🫀 HAPPY READING 🫀
"pak Ali, tolong bukain pagarnya" ucap nindi yang berulang kali meminta tolong.
dari kejauhan pak Ali merasa iba, tapi apa yang bisa ia buat? ini adalah perintah Bono, bila ia melanggar maka ia bisa di pecat dari kerjaannya ini.
"maaf non, ini perintah bapak. pak Ali ga bisa bantu non" lirih pak ali yang tentu tak bisa nindi dengar.
"pak Ali, tolong bukain pagarnya pak... nindi lapar" merasa iba, pak Ali segera menghampiri nindi.
"maaf non, bapak gabisa bukain. kalau memang non lapar, bapak kasih uang aja ya" pak Ali mengeluarkan dompet dari sakunya.
belum mengeluarkan lembaran kertas, suara berat itu mampu menghentikan aktivitasnya "kalau pak Ali berani memberikan uang kepada anak itu, saya tidak segan-segan untuk mengeluarkan anda dadi pekerjaan ini", pak Ali pun menelan ludahnya kasar
"maaf non", lirih pak Ali yang masih nindi dengar, lalu dengan buru-buru pak Ali kembali ke pos satpam di rumah itu.
nindi menghela nafasnya berat, ia berjalan menjauh dari pekarangan rumah tanpa ada tujuan.
ia memegang perutnya yang sedari tadi berbunyi, "nindi lapar" tak lama, dari kejauhan ia melihat ada seseorang yang membuang roti di tempat sampah.
senyum nindi seketika muncul, ia langsung berlari mendekati tong sampah itu.
setelah mendapatkan roti itu, nindi segera ingin melahapnya. tapi hal itu ia urungkan sebab ada orang yang menepis tangannya hingga roti itu terjatuh.
"yahh..." gumam nindi saat melihat makanannya terjatuh.
"kenapa kamu mengambil makanan itu nak?" tanya seorang pria, nindi mendongak dan melihat wajah pria itu.
"nindi lapar om, nindi belum makan seharian ini" pria itu pun berjongkok di depan nindi "kamu mau ikut ke rumah om? disana ada banyak makanan"
"om ga berniat untuk menculik nindi kan?" pria itu tersenyum dan menggeleng, ia mengelus lembut kepala nindi yang tak terselimuti apapun.
🫀🫀🫀
"assalamualaikum" pria itu membuka pintu dengan menggandeng tangan nindi.
dan nindi bisa melihat ada seorang anak laki-laki yang berlari mendekati pria itu.
"papi!!" pria itu melepaskan tangannya dari tangan nindi dan berjongkok.
dan terjadi adegan berpelukan antara pria dan anak laki-laki itu "gimana hari ini boy?"
"baik papi!" pria itu mengurai pelukannya dan mengacak rambut anak laki-laki itu "pintar" pria itu tersenyum.
tak sengaja, mata anak laki-laki itu menatap bola mata nindi, ia pun tersenyum "nindi?"
pria itu mengernyit "kalian saling kenal?" Cakra mengangguk dengan semangat "dia teman baru Cakra, di baik dan juga cantik. iya kan Pi?" pria yaang bernama darian, papi Cakra itu mengangguk.
"sejak kapan kalian berteman?" tanya darian.
"tad—"
"daritadi mami nungguin kalian di meja makan, tapi malah ga dateng-dateng. taunya ke asyik— eh? nindi sayang? sejak kapan ada disini?" ucap herma yang menghampiri mereka bertiga.
"sejak papi datang mami! nindi datang bersama papi!" ucap Cakra dengan antusias.
"wahhhh? berarti Cakra ga perlu susah payah buat ngenalin nindi ke papi dong?" Cakra mengangguk.
"yaudah kalau gitu kita makan bersama yuk, mumpung Tante masak banyak hari ini" ucap herma yang menatap mata nindi.
"memang boleh Tante? apa nindi tidak membebani tante?" herma tersenyum dan mengelus kepala nindi.
"nggak dong sayang, kamu udah tante anggap anak sendiri."
🫀🫀🫀
herma membuka jas yang menempel di tubuh suaminya itu "mas kasian sama nindi sayang" ucap darian tiba-tiba.
"apa mungkin dia tidak punya orang tua" dengan segera herma melayangkan pukulan tepat di mulut darian.
"jangan sembarangan bicara mas!"
"kan mas ga tau sayang"
"kita adopsi nindi bagaimana?" tanya darian, dan herma pun langsung menggeleng tak setuju.
"aku yakin mas, dia masih mempunyai orang tua."
TBC
haii manusia, jangan lupa vote, komen, dan follow akun ini yh!🫰🫰
KAMU SEDANG MEMBACA
SERIBU LUKA [END]
Teen Fictiongadis yang tumbuh diiringi seribu luka, gadis kecil yang di paksa dewasa oleh keadaan.