51

74 4 0
                                    

🫀 HAPPY READING 🫀

"sejak kapan Lo ngerokok" tanya Mikael dengan menyelipkan rambut nindi ke belakang telinga.

"gue lupa, tapi mungkin waktu kelas sembilan" lirih nindi dan Mikael bisa dengar dengan jelas.

mikael tak menjawab, ia memeluk tubuh nindi dan mencium berkali-kali kepala nindi.

disitulah tangis nindi runtuh, "disaat gue kesepian, disaat gue banyak pikiran. gue selalu berlari ke rokok, bahkan dulu saking gilanya gue. gue pernah ngabisin satu bungkus rokok" curhat nindi di tengah Isaknya.

🫀🫀🫀

"nin, tolongin gue..." lirih Mikael dari sebrang sana.

nindi yang awalnya rebahan sambil memakan cemilan itu reflek terduduk karena mendengar suara Mikael yang seperti menahan sakit.

"mik? Lo dimana? biar gue nyusul Lo"

"jalan Cempaka" nindi mematikan teleponnya lalu berlari menuruni anak tangga.

saat ia keluar rumah, matanya berbinar karena untungnya ada sepeda yang bisa ia tumpangi.

"ini punya siapa pak?" tanyanya pada pak ali.

"punya saya non, kenapa emangnya?"

"boleh saya pinjam?" pak Ali menganggukkan kepalanya.

"boleh non"

"kalau gitu saya pergi dulu ya pak" nindi menaiki sepeda itu lalu melaju meninggalkan pekarangan rumah.

"HATI-HATI NON" pekik pak Ali.

nindi mengayuh sepeda itu dengan sangat cepat hingga tak terasa ia tiba di jalan yang Mikael sebutkan.

nindi turun dari sepeda itu lalu melihat sekitar. sepi, itulah deskripsi yang nindi sebutkan pada jalanan ini.

"MIK? Mikael?" panggil nindi, tetapi tak ada sahutan.

"nindi..." suara yang sangat lirih mampu membuat bulu kuduk nindi merinding.

dengan perlahan ia memutar badannya menghadap ke belakang. "anjing, ngagetin aja Lo!" nindi bernafas lega saat ia melihat keberadaan Mikael di belakangnya.

Mikael tersenyum, lalu ia meraih tangan nindi dan meletakkan sesuatu di tangannya.

nindi mengernyit dan membaca kertas itu "Banda Neira?" nindi mendongak dengan alis yang mengernyit.

Mikael mengangguk dan mengelus lembut rambut nindi "besok kita berangkat, ini impian lo. jadi ga salah kan kalau gue wujudin?" nindi tersenyum sangat lebar hingga air matanya jatuh tanpa ia suruh.

nindi memeluk tubuh Mikael dengan sangat erat dan berulang kali mengucapkan kata 'terimakasih' pada lelaki itu.

🫀🫀🫀

"gimana? indah?" tanya Mikael dengan menyelipkan rambut nindi ke belakang telinga.

nindi menoleh dan tersenyum "banget mik, dia indah seperti keluarga gue yang dulu" ucap nindi.

"kalau dia indah seperti keluarga Lo, jadi bagi gue, dia sangat cantik dan damai seperti diri Lo" ucap Mikael dengan tersenyum.

"makasih mik, gue ga tau harus berbuat apa lagi selain kata makasih. makasih selama ini Lo selalu berusaha buat gue bahagia, sembuh dari semua rasa sakit yang menjalar di tubuh gue. makasih udah jadi rumah gue, dan maaf kalau sama gue lo banyak sakitnya, banyak lelahnya.
maaf penyakit gue jadi menyalur ke lo semua"

"gue bahagia kalau Lo sembuh nindi, semesta gue adalah Lo. kalau Lo sembuh, gue juga bakalan sembuh. ga ada yang namanya Lo sembuh gue sakit, gue udah pernah bilang, kita berjuang bersama-sama untuk melawan rasa sakit itu"

"raih semua kebahagiaan yang seharusnya itu menjadi milik kita, jangan biarkan kebahagiaan itu hilang di terpa angin. di dunia ini, sudah sepantasnya semua manusia merasakan apa itu arti kebahagiaan"

nindi tak bisa berkata-kata, ia memeluk tubuh lelaki itu. ia mendapatkan rasa hangat yang diberikan oleh lelaki itu.

apakah lelaki ini yang memang sudah seharusnya menjadi miliknya selamanya? kalaupun memang iya, ia ingin memeluk dan mengunci lelaki ini sehingga tak akan bisa pergi dari pelukannya.

di dalam adegan pelukan itu, mereka berdua menikmati angin yang sangat sejuk, suara air yang sangat menenangkan hati dan pikirannya, keindahan alam yang bisa disaksikan oleh mata.

🫀🫀🫀

"AWW" nindi memegang kakinya yang tiba-tiba terkilir. Mikael yang mendengarkan itu sontak mencekal tangan nindi.

"sakit banget mik" rintih nindi, tanpa ba-bi-bu, Mikael langsung menggendong nindi ala bridal style menuju tempat yang bisa mereka duduki.

mikael mengurut perlahan kaki nindi "sakit mik" lirih nindi yang menahan sakitnya.

"ini bentar aja, kalau sakit Lo boleh gigit bahu gue" ucap Mikael yang terus melakukan kegiatannya.

"AAAA" pekik nindi yang langsung menggigit bahu mikael.

nindi memejamkan matanya sangat erat hingga tak terasa pijitan yang diberikan oleh Mikael itu sudah usai.

"udah" nindi membuka matanya perlakuan dan menjauhkan giginya dari bahu Mikael.

TBC

SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang