sampingnya.

nindi menoleh dan melihat Mikael tersenyum menggoda, nindi meraup wajah mikael "sekolah yang bener, nikah-nikah" ucap nindi.

"yeuu, orang abis ini lulus. btw cantik banget hari ini neng" nindi memitar bola matanya malas.

"baru nyadar Lo? kemana aja lo selama ini? sampek-sampek ga nyadar gue secantik ini" ucap nindi dengan penuh percaya diri.

Mikael tak menjawab, ia menyender di bahu nindi. dan meraih jari kelingking milik nindi.

"janji suatu saat kita bangun rumah untuk kita? janji kita wujudkan impian kita dari dulu?" nindi diam hingga akhirnya menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Mikael.

"aduh-aduh, anak-anak ibu udah mikir mau nikah aja" ucap bela yang ntah kapan tiba di dekat mereka.

Mikael langsung menegakkan tubuhnya dan menatap sinis bela "ibu ih, selalu ganggu ael" Mikael memutar bola matanya malas.

"kuliah, kerja baru nikah. kalau kamu lulus sma langsung nikah, mau kamu kasih apa nindi nanti?" ucap bela, lalu ia menoleh ke arah nindi.

"nindi sayang, habis ini mau lanjut kemana?" nindi tersenyum tipis.

"nindi mau kerja aja ibu"

"lho? kenapa kerja? kamu ga mau ngelanjutin kuliah?" ucap bela, nindi menggeleng dengan senyuman yang belum luntur

"dapat uang darimana Bu, kalau nindi kuliah? biaya kehidupan nindi aja masih banyak yang kurang, apalagi kalau nindi kuliah?"

bela yang awalnya duduk di samping Mikael kini berpindah di samping nindi, bela menyentuh bahu nindi dan mengelusnya "kamu lanjut kuliah aja ya? biar ayah sama ibu yang biayai, anak-anak ibu harus sukses semua, harus lulusan S1"

nindi menatap bela, ia meraih tangan bela yang ada di bahunya lalu menggenggamnya "sebelumnya makasih banyak ibu, tapi nindi ga mau ngerepotin ibu lebih banyak. nindi dapat peran ibu sama ayah aja nindi udah bersyukur banget, nindi pengen berdiri di kaki nindi sendiri ibu" nindi mengelus lembut tangan bela yang ada di genggamannya.

🫀🫀🫀

ansel melihat para sahabatnya berkumpul itu ikut bergabung. dapat ia melihat wajah nindi yang basah karena air mata.

"Lo masih punya kesempatan nin" ucap caca mengelus punggung nindi yang bergetar.

"gue ga punya kesempatan lagi ca" lirih nindi dengan menundukkan kepalanya.

"pasti habis dari ini, gue bakalan dapet hadiah kekerasan lagi. gue ga mau, gue lelah dengan luka yang ada tubuh gue. kayaknya semesta ga ngijinin gue bahagia ya?"

"sebelas tahun hidup dengan kekerasan itu ga adil bagi gue. pukulan, tamparan, sayatan, tarikan, cambukan, di usingkan, di kurung, di siram, di lempar, di bentak, semua udah gue rasain selama itu. gue lelah" lirih nindi, para sahabatnya tak ada yang membuka suara. mereka membiarkan nindi meluapkan isi hatinya.

hati mereka tersayat saat mendengar curhatan nindi, selama ini mereka melihat nindi dengan wajah gembira, bahkan nangis saja tidak pernah. ternyata alasan kebahagiaan nindi adalah menutupi lukanya.

"gue mau pulang, tolong jangan cari gue mulai sekarang"

"Lo mau pulang kemana nin? biar gue antar" ucap Risya, nindi menggeleng dengan tersenyum miris.

"gue ga mau, lebih baik kalian nikmati acara ini. gue permisi" Nindi melangkah keluar dari gedung, ia melambaikan tangannya untuk menghentikan mobil yang berhenti.

"anterin saya ke rumah sakit peduli kasih ya pak"

TBC

jangan lupa vote, komen dan follow akun ini yaww 😙 🤟

SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang