🫀 HAPPY READING 🫀
pada jam pertama pembelajaran, nindi memutuskan untuk pergi ke atap sekolah. ia ingin membolos sekaligus menenangkan pikirannya.
nindi mengeluarkan bungkus rokok dari sakunya, ia melihat benda itu dengan lesu "kata orang, rokok bisa menenangkan pikiran?" gumam nindi.
nindi pun langsung menyalakan rokok itu dan menghisapnya.
waktu demi waktu berjalan hingga akhirnya ia bisa menghabiskan dua batang rokok.
"ternyata benar" gumam nindi yang sedang melihat dua Putung rokok di tangannya.
Brakk
pintu yang menuju atap itu terbuka secara kasar, menampilkan dua guru bk yang sedang menatapnya dengan tajam.
"sedang apa kamu disini?! ini masih jam pelajaran! kamu membolos?" nindi tak menjawabnya dan tak juga bangkit dari duduknya.
dua guru bk itu mendekati nindi dan mengangkat dagunya "siapa namamu?" nindi menepis tangan guru itu.
"apa ibu buta? jelas-jelas di baju saya ada bet nama"
"dimana attitude kamu? sopan kamu berbicara seperti itu pada orang yang lebih tua?"
"kita sama-sama manusia, kita hanya berbeda umur. jangan meninggi!" nindi bangkit dari duduknya, saat ia ingin melangkah keluar dari atap. suara guru itu mampu membuat langkahnya terhenti.
"ke ruangan bk sekarang!"
nindi berdecak kesal "ya" lalu ia keluar dari atap sekolah dan menutup pintunya secara kasar.
dua guru itu hanya bisa mengelus dadanya sambil beristighfar. tapi tak sengaja, salah satu guru bk bernama syita itu melihat dua putung rokok.
Bu syita mengambil putung itu "sepertinya anak tadi juga merokok"
🫀🫀🫀
"telpon orang tuamu sekarang" suruh Bu syita tetapi tak di tanggapi oleh nindi.
"nindi!" nindi melirik sekilas Bu syita, lalu ia mengeluarkan ponsel dari sakunya.
nindi melempar ponselnya di depan Bu syita "tidak punya tata Krama"
lalu bu syita menelpon kontak yang bernama 'mama'
panggilan pun tersambung "kamu kenapa menelpon saya? mengganggu waktu saya saja anak sialan!" tak lama panggilan diputus oleh pihak naydila, padahal Bu syita belum mengucapkan sepatah kata apapun.
"denger sendiri kan? mau beberapa kali ibu menelpon juga gak akan di tanggapi oleh mereka"
Bu syita menatap mata nindi "masih ada papa kamu"
"silahkan kalau ibu bisa meneleponnya" karena Bu syita merasa di tantang, kini ia menekan nomor kontak yang bertuliskan 'papa'
panggilan pun tersambung "kenapa kau menelpon saya anak sialan? saya lagi sibuk, tak ada waktu untuk berbicara dengan kau!"
Tutt
panggilan berakhir, Bu syita menghela nafasnya berat lalu ia menjulurkan tangannya memberi ponsel itu pada nindi.
"gimana? berhasil atau tidak Bu?"
nindi tersenyum miring."daripada ibu susah payah menelpon kedua orang tua saya, lebih baik ibu datangi rumah saya, dan ikut serta untuk menyaksikan keramaian yang ada di rumah" nindi mengambil kertas Yang ada di meja bu syita, lalu ia menuliskan alamat rumahnya.
"ini alamat rumah saya" nindi bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruangan bk.
ntah berapa lama ia berjalan mengelilingi Sekolah tanpa tahu arah, kini nindi menemukan tempat yang tenang. yaitu masjid.
ia singgah sebentar di serambi masjid sambil mengacak-acak rambutnya, ia sudah tak kuat harus berbicara apa lagi. hanya tangisan yang bisa ia keluarkan tiap hari.
🫀🫀🫀
kini, Cakra dan nindi memasuki rumah Cakra. nindi merasa di sambut baik oleh kedua orang tua cakra.
herma mengelus lembut rambut nindi "gimana sekolahnya nindi?"
nindi tersenyum "baik Tante"
"harimu?" nindi hanya diam, herma yang paham dengan sikap nindi tersenyum tipis.
"tidak papa, masih ada hari-hari berikutnya. ikhlaskan semua masalah yang dulu, tante tahu itu sulit tapi kalau kamu lakuin dengan perlahan pasti bisa"
"Tante?" herma menoleh pada nindi, nindi mengambil tangan herma yang tadi digunakan untuk mengelus rambutnya.
"terimakasih, sudah mau mendengarkan keluh kesah nindi selama ini. nindi bersyukur bisa bertemu dengan keluarga Tante, andai kalau dulu nindi gak bertemu keluarga Tante, pasti nindi sudah ma—" jari telunjuk herma ia letakkan di depan bibir nindi.
"nindi harus kuat ya? kalau nindi sudah tidak tahan, nindi boleh pindah ke rumah ini. pintu rumah ini terbuka lebar untuk nindi" ucap herma
"nindi mau peluk Tante?" nindi mengangguk, ia segera memeluk herma. tanpa ia suruh mata airnya menetes.
"Tante? ternyata begini ya, rasanya pelukan seorang ibu?" ucap nindi, tanpa mereka berdua sadari. ada seseorang di balik tembok yang menyaksikan interaksi keduanya.
"kalau nindi bahagia, Cakra juga akan bahagia. pesan Cakra, nindi harus selalu kuat ya? nindi boleh mengeluh, boleh beristirahat. tetapi jangan lama-lama, ada kepahitan dunia yang harus nindi hadapi" gumam Cakra.
TBC
uhuyy, gimana hari ini? ada pesan kesan?
jangan lupa vote, komen dan follow akun ini yaww 🫰🫰
KAMU SEDANG MEMBACA
SERIBU LUKA [END]
Teen Fictiongadis yang tumbuh diiringi seribu luka, gadis kecil yang di paksa dewasa oleh keadaan.