49

74 4 0
                                    

🫀 HAPPY READING 🫀

Caca, dan nindi yang awalnya tertawaa ria itu seketika diam saat memasuki kelas dan melihat Ansel yang terus menjatuhkan air matanya.

mereka berdua segera mendekati Ansel dan mengelus bahunya, nindi menoleh ke arah Risya lalu menanyakan apa yang terjadi pada Ansel

"kak Rafael meninggal" Caca dan nindi yang mendengarkan itu sontak melebarkan matanya dan melongo.

"gara-gara apa?"

"kecelakaan" Caca menatap Ansel yang menundukkan wajahnya lalu memeluk tubuh Ansel "yang sabar ya sel, lo harus ikhlasin kak Rafael" gumam Caca yang hanya bisa di dengar oleh Ansel.

nindi pun turut serta memeluk Ansel "gue tau Lo kuat" ucap nindi.

🫀🫀🫀

sepulang sekolah, mereka berempat berniat pergi ke rumah Rafael untuk melayat.

banyak orang yang berdatangan di rumah rafael, mereka berempat memasuki rumah tersebut dan mencium tangan mama Rafael.

"Ansel turut berduka cita ya Tan" ucap Ansel dengan senyum tipis, Vera menyentuh bahu Ansel dan mengelusnya.

"jangan pura-pura kuat nak, Tante tau ini berat buat kamu" jatuh sudah pertahanan Ansel, ia segera memeluk tubuh vera dan Vera pun hanya bisa
mengelus punggung Ansel.

mereka bertiga ikut terharu melihat dua orang berbeda umur itu saling menguatkan, mereka adalah perempuan yang kuat dan tangguh.

melihat keakraban Ansel dan Vera, nindi teringat oleh seseorang yang dulu seperti mereka.

"bagiamana keadaan mami Cakra? gue jadi kangen" batin nindi.

lalu mereka berempat duduk berlesehan di rumah Rafael, sesekali Vera menanyakan perihal sekolah yang mereka jalani.

"adem banget ya punya mama kayak Tante Vera, pasti dia selalu dengerin keluh kesah anaknya" batin nindi

ingin rasanya ia menangis melihat moment tersebut, ia rindu dengan mamanya. bahkan ia sama sekali tak ada usaha untuk mencari mamanya.

🫀🫀🫀

nindi memasuki rumah dengan keadaan gelap gulita, nindi melangkah perlahan-lahan.

tetapi saat ia berada di depan kamar bono, nindi mengepalkam tangannya erat. lagi dan lagi ia harus mendengarkan suara sialan itu.

"KALAU MAU ENAK-ENAK GAUSAH DISINI! RUMAH JADI KOTOR KARENA KELAKUAN JIJIK KALIAN!!" teriak nindi hingga suaranya menembus masuk ke dalam kamar bono.

dua orang berbeda kelamin yang berada di dalam kamar itu menghentikan aktivitasnya, mereka berdua saling bertatap-tatapan.

"anak sialan itu berulah lagi!" gumam bono.

"RUMAH ITU BUAT NYIMPEN MEMORI KEBAHAGIAAN, BUKAN NYIMPEN KELAKUAN YANG MENJIJIKKAN" teriak nindi lagi, karena bono kesal dengan kata-kata yang nindi keluarkan.

bono bangkit dari tidurnya dan ia hanya memakai celana pendek, Bono keluar dari kamarnya dan menyalakan saklar lampu.

saat melihat nindi yang sedang menatapnya, Bono mendekat lalu menoyor kepala nindi dengan sangat keras hingga membentur tembok.

"sialan! kau terus mengacau semuanya!" bukannya nindi takut dengan tatapan bono, nindi malah terkekeh pelan.

"bukannya itu yang seharusnya nindi lakukan? nindi gak ingin rumah ini kotor karena kelakuan papa!" ucap nindi dengan tatapan tajam.

bono mengepalkam tangannya erat, lalu ia memegang kepala nindi dan membenturkan kepala nindi berkali-kali ke tembok dengan sangat kasar.

hingga darah yang sangat banyak mengalir membasahi kepala nindi, "CUKUP PA!"teriak nindi sekuat tenaga, ia berharap bono dapat menghentikan aksi gilanya.

"saya ingin kau cepat menghilang dari bumi ini! saya sudah muak melihat wajah jalang seperti kau, anak sialan. bisanya menyusahkan saja!"

"AKU BAKALAN HILANG KALAU AKU SUDAH DI JEMPUT! HENTIKAN PA! SAKIT!"

"PAPA GILA!"

"PAPA IBLIS TAK PUNYA HATI!"

"PAPA JAHAT!"

"BERHENTI PA!"

"DIMANA HATI NURANI PAPA!"

"PAPA—" belum sempat melanjutkan ucapannya, nindi sudah dibuat tak sadarkan diri oleh bono

bono tersenyum miring lalu ia menendang tubuh nindi "segitu saja kau lemah? dasar" ucap Bono, lalu ia menyeret tubuh nindi menuju halaman belakang.

ia meletakkan tubuh nindi disana, membiarkan darah dagingnya diselimuti oleh angin malam

🫀🫀🫀

nindi membuka matanya perlahan dan memegang kepalanya yang terasa sangat perih.

ia bangkit dari tidurnya dengan sekuat tenaga dan meliha sekitar. nindi terkekeh pelan "ternyata gue malah di taruh disini? dia pikir gue hewan apa? dasar manusia yang ga bisa memanusiakan manusia" gumam nindi yang sangat kesal pada bono.

nindi berdiri lalu melangkah perlahan menuju kamarnya, tetapi saat ia sampai di ruang makan.

ia disuguhkan oleh kelakuan yang menurutnya sampah "yang satu haus belaian, yang satu haus pengen dimasukkin" gumam nindi dengan menatap sinis mereka yang sedang bercumbu mesra.

tak ingin terlalu lama melihat adegan itu, nindi menaiki anak tangga menuju kamarnya.

sesampainya di kamar, nindi merebahkan tubuhnya membiarkan darah kering yang ada di kepalanya.

TBC

SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang