15

117 7 0
                                    

🫀 HAPPY READING 🫀

pukul delapan malam, nindi baru mulai menyentuh kakinya masuk ke dalam rumah.

gelap, hanya itu yang bisa nindi deskripsikan. nindi berjalan sambil meraba mencari saklar lampu.

"tumben malam ini sepi, biasanya mereka bertengkar" ucap nindi saat lampu sudah menyala.

merasa kehausan, nindi berjalan menuju dapur. tetapi langkahnya terhenti saat ia merasa ada sesuatu yang menusuk kakinya.

nindi mengangkat kakinya dan melihat kondisi kakinya. ada serpihan kaca yang menusuk kakinya.

lalu ia melihat bagian dimana kakinya tertusuk, nindi tertawa sumbang "ternyata mereka udah duluan" gumam nindi.

nindi mencabut serpihan kaca itu, lalu ia mulai memunguti serpihan kaca yang berserakan di lantai. mengabaikan darah yang mengalir di kakinya dan rasa nyeri yang menyerang.

"kayaknya sehari tanpa berantem, hidup mereka hampa ya" lirih nindi.

🫀🫀🫀

hari minggu adalah hari dimana semua orang bisa bersantai, tetapi tidak dengan nindi.

sedari tadi pagi nindi hanya berdiam kamar dengan telinga yang ia tutup menggunakan bantal.

setiap detik, menit mereka pasti mempunyai bahan untuk keramaian rumah ini.

perut yang sedari tadi berbunyi, nindi  abaikan. sebab ia tak ingin mencari masalah, ia tak ingin berada di tengah keributan.

lebih baik ia mati kelaparan daripada mati mendengarkan mereka bertengkar.

mata nindi sangat sembab, ia tak bisa berdamai dengan hati dan pikirannya.

nindi beranjak dari kasur dan menuju meja belajarnya. ia membuka laci dan mengambil Bungkus rokok.

setelah mendapatkannya, nindi berjalan ke arah balkon kamarnya lalu mulai menghisap rokok itu.

dan sekarang pikirannya sudah tenang tapi belum sepenuhnya, ia harus bisa menenangkan berisiknya isi kepala.

sungguh malang nasib nindi. hidup Tak ada cinta di keluarganya, setiap hari mendengarkan keributan. lebih parahnya, anak kelas tujuh sudah melakukan hal yang kini nindi lakukan yaitu merokok.

hembusan demi hembusan, tak sadar nindi sudah menghabiskan lima batang.

nindi menangis dalam diam saat ia menatap Putung rokok yang tadi ia pakai.

"gue sebejat ini? gue sehancur ini? gue serusak ini?" gumam nindi, ia tak menyangka bahwa dirinya sudah melakukan hal buruk sejauh ini.

"tapi yang gue lakuin hanya untuk menenangkan pikiran, apa salah?" lanjut nindi.

tak lama, ponselnya berdering yang membuat lamunannya buyar. nindi bangkit dari duduknya dan mengambil ponsel yang terletak di kasur.

senyumnya terbit saat melihat nama penelpon.

"hai nindi cantik"

"ada apa Cakra ganteng?"

"ayo kita bermain ke kebun binatang, sudah lama kita tidak ada waktu bermain"

"Cakra, rumah gue lagi rame." nindi menekuk mulutnya ke bawah.

Cakra yang mengerti maksud nindi itu tersenyum "nanti cakra jemput ya, nindi siap-siap sana"

"jangan Cakra, nanti Lo kena" ucap nindi, tetapi Cakra tak menjawab. ia hanya memutuskan panggilan yang membuat nindi menghela nafasnya kasar.

"dasar bocah keras kepala" gumam nindi, lalu berjalan menuju lemari untuk mengambil baju.

🫀🫀🫀

"pukulan papa sakit ya cak?" nindi mengelus luka lebam yang ada di pipi cakra.

"tidak kok nin, Cakra kan kuat" Cakra tersenyum.

"lain kali jangan se nekat ini ya? gue ga mau Lo kenapa-napa, nanti Tante herma sama om darian khawatir dengan keadaan Lo"

Cakra duduk menyerong menghadap nindi, ia mengambil tangan nindi untuk ia genggam "kan Cakra sudah pernah bilang sama nindi. kalau nindi sakit, cakra harus sakit. kita gendong sama-sama beban itu"

nindi tak menjawab lagi, ia meletakkan kepalanya di bahu Cakra sebagai senderan.

"mereka lucu ya cak?" nindi menunjuk orang yang sedang berpacaran.

"kalau suatu saat lo punya pacar, Lo bakalan ninggalin gue gak? Lo bakalan lupain gue gak?"

Cakra pun meletakkan kepalanya di atas kepala nindi "nindi bakalan jadi prioritas cakra, cakra bakalan utamain nindi daripada pacar Cakra nanti"

"jangan cak, kalau lo punya pacar. alangkah baiknya Lo menjauh dari gue, perempuan selalu cemburu kalau laki-lakinya dekat dengan perempuan lain walaupun itu sahabatnya"

"ya sudah, kalau begitu Cakra tidak perlu berpacaran. Cakra ingin selalu mendampingi nindi"

"suatu saat lo bakalan punya masa depan cak, dan kita seperti ini hanya sementara. Lo bakalan jadi suami dari perempuan lain yang ntah siapa, Lo bakalan jadi ayah. kalau gue boleh berpesan, jangan jadi ayah seperti papa gue", ucap nindi dengan serius

"Cakra bakalan ingat pesan nindi. suatu saat yang bakalan jadi istri Cakra itu nindi" nindi yang terkejut sontak melayangkan pukulan di tangan Cakra.

"gue serius cak!"

"Cakra serius kok" nindi berdecak kesal "serah lo dah"

TBC

jangan lupa vote, komen, dan follow akun ini yaww 🫰🫰

SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang