🫀 HAPPY READING 🫀
"tuan, jangan siksa non nindi' ucap bi afni saat melihat nindi akan dibawa ke dalam gudang.
"diam! jangan ikut campur urusan saya!" bi afni pun akhirnya terdiam sambil terus menatap nindi "maafin bibi non" batinnya
setelah masuk ke dalam gudang, nindi di tarik paksa oleh bono untuk berdiri. setelah itu ia mendorong tubuh nindi hingga terbentur laci yang sudah tak terpakai.
tanpa mereka sadari, diatas laci ada sebuah vas bunga. dan vas bunga itu terjatuh dia atas kepala nindi.
vas bunga itu pecah, dan kepala nindi pun juga ikut mengeluarkan darah. nindi memegangi kepalanya yang sangat pening, ia sudah tak mampu untuk berbicara lagi.
tak lama dari itu, nindi pun tak sadarkan diri yang membuat bono tersenyum "dasar lemah, tanpa tangan saya menyentuh tubuhmu. kau sudah tumbang?" ucap bono dengan ketawa yang menggelenggar.
Bono keluar dari gudang tersebut dan meneriaki nama bi afni "BIBI!"
dengan segera, bi afni menghampiri bono dan menunduk "iya tuan?"
"obati anak sialan itu, saya tak ingin ada seseorang yang mengetahui bahwa anak itu terluka!"
"baik tuan" setelah itu bono menghilang dari hadapannya dan bi afni segera masuk ke dalam gudang.
betapa terkejutnya saat melihat kondisi nindi yang mengenaskan.
pingsan dengan kondisi darah yang mengalir dari kepalanyatak ada pilihan lain, dengan segera bi afni membopong tubuh nindi dan memasukkannya Di mobil.
"pak, ayo anterin non nindi ke rumah sakit", pak ali mengangguk dan memasuki mobil yang diikuti oleh BI afni.
"ya Allah non, yang kuat ya...."
"bibi tau non anak yang kuat, mohon bertahan"
🫀🫀🫀
"ampun papa... nindi minta maaf" ucap lirih nindi dengan mata yang tertutup.
"non?" bi Afni mengguncang badan nindi yang membuatnya terbangun secara perlahan.
"papa dimana bi?" tanya nindi saat dirinya hanya melihat bi afni dan pak ali yang ada dalam ruangan ini.
"bibi gak tau non"
"mama?" bi Afni hanya bisa menggeleng.
"boleh telfon mama bi? nindi rindu" bi afni pun langsung mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menekan nomor naydila.
tak lama, senyum nindi terbit saat suara naydila terdengar jelas di telinganya.
"halo mama, ini nindi" sapa nindi.
"ada perlu apa kamu telfon saya anak sialan?"
mendengarkan kata naydila, seketika nindi tersenyum kecut. hati kecilnya tergores setiap orang tuanya mengatakan hal jelek padanya.
"nindi rindu mama, apa boleh mama menjenguk nindi di rumah sakit"
"hah? untuk apa? saya tak ingin waktu berharga saya terbuang sia-sia hanya karena melihat wajah mu!"
"ini juga salah mu! kenapa kamu tidak bisa menjaga diri baik-baik sehingga kamu masuk rumah sakit?"
"ternyata, selain kamu pembawa sial kamu juga beban keluarga"
"mama? kenapa mama jadi seperti ini? begitu juga dengan papa.... nindi rindu kita waktu bersama"
"kamu masih bertanya kenapa ini bisa terjadi? ini semua salah mu! SALAH MU! apakah kamu tak menyadari kesalahan mu? andai dulu kamu tak menyembunyikan hal itu, mungkin ini tak akan terjadi!"
"lagian, saya dan bono tak saling cinta! kita hanya bersandiwara di depanmu! tapi setelah saya mengetahui, dia mempunyai hubungan dengan orang lain di belakang saya. saya tidak akan memaafkannya! mengerti?!"
"mama? apa yang harus nindi lakukan supaya kita bisa bersama lagi? nindi tidak peduli kalau mama dan papa tidak saling cinta, nindi hanya ingin mempunyai keluarga lengkap seperti cakra"
"walau kamu sudah susah payah berusaha, saya tidak akan pernah kembali dengan Bono! camkan itu!"
Tuttt
panggilan pun di putus oleh pihak naydila, sontal nindi menunduk lesu dengan air mata yang keluar membasahi pipinya.
"apa sudah tak ada harapan lagi bibi?" tanya nindi, bibi mengelus lembut punggung nindi yang membuat sang empi menoleh.
"ada non, pasti ada. Allah tidak akan membebani seseorang di luar kemampuannya"
"tapi nindi lelah bi, hanya nindi seorang yang berjuang. tapi mereka? apa mereka juga ikut?" bi Afni langsung memeluk tubuh nindi saat anak majikannya ini menangis lagi.
TBC
jangan lupa vote, komen dan follow akun ini yaww 🫰🫰
KAMU SEDANG MEMBACA
SERIBU LUKA [END]
Teen Fictiongadis yang tumbuh diiringi seribu luka, gadis kecil yang di paksa dewasa oleh keadaan.