42

62 4 0
                                    

🫀 HAPPY READING 🫀

nindi berlari memasuki kamarnya mengabaikan teriakan dadi Bono. ia membanting pintu, lalu jatuh terduduk di depan pintu.

ia menangis meracau, meluapkan semua yang tadi ia pendam. "lo jahat! Lo jahat Cakra!"

"Lo tega membangun kisah kita dengan perempuan lain!" nindi terus meremas rambutnya sekuat tenaga agar dirinya bisa tenang.

jam terus berjalan, tak terasa langit sudah mulai gelap. ntah sudah berapa lama jam nindi menangis, tapi sekarang yang pasti, kondisi nindi sangat jauh dari kata baik.

ia membuka ponselnya dan mulai mengetikkan sesuatu untuk seseorang.

ia membuka ponselnya dan mulai mengetikkan sesuatu untuk seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

nindi memblokir nomor kontak Cakra, lalu mematikan ponselnya dan melemparkan benda tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


nindi memblokir nomor kontak Cakra, lalu mematikan ponselnya dan melemparkan benda tersebut.

nindi membenturkan kepalanya berkali-kali ke pintu dengan sangat keras.

"kenapa harus begini? andai waktu bisa di putar, gue ga mau kenal lo dan ga mau deket sama cowok siapapun. Lo udah ngehancurin kepercayaan gue, mau sampai kapan gue harus bertahan dengan keadaan kayak gini..."

"seseorang yang dulu gue anggap rumah, ternyata dia hanya bangunan sementara lalu dia menghancurkan bangunannya sendiri sampai orang yang berteduh gak ada tempat kembali.."

"sekarang gue harus pulang kemana? gue udah ga punya berteduh lagi. tempat yang sekarang gue singgah, udah hancur dari dulu tapi ga keliatan jelas."

"saat ini, gue butuh pelukan papa. gue rindu papa, gue rindu masa kecil penuh tawa tanpa memikirkan beban di masa depan. kalau tau masa depan seperti ini, lebih baik gue memilih tetap di masa lalu"

"bagaimanapun masa lalu tetap pemenangnya, ga ada yang bisa gantiin masa berharga itu. masa itu adalah masa yang dimana gue tau arti apa itu 'keluarga'"

"kenapa disaat gue beranjak lebih jauh, gue hanya mengenal 'kerusakan' dan 'perpisahan'? kenapa gue ga di izinkan memahami apa itu 'kebahagiaan' yang sesungguhnya?"

"pa, ma. tolong peluk anak yang kalian anggap ga berguna, pembawa sial, bodoh. tolong peluk nindi... tolong kembali seperti dulu.. kalau kalian sakit, nindi lebih sakit. nindi harus menerima semua masalah yang kalian ciptakan"

"gue lelah, kalau disuruh selalu bertahan. gue ga sekuat itu, terlalu susah buat gue untuk bertahan supaya ga nyerah"

🫀🫀🫀

hari demi hari ia jalani, hingga sekarang sudah memasuki satu minggu ia tak sekolah.

nindi yang sedang gelisah dengan tidurnya itu tiba-tiba di kagetkan oleh suara yang sangat keras.

brakk

bono membanting pintu dengan keras dan memunculkan ekspresi wajah yang sangat marah.

nindi membuka matanya dan menatap bono yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam.

"kenapa kau tak sekolah selama seminggu? sibuk menjual diri?"

"nindi lagi sakit pa, nindi ga kuat kalau nindi pergi ke sekolah" ucap nindi dengan lemas.

"sangat manja, saya yang sakit saja masih bisa bekerja. tak menjadi beban seperti kau, suka bermalas-malasan."

"nindi bukan cuma sakit secara fisik pa, tapi batin nindi juga ikut sakit" batin nindi.

"beban? memangnya papa membiayai nindi lagi? papa masih memberikan nindi makan?" ucap nindi dengan tatapan sayu. bono yang mendengarkan itu tak terima.

"setidaknya saya masih memberimu tempat tinggal! sama saja kau masih menjadi beban" nindi mengehla nafasnya berat, berdebat dengan bono tak ada untungnya sama sekali. hanya menambah luka.

"bisa papa pergi? nindi butuh ketenangan" Bono melebarkan matanya, bisa-bisanya anak yang ada di depannya ini mengusir dirinya.

bono mendekati nindi lalu menjambak rambut nindi dengan sangat kencang

nindi yang mendapat perilaku seperti itu hanya bisa memejamkan matanya sambil meringis "anak kurang ajar! siapa kau, beraninya kau mengusir saya"

"sakit pa, tolong lepas" lirih nindi yang sudah meneteskan air matanya.

bukannya melepaskan, Bono semakin kencang menariknya dan menyeret tubuh nindi menuju gudang di lantai bawah.

tubuhnya sangat sakit saat menyentuh anak tangga, nindi hanya bisa menangis dalam diam.

sesampainya di gudang, tubuh nindi di lempar hingga mengenai vas bunga yang besar.

"pa, ini cuma masalah sepele. tolong maafin nindi" ucapnya saat melihat bono melepaskan sabuk yang melingkar di pinggang papanya itu.

"sepele kau bilang? kau berucap seperti itu saja, menandakan bahwa kau tak mempunyai sopan santun sekali pada tuan rumah"

"tapi nindi juga tuan rumah, karena nindi anak papa"

bono terkekeh mendengar ucapan nindi "anak? saya tidak menganggap kau sebagai anak, kau saja terlalu bermimpi"

deg

air mata nindi jatuh membasahi pipinya. ntah kenapa, papanya sangat kejam sekali pada dirinya.

saat melihat bono mulai melayangkan pukulan, nindi memejamkan matanya agar tak melihat aksi brutal bono.

pukulan dari sabuk itu beberapa kali melayang mengenai punggung nindi, dan nindi dapat merasakan bahwa ada cairan segar yang keluar dari punggungnya.

"tolong kuat" gumam nindi yang masih setia memejamkan matanya.

TBC

jangan lupa vote, komen dan follow akun ini yaww 😙 🤟

SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang