35

73 5 0
                                    

🫀 HAPPY READING 🫀

nindi membuka pintu utama perlahan dan ia memasuki rumah itu.

lagi dan lagi, di ruang keluarga, pemandangan tak enak itu harus ia lihat. karena ia haus, nindi berjalan menuju dapur mengabaikan kegiatan disana.

nindi mengernyit saat ada orang yang sangat ia kenali masih berkutat di dapur "bibi?" panggil nindi, bi Afni langsung menoleh ke arah nindi dan tersenyum.

"bibi kok belum tidur? ini udah malem lho" ucap nindi dengan tatapan hangat.

"bibi nunggu kamu non, non nindi pasti belum makan kan?"

"bibi yang bukan keluarga kandung gue aja bisa seperhatian ini sama gue" batin nindi.

nindi memegang bahu bi Afni dan menghela nafasnya berat "mulai besok sampai sekarang, bibi jangan nungguin nindi pulang ya? soalnya akhir-akhir ini nindi sibuk dengan tugas" ucap nindi dengan bibir membentuk lengkungan indah.

bi Afni menggeleng lemah, ia menangkup pipi nindi dan mengelusnya dengan lembut "jangan berbohong pada bibi non, jangan simpan sendiri. maaf bibi gak sengaja denger ucapan tuan"

nindi melepaskan tangannya dari bahu bi Afni "nindi ke atas dulu ya bi, mau mandi" ucap nindi dengan menahan tangisnya.

nindi berlari menuju kamarnya, lalu setelah sampai ia membanting pintu itu dan menjatuhkan badannya tepat di dekat pintu.

nindi mendongakkan kepalanya berharap air mata itu tak menetes hanya karena ucapan bi Afni yang begitu lembut.

🫀🫀🫀

dengan Seragam sekolah yang lengkap, nindi berjalan menyusuri jalanan kota yang sepi.

sebab jam yang ada di tangannya menunjukkan pukul lima pagi. nindi membuka genggaman tangannya yang berisi selembar uang bewarna ungu.

nindi menghela nafasnya berat "uang ini cukup buat gue sarapan ga ya?" gumam nindi.

langkah demi langkah nindi lalui, hingga akhirnya sorot matanya tak sengaja menangkap sebuah warung yang cukup ramai.

nindi segera berlari menghampiri warung tersebut, dan memesan makanan di sela-sela desakan banyak orang.

"Bu, saya mau pesan makanan yang harganya sepuluh ribu"

ibu warung itu mengangguk dan segera membuat pesanan nindi. tak membutuhkan waktu lama, pesanan itu jadi dan nindi pergi dari warung yang pengap karena banyaknya orang berada disana.

setelah itu, ia kembali menyusuri jalanan menuju ke sekolah dengan berjalan kaki.

membutuhkan waktu satu jam untuk sampai ke sekolahnya, nindi mengatur nafasnya karena ia sedikit berlari menuju ke sekolah yang menurutnya lumayan jauh.

sepi, satu hal yang saat ini nindi deskripsikan tentang sekolahnya. nindi berjalan menuju kelasnya dan membuka bungkusan nasi yang ia pesan.

nindi menghela nafas berat saat melihat pesanan sepuluh ribu itu hanya mendapatkan sebiji telur Bali, dua tahu dan dua tempe goreng.

"gue ga suka telur" lirih nindi, hingga akhirnya mau tak mau ia harus memakannya daripada mati kelaparan.

belum sempat ia memasukkan makanan itu dalam mulutnya, tiba-tiba ada yang menarik bungkus nasinya.

"gausah di paksa kalau ga suka" ucap seseorang yang sangat nindi kenali suaranya.

nindi mendongak dan mendapati mikael yang sedang menatapnya "gausah ganggu gue makan" mikael menggeleng lalu mengeluarkan sesuatu dari tas-nya.

"ini gue masakin buat Lo" ucapnya dengan menyodorkan tempat bekalnya pada nindi

"ga perlu" ucap nindi dengan menolak secara mentah-mentah

🫀🫀🫀

selama seminggu lebih ini, cakra berkali-kali menelpon nindi tetapi tak mendapatkan jawaban dari sana.

"kamu dimana nindi? jangan buat Cakra khawatir" gumam Cakra yang masih berusaha menelpon nindi.

sudah lima kali mencoba, hasilnya pun nihil. Cakra menghela nafasnya berat "mau tidak mau, cakra harus mengirim pesan untuk kala. siapa tahu, kala tahu keberadaan nindi"

akhirnya Cakra mengirimkan pesan untuk kala untuk menanyakan perihal keadaan nindi.

akhirnya Cakra mengirimkan pesan untuk kala untuk menanyakan perihal keadaan nindi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cakra mematikan ponselnya dan meletakkan pada meja yang ada di depannya.

ia menatap ke arah langit-langit rumahnya "semoga nindi baik-baik saja..." lirih Cakra.

saat Cakra ingin memejamkan matanya, tiba-tiba ada tangan yang mendarat di kepalanya dan sedang memijat.

"sepertinya hari ini kamu terlalu banyak pikiran" ucap amerta yang sibuk memijat kepala Cakra.

"cakra khawatir pada nindi... nindi tak ada kabar sama sekali, bahkan dia tidak mengirimkan pesan untuk cakra"

"berita yang bagus Cakra, jadi kamu hanya perlu fokus sama aku" ucap Amerta dengan bibir yang melengkung ke atas.

seketika badan Cakra tegap dan berbalik badan menatap Amerta "apa yang Amerta katakan? kenapa Amerta jahat sekali pada nindi? nindi teman cakra, sudah seharusnya cakra khawatir pada nindi!" ucap Cakra dengan tatapan tajam.

TBC

asekk bosqueee

SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang