5

177 9 0
                                    

🫀 HAPPY READING 🫀

"HAHAHAHA BOTAK" ledek beberapa murid di kelas nindi, nindi pun hanya terdiam.

ia menggelamkan kepalanya di tumpukan tangannya, ia menangis sejadi-jadinya karena menjadi bahan olokan temannya.

"kalian ga boleh gitu" ujar seorang perempuan yang sangat nindi kenali suaranya.

nindi mendongak dan menatap orang yang ada di sampingnya, misya sedang tersenyum kearahnya

"kalau kalian ketawa, nanti kualat lho. siapa tau kalian nanti pacaran sama nindi botak" ucap misya yang membuat nindi menggelamkan kepalanya lagi tanpa berniat membalas.

"ih ogah, nanti mau ditaruh mana muka ku kalau pacaran sama cewek botak" celetuk seorang siswa yang masuk ke dalam pendengaran nindi.

"BOTAK"

"BOTAK"

berulang kali kata itu menusuk hati nindi, ia sudah muak. "BERISIK!!!" teriak nindi yang memenuhi kelas.

"emangnya kenapa kalau nindi botak? ngerugiin kalian?" tanya nindi dengan mata sembabnya.

"lagian kata bibi, nindi itu cantik walau botak!" ucap nindi menatap tajam temannya.

tiba-tiba, ada gempalan kertas terlempar mendarat ke wajahnya "heh botak! mana ada cewek yang udah botak itu cantik! bibi mu bohong itu! yang cantik itu misya" ujar siswa yang tadi melempari kertas ke arahnya.

🫀🫀🫀

hari minggu adalah hari dimana nindi bisa bersenang ria. ia keluar dari kamar dengan penampilan sangat memggemaskan sweater berwarna putih, rok bewarna milo dan tak lupa topi yang mungkin akan ia selalu pakai bila keluar rumah.

ia turun kebawah dan celingukan mencari keberadaan seseorang. nindi bernafas lega saat tak mendapati keberadaan bono.

ia pamit kepada bi afni dan juga pak ali, sebenarnya mereka berdua menolak karena memang larangan dari bono. tapi nindi tak pantang menyerah sampai akhirnya mereka berdua luluh "bapak anterin ya non" nindi tersenyum dan menggeleng.

"nindi mau naik sepeda aja pak, lagian tamannya dekat kok" ucap nindi

"yaudah, tapi non janji kalau naik sepedanya hati-hati ya" nindi mengangguk.

"nindi berangkat ya pak, bye" nindi melambaikan tangannya dan menjalankan sepeda kecil itu menuju taman.

sesampainya di taman, nindi memilih berteduh di bawah pohon sambil melihat banyak pemandangan keluarga kecil yang tertawa ria "nindi juga mau seperti itu..." gumam nindi

saat ia melamun, tiba-tiba ada sebuah tepukan yang mendarat di bahunya.

"kenapa kamu sendirian disini? dimana orang tua mu?" tanya anak laki-laki yang mungkin seumuran dengannya.

"aku kesini sendirian"

"apakah kamu mau ku temani?" tanya anak laki-laki itu, sedangkan nindi mengangguk.

lalu anak laki-laki itu duduk di sebelah nindi "kenalin nama aku cakra" ucap anak itu menjulurkan tangannya dengan menghadap ke arah nindi.

"nama aku nin-" belum melanjutkan ucapannya, topi yang ia pakai kini terbang karena angin yang begitu kencang

dengan segera ia menutupi kepalanya dan mengejar topi itu meninggalkan cakra.

Cakra yang melihat itu pun ikut menyusul nindi "HEY! JANGAN DI KEJAR" teriak cakra, sontak nindi terdiam dan menangis.

"topi aku..." lirih nindi yang melihat ke atas, yang dimana topinya itu terbang.

"nanti aku belikan topi untukmu" ucap Candra, nindi sontak menoleh dan menggeleng.

"aku ingin topi ku kembali Sekarang"

"kenapa? topi itu sudah terbang tinggi"

"aku malu padamu dan semua orang, aku jelek, aku botak" kini tangannya sudah beralih menutup mukanya.

Cakra yang melihat itu merasa iba, ia mengelus lembut bahu nindi "kata siapa kamu jelek? kamu cantik. jangan dengerin orang yang menghina kamu" nindi menjauhkan kedua tangannya dari wajahnya dan menatap cakra.

Cakra pun tersenyum "aku ingin menjadi teman mu dan tadi, siapa namamu?

"aku nindi, apakah kamu tidak malu berteman dengan cewek botak seperti ku Cakra?" Cakra menggeleng.

"tidak"

"apakah kamu tulus berteman denganku?"

"tentu"

"Cakra? aku senang sekali ada yang mau berteman denganku"

"apakah selama ini— ah lupakan saja"

"Cakra ayo kita pulang nak" ucap seorang wanita yang cantik menghampiri cakra.

"eh? siapa ini Cakra?" tanya herma, saat melihat keberadaan nindi.

Cakra pun langsung merangkul bahu nindi yang membuat sang empu terkejut "ini teman cakra mi, dia cantik kan mi?"

herma mengangguk "sangat cantik sayang" lalu herma berjongkok di hadapan mereka berdua. herma meraih tangan nindi dan mengelusnya.

"siapa nama kamu sayang?" nindi tersenyum saat herma menatapnya dengan tatapan lembut.

"aku nindi Tante"

"nama yang sangat cantik"

TBC

lega, nindi punya teman juga akhirnya. apakah pertemanan ini akan berlanjut sampai ia besar?

supaya kalian tahu kelanjutan cerita ini, jangan lupa vote dan follow akun ini yaaa🫰🫰🫰

SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang