🫀 HAPPY READING 🫀
saat nindi berjalan menuju ke rumahnya, ada seseorang yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.
"cakra kangen sama nindi" ucap cakra dengan nada manja.
nindi berusaha menjauhkan tangan Cakra dari pinggangnya, tak sepantasnya mereka berada di tempat umum dengan keadaan seperti.
setelah terlepas nindi berbalik badan dan melihat Cakra dengan mata sembabnya "Lo kenapa sih cak? inget! lo udah punya istri. jangan kayak gini" ucap nindi dengan menatap tajam Cakra.
"Cakra tidak bahagia dengan amerta, amerta tidak pernah merawat cakra dengan baik. Cakra ingin kembali dengan nindi" ucap Cakra dengan meneteskan air matanya.
ada rasa tak tega di dalam diri nindi, ingin sekali ia memberikan pelukan pada lelaki di depannya. tetapi ia sadar, ia hanya sebatas masa lalu lelaki itu.
"cak? jangan gini. gue mohon, gue ga kuat liat lo hancur. Lo harus bahagia gimana pun caranya, lo cari kebahagiaan itu di kehidupan baru Lo" ucap nindi dengan tatapan sendu.
"kebahagiaan Cakra ada di nindi, selain nindi. kebahagiaan itu tidak mendekat ke Cakra." Cakra menundukkan kepalanya sangat dalam, air matanya jatuh terus menerus ke aspal.
cukup, nindi sudah tidak kuat menahan ini semua. ia mendekati Cakra dan memeluk tubuh lelaki itu.
Cakra sempat terkejut tapi setelah itu ia membalas pelukan hangat dari nindi.
tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang di balik tembok yang menyaksikan adegan itu semuanya.
"kamu udah berani masuk ke dalam kehidupan ku nindi" ucapnya dengan tangan yang mengepal.
🫀🫀🫀
kini nindi sedang berada di cafe tempat ia bekerja, lagi dan lagi ia harus berpapasan dengan lelaki yang seharusnya ia hindari.
"gimana keadaan lo nin? tanya kala, nindi mendongak tetapi ia tak menatap wajah lelaki itu.
"baik, kalau Lo?"
"semakin gue paksa, gue makin sakit" nindi tersenyum tipis saat melihat wajah lesu kala.
"sama hal nya dengan gue. semakin gue paksa dekat, semakin gue hancur melebur"
"nin?" panggil kala yang merasa bahwa kata-kata perempuan itu menuju ke arahnya.
"udah lah kal, kita masing-masing fokus kehidupan sendiri. masa lalu ga usah di bahas lagi, gak Cakra gak lo sama aja."
nindi menepuk bahu kala "cari kebahagian lo, jangan tetep berlarut di masa lalu" setelah mengucapkan itu, nindi memutuskan untuk pergi setelah meletakkan makanan yang kala pesan.
nindi berjalan menuju ruangan khusus karyawan, ia terduduk lemas. rasanya hari ini sangat melelahkan.
"kenapa harus ketemu dua orang sekaligus? kenapa masa lalu selalu bantai gue?" lirih nindi dengan memegang dadanya yang terasa sesak.
"tolong cari kebahagiaan Kalian, jangan nunjukkin kelemahan kalian. disini gue juga lemah, gue ga sanggup ngeliat kalian lemah. dulu kalian jadi rumah gue, tapi sekarang gue ga bisa jadi rumah kalian. gue terlalu egois ya?"
🫀🫀🫀
nindi menyeret tasnya menyentuh lantai, ia memasuki rumah dengan keadaan lesu.
tapi saat ia menutup pintu utama, sebuah lemparan barang terdengar di telinganya.
nindi segera membalikkan badan lalu melihat bono yang menatapnya dengan tatapan tajam.
"kenapa lagi pa?" nindi memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
tak menjawab, bono mendekati nindi lalu menarik rambut nindi dengan sangat kencang dan membawanya menuju gudang.
pantat nindi mendarat dengan sangat keras lalu secara tiba-tiba ia mendapatkan hantaman batu merah di kepalanya.
nindi merasakan pusing bukan main, di tambah lagi, bono memukul tubuh nindi dengan kursi kayu. tubuhnya seakan remuk, nyawanya seakan melayang, ia merasa seperti bertubuh kaku.
nindi tahu, kalau bono tidak berucap sepatah kata apapun. berarti ia mempunyai masalah dengan kekasih gelapnya dan ia lampiaskan semua pada nindi.
nindi hanya bisa diam, semakin ia memberontak semakin membabi buta juga bono menyiksanya.
ia dapat merasakan darah segar keluar dari hidungnya dan tubuh yang terasa memar.
nindi tak menghapus darah itu, ia membiarkan hingga kering dan terjatuh tak sadarkan diri di dalam gudang.
setelah semuanya terlampiaskan, Bono meninggalkan nindi di dalam gudang dan mengunci pintu dari luar
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
SERIBU LUKA [END]
Teen Fictiongadis yang tumbuh diiringi seribu luka, gadis kecil yang di paksa dewasa oleh keadaan.