44

65 6 0
                                    

🫀 HAPPY READING 🫀

"nindi?" panggil seseorang, nindi menoleh secara langsung untuk membuktikan.

dan benar saja, lelaki yang kini sedang duduk berdampingan di dalam cafe itu sedang tersenyum ke arahnya.

nindi langsung membalikkan badannya dan berjalan menjauh dari lelaki itu.

saat tiba di tempat ganti Pakaian, nindi menetralkan nafasnya yang berdetak dengan kencang.

"kenapa harus ketemu dia?" gumam nindi yang terus memukul dadanya.

dua menit berlalu, nafasnya kembali normal dan nindi kembali seperti semula seakan tak terjadi apapun.

mau bagaimanapun, ia harus berprofesional dalam menjalankan tugasnya.

nindi terus saja melayani pembeli mengabaikan suara lelaki yang terus memanggil namanya.

hingga sebuah tepukan di bahu dapat membuat nindi memejamkan matanya ketakutan "nindi apa kabar?" dengan takut, nindi menoleh tetapi tak menatap Cakra.

"baik, dan selalu baik" ucap nindi dengan nada dingin.

"saya kembali bekerja dulu, permisi" ucap nindi lebih dulu saat mengetahui Cakra ingin membuka suaranya.

nindi melangkahkan kakinya dengan cepat, dan mendekati teman kerjanya.

"maaf, maaf dan maaf" gumam Cakra yang terus menatap nindi dengan tatapan sedih.

🫀🫀🫀

seusai ia menjalankan kerja sampingannya sebagai pengangkut beras, nindi memilih untuk langsung pulang supaya ia bisa merebahkan tubuhnya.

angin malam menusuk kulitnya yang membuat bulu kuduknya merinding.
nindi menyusuri jalanan kota bandung di tengah keramaian.

tak membutuhkan waktu lama, nindi telah sampai di rumahnya. lagi dan lagi suara berisik itu membuat hatinya kacau.

"papa kenapa lagi?" gumam nindi, dan ia mulai mendekat ke arah bi afni untuk menanyakan perihal papanya.

"bibi juga ga tau non, waktu tuan pulang ke rumah dia udah dengan kondisi marah" nindi menghela nafasnya berat, pasti yang membuat papanya marah adalah kekasih papanya sendiri.

"udah tau kayak gitu, masih aja di pertahanin" nindi memilih menghampiri kamar bono.

dibukalah pintu itu, dan dapat nindi lihat. bono sedang membanting semua barang yang ada di kamarnya.

"papa?" panggil nindi dengan lembut.

bono sontak menoleh dan melihat nindi yang tersenyum ke arahnya. ada perasaan hangat saat anak yang tak ia Anggap sama sekali tersenyum ke arahnya.

tetapi rasa egoisnya lebih besar daripada rasa iba pada anak itu

"papa butuh pelukan?" ucap nindi dengan merentangkan tangannya.

bono diam, dan ia melirik lampu tidur yang ada di samping kasur. di lemparlah lampu tersebut ke arah nindi dan beberapa serpihan mengenai tubuh nindi.

"beraninya kau masuk ke kamar saya dan mengusik urusan saya!" ucap bonk dengan tatapan tajam.

dengan mata yang membendung air nindi berkata "nindi cuma pengen memberi pelukan buat papa, hanya itu. tapi kenapa papa malah ngelukain nindi? ini sakit pa" nindi tak bohong, ntah kenapa hari ini ia merasa sangat lemah dari biasanya.

"dasar cengeng, hanya di lempar itu saja kau merasa sakit. lebay" cukup, nindi sudah tak kuat lagi menahan rasa sakit yang ada di fisik maupun batinnya.

nindi memilih untuk menjauh dari kamar bono dan berlari ke arah bi afni.

ia memeluk tubuh wanita paruh baya itu dengan sangat erat, bi Afni yang melihat kehancuran di diri nindi itu memberikan semangat dadi elusan tangannya.

"apa salah nindi bi? kenapa semuanya seakan salah di mata dia? nindi juga manusia, nindi ada lelahnya. bahkan benda yang disakiti pun juga akan terasa sakit sama seperti nindi"

"non, semua akan ada waktunya untuk berubah. bibi mohon, non nindi Tunggu sebentar lagi"

"kata orang, seseorang mulai menyadari bila sudah kehilangan."

"apa nindi perlu pergi, supaya papa menyadari nindi bahwa nindi ada disini? sebagai anak papa?" bi Afni bungkam, ia tak sanggup menjawab semua ucapan nindi.

TBC

waduhhh, apakah ini detik-detik ehemmm

yang pengen tau, vote dulu bisa kali😙🤟

SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang