🫀 HAPPY READING 🫀
bel pulang sekolah berdering sedari tadi, dan nindi pun keluar paling terakhir karena memang ia sengaja.
mobil hitam yang ia kenali berhenti di depan sekolah. nindi yang melihat itu berlari mendekati mobil itu.
"PAK ALI!!" sapa nindi setelah memasuki mobil.
pak Ali tersenyum dan mengacak rambut nindi "gimana sekolahnya non? seru?" seketika itu, nindi melengkungkan bibirnya kebawah.
"temen-temen nindi jahat pak, tadi waktu pelajaran olahraga kan ada lari. waktu nindi lari, temen nindi dorong nindi dari belakang sampai tangan nindi luka" nindi menunjukkan luka yang ada di sikutnya.
"udah di obati non?" nindi menggeleng.
"kenapa belum?" pak Ali mengambil kotak p3k yang ada di laci dashboard mobil.
"nindi ga mau ngerepotin bu guru, nanti kalau ngerepotin papa marah sama nindi"
pak ali tak membuka suaranya lagi, ia hanya fokus pada luka anak bos-nya ini.
nindi memejamkan matanya menahan sakit yang ada di tangannya.
"selesai" nindi membuka matanya dan tersenyum "MAKASI PAK ALI, NINDI SAYANG PAK ALI" pekik nindi dan langsung memeluk tubuh pria paruh baya itu.
"sama sama non"
"sekarang kit pulang ya?" nindi mengurai pelukannya dan menatap pak Ali.
ia menggeleng dengan memanyunkan bibirnya "nindi mau ketemu mama, ayo ke tempat mama pak"
🫀🫀🫀
karena nindi mengetahui sandi apartemen naydila. ia pun masuk tanpa mengucapkan permisi.
air mata nindi pun jatuh saat melihat mamanya bercumbu dengan lelaki lain di sofa. "mama?" panggil nindi yang membuat mereka berdua menghentikan aktivitasnya.
tak mengucapkan sepatah kata apapun, naydila bangkit dari duduknya dan menarik tangan nindi keluar ruangan apartemen.
"ngapain kamu kesini?" naydila menatap dingin nindi dan tangan yang bersedekap di depan dada.
pak ali Yang memang sedari tadi berada di luar ruangan naydila itu hanya diam menyaksikan interaksi ibu dan anak itu.
"nindi kangen mama, nindi mau peluk mama" nindi merentangkan tangannya seolah ingin dipeluk.
bukannya membalas, naydila malah menepis tangan nindi dengan keras "saya ga Sudi!" setelah mengucapkan itu, naydila pergi meninggalkan pak Ali dan nindi.
pak Ali yang peka bahwa nindi sedang menahan tangisannya itu berjongkok di depan nindi.
ia merentangkan tangannya seolah akan memberi nindi pelukan. dengan cepat, nindi berhamburan ke dalam pelukan pak Ali "nangis aja non, ada bapak" pecah sudah tangis nindi yang sedari tadi ia bendung.
"mama jahat, mama udah ga sayang sama nindi pak..." pak Ali mengelus lembut punggung nindi yang bergetar.
"mama ga jahat non, mungkin mama lagi capek. sekarang kita pulang ya? papa pasti udah nunggu non" nindi hanya mengangguk samar, lalu pak Ali bangkit dari jongkoknya dan melangkah keluar apartemen dengan menggendong tubuh nindi yang terbilang masih ringan.
🫀🫀🫀
nindi memasuki rumah dengan perasa tak karuan, sebab ia pulang melebihi jam sekolah.
"darimana kau?" tanya bono yang berada di ruang keluarga dengan merangkul seorang perempuan di sebelahnya.
"nindi habis dari mama pa" seketika, emosi bono menjadi meningkat. ia bangkit dari duduknya dan menghampiri nindi yang menundukkan kepalanya.
"siapa yang menyuruh kau untuk menemui wanita murahan itu, hah?!" nindi yang tadinya menunduk kini menatap wajah sang papa.
"MAMA BUKAN WANITA MURAHAN PA! JUSTRU PAPA YANG MURAHAN"
plakk
sebuah Tamparan mendarat dengan kasar di pipi nindi sampai membuat sang empu menoleh ke samping, dan seketika itu bulir air matanya kembali jatuh membasahi pipi.
"MULAI BERANI KAU SAMA SAYA?!" bono mencengkram erat pipi nindi.
"sepertinya kau memang pantas diberi hukuman setiap hari!" bono menarik tangan nindi menuju lantai dua, dimana kamar nindi berada.
bibi afni yang melihat itu hanya mampu berucap dalam hati saja "semoga non nindi kuat sama perilaku bapak ya non.... ya Allah, lindungilah anak kecil yang periang itu...."
sedangkan di dalam kamar nindi, bono mulai memukul punggung nindi dengan tongkat baseball yang sebelumnya ia ambil di gudang tadi.
"papa sakit.... maafin nindi pa.." lirih nindi yang merasakan pukulan itu berkali-kali mendarat di punggungnya.
"anak sialan sepertimu pantas mendapatkan ini!"
"anak tak tau diuntung! hanya bisa memjadi beban saja buat saya!" nindi tak mampu lagi untuk mengeluarkan suara, ia hanya bisa menangis dalam diam saja.
ntah sudah berapa kali pukulan itu mendarat, kini nindi hilang kesadaran yang membuat bono tersenyum tersenyum miring. bono berjongkok dan menjulurkan jarinya ke hidung nindi.
setelah itu ia bangkit lagi dan menatap nindi "kenapa kau tak langsung mati saja? kau hanya pembawa sial di bumi ini" ucap Bono, ia menendang tubuh nindi yang terbaring di lantai.
lalu ia keluar dari kamar nindi dan pergi keluar rumah dengan wanitanya.
TBC.
jangan lupa vote, komen, dan follow akun ini🫰🫰
KAMU SEDANG MEMBACA
SERIBU LUKA [END]
Teen Fictiongadis yang tumbuh diiringi seribu luka, gadis kecil yang di paksa dewasa oleh keadaan.