🫀 HAPPY READING 🫀
"selamat ulang tahun anak pembawa sial" nindi mengusap air matanya dan meniup lilin yang ada di kue-nya.
tak sengaja matanya menatap ke arah bingkai yang memperlihatkan dua anak kecil tertawa ria.
nindi meraih bingkai tersebut dan mengelusnya "dulu, lo yang selalu ngucapin gue ulang tahun. tapi sekarang? udah ada yang bisa gantiin posisi gue, apalagi dia istimewa dalam hidup lo" gumam nindi.
tapi tak lama, kedua ujung bibirnya terangkat membentuk sebuah lengkungan yang indah.
"hari ini, gue berumur 17 tahun. dan dulu, kala janjiin gue kalau bakalan pergi ke Banda Neira disaat umur gue berumur 17"
nindi meraih ponselnya, saat ia sudah mengetik pesan untuk kala. ia hapus kembali karena ia merasa ia belum waktu yang tepat.
sebab, jam menunjukkan pukul 24.12. dimana semua orang masih asyik dengan tidurnya dan nindi pun juga tak ingin menganggu kala.
"dulu aku selalu dirayakan, tapi sekarang semoga aku dirayakan" lirih nindi.
"umur bertambah, beban semakin bertambah, luka dalam diri semakin bertambah dan tak akan pernah mengurang. tolong beri gue istirahat sejenak untuk menyembuhkan luka ini walau tak sepenuhnya sembuh. jangan bantai anak haus kasih sayang ini dengan luka yang terus berdatangan secara bergerombol. beri gue pelukan, senderan yang sesungguhnya jangan hanya singgah saja." Nindi memasukkan potongan kue ke dalam mulutnya.
terasa sangat hambar seperti perasaannya kali ini. ulang tahun yang tak dirayakan oleh orang yang sangat ia sayang bahkan melebihi dirinya.
"gue masi sayang Lo, bahkan rasa benci gue kalah dari rasa sayang gue ke lo. Lo terlalu istimewa sampek-sampek Lo betah singgah di hati gue. mau sampai kapan Lo harus singgah di hati gue, yang jelas-jelas status Lo saat ini milik perempuan lain?" gumam nindi yang melihat foto lelaki sedang tersenyum menampilkan deretan giginya.
"Lo akan selalu menjadi pemeran utama favorit dalam kisah kita, kisah yang kita bangun berdua lalu lo hancurkan begitu saja" nindi menghela nafasnya berat, sudah cukup ia bersedih di hari ulang tahunnya.
nindi membuka laci meja belajarnya dan mengambil sebungkus rokok. batang demi batang ia hisap, hingga tak terasa kini ia sudah menghabiskan tiga batang.
rasa sesak muncul secara tiba-tiba, nindi memukul dadanya berulang kali berharap rasa itu hilang. cukup menyiksanya kali ini.
🫀🫀🫀
ia rela menyempatkan waktunya di sela kerja untuk memberi tahu pada kala tentang umurnya.
tapi nyatanya, ia di bantai sampai habis oleh kenyataan. nindi tertawa hambar dengan tatapan kosong.
"gini banget nasib gue, ga pantas bahagia" nindi kembali tertawa seperti orang yang terkena gangguan jiwa.
hingga salah satu teman kerjanya menyadarkan dirinya "kamu gapapa nin?" ucap fava, teman part time-nya.
"bahkan buat ngomong gapapa aja udah ga sanggup lagi fa" segeralah fava mendekap tubuh nindi. ia tahu, bahwa temannya saat ini hanya membutuhkan pelukan seseorang.
cukup lama berpelukan, hingga akhirnya fava melepaskan karena suruhan nindi.
"terimakasih untuk hari ini fa"
"jangan pulang sebelum di jemput" ucap fava menatap mata sembab nindi.
"kalau gue ga kalah, gue bakalan menunggu di jemput." ucap nindi dengan senyuman tipisnya.
"banyak orang di sekitar yang sayang sama kamu, jangan pernah merasa sendiri" nindi menggangguk,
"kamu udah mendingan? kalau udah, kita balik kerja. takutnya nanti bos lihat kita" nindi menggangguk, ia bangkit yang di bantu oleh fava.
TBC
wadoehhh, si kala bisanya php doang.
makin lama nindi kok tambah murung mulu yaaaa?? gimana caranya biar dia bahagia seperti masa kecilnya dulu? kasih tau author dongg
yuk, yang kepo kelanjutannya jangan lupa vote dulu disiniiii
KAMU SEDANG MEMBACA
SERIBU LUKA [END]
Teen Fictiongadis yang tumbuh diiringi seribu luka, gadis kecil yang di paksa dewasa oleh keadaan.