53

57 3 0
                                    

🫀 HAPPY READING 🫀

"Lo sama ibu ga ada bedanya, selalu singgah di hati gue" ucap Mikael yang melihat nindi sedang melahap makanannya.

"Lo dan ibu itu spesial, sudah sepantasnya di perlakukan seperti tuan putri. kalian berdua dunia gue, semangat gue."

nindi menghentikan aktivitas makannya lalu ia menopangnya kepalanya dengan tangan.

"kayaknya Lo sayang banget sama ibu, gimana rasanya mempunyai teman cerita? mempunya seseorang yang selalu menanyakan 'bagaimana hari kamu nak? di sekolah ngapain aja?'"

"gimana mik? pasti seneng banget ya?" ucap nindi dengan tersenyum tipis.

"banget, ibu selalu ada di samping gue. ibu itu bagaikan malaikat tak bersayap, beribu-ribu banyak perjuangan yang dia lalui. ibu selalu memberi gue pelukan, senderan di saat gue lagi sedih. gue ga tahu apa yang akan terjadi kalau ibu pergi"

"kenapa semua orang selalu beruntung ya mik? kenapa semua orang merasakan kasih sayang yang utuh dari kedua orangtuanya selama-lamanya? kenapa gue hanya bertahan beberapa tahun? kenapa gue ga beruntung? kenapa gue di lahirkan kalau emang mereka selalu memberi gue luka? yang sama sekali ga menyadari keberadaan gue?"

"apa boleh, gue benci orang tua gue sendiri?"

Mikael menatap sendu wajah lesu nindi, ia menangkup pipi nindi lalu mengelusnya dengan lembut. "mau sebagaimanapun orang tua kita, kita ga ada gak untuk benci. kecewa boleh, asal jangan membenci. dulu mereka yang membesarkan Lo dengan penuh kasih sayang, tapi mungkin sekarang, masa mereka sudah habis. mereka gak bisa mempertahankan bangunan yang dulu mereka bangun."

nindi meraih tangan Mikael yang berada di pipinya, lalu ia tersenyum dengan menatap Mikael "boleh gue ketemu ibu?" mikael mengangguk.

🫀🫀🫀

"ibu ayah, ael bawa cewek cantik nihhh" ucap Mikael yang membuka pintu dengan menggandeng tangan nindi.

sepi, itulah kondisi rumah Mikael. "kemana ibu sama ayah? kok ga ada di rumah?" tanya nindi.

"mungkin di taman belakang" mereka berdua melangkah menuju taman.

sesampainya di taman, Mikael melotot dan langsung menutup mata nindi "AYAH! IBU!" pekik mikael yang membuat dua orang yang sedang bermesraan itu menghentikan aktivitasnya.

"ael! gangguin ayah aja kamu!" kesal erlan, ayah Mikael.

"ayah yang ga tahu tempat! kebiasaan " Mikael memutar bola matanya malas.

bela, ibu dari Mikael yang menyadari keberadaan nindi itu mendekati mereka berdua "kamu bawa siapa ael?" tanya bela, Mikael menjauhkan tangannya dari mata nindi.

"ini perempuan ael ibu, cantik kan?"

"pacar kamu?"

"bukan, kita cuma—"

"cie hts an nih Yee" ucap erlan yang memotong pembicaraan Mikael.

"ayah sok asik banget" bela menggelengkan kepalanya samar dengan tersenyum tipis. tiada hari dirinya tanpa melihat ayah dan anak itu berantem.

bela segera menarik tangan nindi memasuki rumah supaya jauh dari kedua lelaki itu.

"nama kamu siapa sayang?" ucap bela dengan menyelipkan rambut nindi ke belakang telinga.

"nindi Tante"

"panggil ibu aja, biar sama kayak ael" nindi mengangguk dan tersenyum tipis.

"kamu udah lama Deket sama ael?" tanya bela

"udah ibu, udah dua tahunan mungkin"

"ael gimana? dia nakal ya sama kamu?" nindi menggeleng samar.

"justru kebalikannya ibu, Mikael baik banget sama nindi. dia selalu ada di saat nindi butuh Senderan, Mikael selalu menjadi rumah buat nindi"

tak ada angin, tak ada hujan. bela tiba-tiba mendekap tubuh nindi "ibu tahu kamu punya banyak luka, ibu bakalan kasih nindi senderan. jangan merasa sendiri nak, anggap ibu sebagai ibu kamu"

ucapan lembut bela mamou membuat nindi meneteskan air mata, ia membalas pelukan bela "ternyata begini ya Bu? rasanya di peluk oleh seorang ibu? hangat banget bu, nindi sangat suka. sudah lama nindi ga merasakan kehangatan yang seperti ini." ucap nindi dengan lirih.

"datang saja kesini nak, ibu siap memberi kamu pelukan setiap hari. cerita semua kehidupanmu setiap hari, ibu bakalan dengerin cerita nindi. jangan di pendam sendiri, jangan terus menambah luka kamu nak. sayangi tubuhmu, tubuh juga perlu beristirahat" ucap bela dengan mengelus lengan nindi.

"AWW" rintih nindi saat elusan bela mengenai lukanya. segeralah bela mengurai pelukannya dan langsung mnegecek lengan nindi.

"astaghfirullah nak, kenapa luka kamu sebesar ini?" nindi hanya diam, ia lupa memakai perban untuk menutupi lukanya.

"siapa yang nyakitin kamu nak?"

"gak ada ibu, itu nindi ga sengaja nyenggol benda tajam. jadinya ya gini"

"jangan bohong sama ibu! ini luka yang dibuat-buat, siapa yang ngelukain kamu?"

nindi menundukkan kepalanya "papa ibu, waktu itu papa mau nyakitin tubuhnya sendiri dengan keadaan mabuk tapi nindi malah meluk papa dan berakhir nindi yang dapat luka itu."

bela tak menjawab ia bangkit dari duduknya untuk mengambil kotak p3k dan mengobati luka nindi.

TBC

SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang