27

71 4 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo menggemaskan sama seperti kucing ini cakra" gumam nindi dengan mengelus bulu kucing itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo menggemaskan sama seperti kucing ini cakra" gumam nindi dengan mengelus bulu kucing itu.

"cani, jadi teman gue ya? jadi pengganti cakra selama dia gak ada di sini"

"sejak kita bertemu, ntah kenapa rasa cinta gue ke lo lebih besar daripada cinta ke diri gue sendiri"

lalu kucing itu mengeong seakan meresponnya ucapan nindi, cani mendusel-dusel gemas yang membuat nindi tertawa melihat kelucuan cani.

"lucu banget sih cani" nindi mengunyel-unyel si cani dengan brutal.

🫀🫀🫀

"anak-anak hari ini ibu akan membagikan kelompok untuk kalian ya" lalu guru ipa itu menyebutkan nama muridnya satu persatu hingga akhirnya nama nindi di sebut juga.

" kelompok 3 yaitu Kayla, gina dan nindi" kayla yang mendengarkan itu sontak tak terima.

ia mengangkat tangannya "nindi boleh di ganti ziza tidak Bu?" tanya kayla.

nindi yang melihat itu menghembuskan nafasnya berat, sebegitu jijik kah mereka bila berada di dekatnya?

tak sepantas itukah ia tak bisa mendapatkan teman?

"tidak bisa! itu sudah pilihan ibu" Kayla menurunkan tangannya dan berdecak kesal, ia menatap nindi dengan tatapan sinis.

setelah semua kelompok terbagi, mereka semua menjalankan tugasnya.

"nih, kerjain sendiri!" GINA mendorong buku paket kepada nindi secara kasar.

"lho? Kan ini tugas kelompok? ngapain gue sendiri?"

Kayla bangkit dari duduknya lalu menoyor kening nindi "siapa suruh Lo sekelompok sama kita bego!" cukup. nindi sudah tak ingin mengambil pusing lagi, ia mulai mengerjakan tugas seorang diri.

sedangkan dua orang itu, asik bermain ponsel seakan tak ada tanggungan yang harus mereka kerjakan.

kayla ingin mengambil minumanya, dengan sengaja ia menyenggol minuman itu hingga tumpah membasahi kertas tugas yang nindi kerjain.

"upss sorry, jadi harus ngulang lagi deh" ucap Kayla dengan nada mengejek.

nindi menatap kayla dengan tangan yang mengepal erat "LO PIKIR GAK CAPEK NGERJAIN INI, HAH?!" bentak nindi.

"gue kan ga sengaja? ngapain lo marah? kayak ibu-ibu aja" ucap Kayla dengan tangan yang bersedekap di depan dada.

karena kesal, nindi pun menumpahkan minumannya tepat ke arah kayla.

"rasain Lo!" lalu nindi keluar kelas meninggalkan mereka yang sedang menyoraki namanya.

kaki nindi melangkahkan menuju atap sekolah, ia menatap ke bawah melihat banyak kendaraan berlalu lalang.

lalu nindi mengambil rokok yang ada di saku roknya dan mulai menghisap-menghembuskan rokok itu.

belum habis rokok itu, tiba-tiba ada seseorang yang merebut rokok dari tangannya "siapa yang ngajarin Lo ngerokok nin?" nindi hanya diam dan masih menatap bawah.

"sehancur apa Lo, sampai berbuat nekat yang bisa nyakiti badan Lo?"

"rokok bukan segalanya, rokok gak bikin Lo tenang selamanya" ucap kala.

"tapi rokok bisa nenangin gue sesaat kal, gue butuh ketenangan. dan hanya rokok yang saat ini gue punya" ucao nindi yang mulai menatap kala.

kala menghela nafasnya kasar "udah berapa lama Lo ngerokok?" nindi menghendikkan bahunya tak tahu.

"gue lupa"

kala meraih tangan nindi lalu ia menggenggam erat tangan itu "kita ke psikolog yuk nin"

nindi yang mendengarkan itu sontak menyentak tangannya dan menatap tajam kala "gue gak gila"

"otak lo emang ga gila, tapi mental lo yang gila. dia yang udah buat Lo berbuat senekat ini, ayo perbaiki nin, sebelum semuanya terlambat"

"biarkan seperti ini, lama-lama juga hilang"

kala menyentuh bahu nindi dan menatap dengan tatapan teduh "tapi mental Lo itu terguncang, ini bukan hal sepele. harus ada ahlinya untuk mengobati"

"kalaupun gue udah di obati, gue ga bakalan bisa sembuh kal. gue selalu sakit dan ga akan bisa sembuh"

"BISA! lo pasti bisa sembuh! gue bakalan temani lo sampai sembuh, gue bakalan menjadi orang pertama yang melihat lo sembuh"

nindi menatap mata kala yang sedang menunjukkan keseriusan, nindi memegang pipi kala lalu mengelusnya dengan lembut.

"mau seberapa lama Lo nemani gue untuk sembuh, itu bakalan sia-sia kala..... gue ga bakalan bisa sembuh dan gue ga mau sembuh, gue udah nyaman dengan kesakitan. gue ga bakalan bisa keluar dari zona ini, kalau gue masih berada di lingkungannya"

TBC

sedih banget jadi nindi:(
keluarganya gagal eh sekarang pertemanannya juga

oiya, jangan lupa tinggalin jejak disini dulu yaaa. papay

SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang